APA AJA
Sabtu, 21 April 2012
RA Kartini Dalam Pengaruh Pemikiran Yahudi, Theosofi dan Pluralisme
Kebanyakan orang yang menjadikan Kartini sebagai ikon perjuangan perempuan Indonesia, tak melihat sisi lain dari pemikirannya yang sangat berbau Theosofi dan kebatinan. Padahal, banyak tokoh wanita lain yang hidup semasa dengannya, yang berjuang secara nyata dalam dunia pendidikan, bukan dalam wacana surat menyurat seperti yang dilakukan Kartini.
TANGGAL 21 April dikenal sebagai Hari Kartini. Hampir semua perempuan di Indonesia, termasuk kaum muslimah, yang ikut-ikutan memperingati hari tersebut tanpa mengetahui latar belakang sejarahnya yang jelas. Siapa sesungguhnya Kartini? Siapa orang-orang yang mempengaruhinya? Bagaimana corak pemikirannya?
Peringatan Hari Kartini sering diikuti beragam acara yang mengedepankan emansipasi perempuan, kesetaraan gender, perjuangan feminisme, dan lain-lain. Kartini, dianggap sebagai ikon bagi perjuangan perempuan dalam persoalan tersebut. Kartini sering disebut sebagai ikon pendobrak bagi kemajuan perempuan Indonesia dan diakui secara resmi oleh pemerintah sebagai Pahlawan Nasional dengan Keputusan Presiden (Keppres) RI No. 108 tahun 1964.
Kartini lahir di desa Mayong, sebelah barat Kota Kudus, Kabupaten Jepara. Sebagai anak seorang bupati, Kartini hidup dalam keluarga yang berkecukupan. Saat kecil, Kartini dimasukkan ke sekolah elit orang-orang Eropa, Europese Lagere School (ELS) dari tahun 1885-1892. Di sekolah ini, Kartini banyak bergaul dengan anak-anak Eropa.
Sebagai keluarga priyayi Jawa, kultur mistis dan kebatinan begitu melekat di lingkungan tempat tinggalnya. Namun bagi Kartini, ikatan adat istiadat yang telah berurat akar dalam itu, dianggap mengekangnya sebagai perempuan. Setelah tamat dari sekolah ELS Kartini memasuki masa pingitan. Sementara itu, Kartini merasakan betul betapa haknya mendapatkan pendidikan secara utuh dibatasi. Di luar, ia melihat pendidikan Barat-Eropa begitu maju.
Kartini banyak bergaul dan melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda berdarah Yahudi, seperti J. H Abendanon dan istrinya Ny Abendanon Mandri, seorang humanis yang ditugaskan oleh Snouck Hurgronye untuk mendekati Kartini. Ny Abendanon Mandri adalah seorang wanita kelahiran Puerto Rico dan berdarah Yahudi.
…Kartini banyak bergaul dan melakukan korespondensi dengan orang-orang Belanda berdarah Yahudi yang ditugaskan oleh Snouck Hurgronye untuk mendekati Kartini…
Tokoh lain yang berhubungan dengan Kartini adalah, H. H Van Kol (Orang yang berwenang dalam urusan jajahan untuk Partai Sosial Demokrat di Belanda), Conrad Theodore van Daventer (Anggota Partai Radikal Demokrat Belanda), K. F Holle (Seorang Humanis), dan Christian Snouck Hurgronye (Orientalis yang juga menjabat sebagai Penasihat Pemerintahan Hindia Belanda), dan Estella H Zeehandelar, perempuan yang sering dipanggil Kartini dalam suratnya dengan nama Stella. Stella adalah wanita Yahudi pejuang feminisme radikal yang bermukim di Amsterdam. Selain sebagai pejuang feminisme, Estella juga aktif sebagai anggota Social Democratische Arbeiders Partij (SDAP).
Kartini berkorespondensi dengan Stella sejak 25 Mei 1899. Dengan perantara iklan yang di tempatkan dalam sebuah majalah di Belanda, Kartini berkenalan dengan Stella. Kemudian melalui surat menyurat, Stella memperkenalkan Kartini dengan berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme.
Dalam sebuah suratnya kepada Ny Nellie Van Koll pada 28 Juni 1902, Stella mengakui sebagai seorang Yahudi dan mengatakan antara dirinya dan Kartini mempunyai kesamaan pemikiran tentang Tuhan. Stella mengatakan,”Kartini dilahirkan sebagai seorang Muslim, dan saya dilahirkan sebagai seorang Yahudi. Meskipun demikian, kami mempunyai pikiran yang sama tentang Tuhan. ”
Dr Th Sumarna dalam bukunya ”Tuhan dan Agama dalam Pergulatan Batin Kartini” menyatakan ada surat-surat Kartini yang tak diterbitkan oleh Ny. Abendanon Mandri, terutama surat-surat yang berkaitan dengan pengalaman batin Kartini dalam dunia okultisme (kebatinan dan mistis). Entah dengan alasan apa, surat-surat tersebut tak diterbitkan. Ny Abendanon hanya menerbitkan kumpulan surat Kartini yang diberi judul ”Door Duisternis tot Licht" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Keterangan mengenai kepercayaan Kartini terhadap okultisme hanya didapat dari surat-suratnya yang ditujukan kepada Stella dan keluarga Van Kol. Seperti diketahui, okultisme banyak diajarkan oleh jaringan Freemasonry dan Theosofi, sebagai bagian dari ritual perkumpulan mereka.
Nama-nama lain yang menjadi teman berkorespondensi Kartini adalah Tuan H. H Van Kol, Ny Nellie Van Kol, Ny M. C. E Ovink Soer, E. C Abendanon (anak J. H Abendanon), dan Dr N Adriani (orang Jerman yang diduga kuat sebagai evangelis di Sulawesi Utara). Kepada Kartini, Ny Van Kol banyak mengajarkan tentang Bibel, sedangkan kepada Dr N Adriani, Kartini banyak mengeritik soal zending Kristen, meskipun dalam pandangan Kartini semua agama sama saja.
Apakah korespondensi Kartini dengan para keturunan Yahudi penganut humanisme, yang juga diduga kuat sebagai aktivis jaringan Theosofi-Freemasonry, berperang penting dalam memengaruhi pemikiran Kartini? Ridwan Saidi dalam buku Fakta dan Data Yahudi di Indonesia menyebutkan, sebagai orang yang berasal dari keturunan priayi atau elit Jawa dan mempunyai bakat yang besar dalam pendidikan, maka Kartini menjadi bidikan kelompok Theosofi, sebuah kelompok yang juga banyak digerakkan oleh orang-orang Belanda saat itu.
…maka Kartini menjadi bidikan kelompok Theosofi, sebuah kelompok yang juga banyak digerakkan oleh orang-orang Belanda saat itu...
Dalam catatan Ridwan Saidi, orang-orang Belanda gagal mengajak Kartini berangkat studi ke negeri Belanda. Karena gagal, maka mereka menyusupkan ke dalam kehidupan Kartini seorang gadis kader Zionis bernama Josephine Hartseen. Hartseen, menurut Ridwan adalah nama keluarga Yahudi.
Siapa yang berperan penting merekatkan hubungan Kartini dengan para elit Belanda? Adalah Christian Snouck Hurgronje orang yang mendorong J.H Abendanon agar memberikan perhatian lebih kepada Kartini bersaudara. Hurgronje adalah sahabat Abendanon yang dianggap oleh Kartini mengerti soal-soal hukum agama Islam. Atas saran Hurgronje agar Abendanon memperhatikan Kartini bersaudara, sampailah pertemuan antara Abendanon dan Kartini di Jepara.
Sebagai seorang orientalis, aktivis Gerakan Politik Etis, dan penasihat pemerintah Hindia Belanda, Snouck Hurgronje juga menaruh perhatian kepada kepada anak-anak dari keluarga priyayi Jawa lainnya. Hurgronje berperan mencari anak-anak dari keluarga terkemuka untuk mengikuti sistem pendidikan Eropa agar proses asimilasi berjalan lancar.
Langkah ini persis seperti yang dilakukan sebelumnya oleh gerakan Freemasonry lewat lembaga ”Dienaren van Indie” (Abdi Hindia) di Batavia yang menjaring anak-anak muda yang mempunyai bakat dan minat untuk memperoleh beasiswa. Kader-kader dari ”Dienaren van Indie” kemudian banyak yang menjadi anggota Theosofi dan Freemasonry.
Pengaruh Theosofi dalam Pemikiran Kartini
Surat-surat Kartini kepada Ny. Abendanon, orang yang dianggap satu-satunya sosok yang boleh tahu soal kehidupan batinnya, dan surat-surat Kartini lainya para humanis Eropa keturunan Yahudi di era 1900-an sangat kental nuansa Theosofinya. Seperti ditulis dalam surat-suratnya, Kartini mengakui ada orang yang mengatakan bahwa dirinya tanpa sadar sudah masuk kedalam alam pemikiran Theosofi.
Bahkan, Kartini mengaku diperkenalkan kepada kepercayaan dengan ritual-ritual memanggil roh, seperti yang dilakukan oleh kelompok Theosofi. Selain itu, semangat pemikiran dan perjuangan Kartini juga sama sebangun dengan apa yang menjadi pemikiran kelompok Theosofi. Inilah yang kemudian, banyak para humanis yang menjadi sahabat karib Kartini begitu tertarik kepada sosok perempuan ini.
…Kartini mengaku diperkenalkan kepada kepercayaan dengan ritual-ritual memanggil roh, seperti yang dilakukan oleh kelompok Theosofi…
Kartini juga kerap mendapat kiriman buku-buku dari Ny Abendanon, yang di antaranya buku tentang humanisme, paham yang juga lekat dengan Theosofi dan Freemasonry. Diantara buku-buku yang dibaca Kartini adalah, Karaktervorming der Vrouw (Pembentukan Akhlak Perempuan) karya Helena Mercier, Modern Maagden (Gadis Modern) karya Marcel Prevost, De Vrouwen an Socialisme (Wanita dan Sosialisme) karya August Bebel dan Berthold Meryan karya seorang sosialis bernama Cornelie Huygens.
Berikut surat-surat Kartini yang sangat kental dengan doktrin-doktrin Theosofi:
”Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah Kasih Sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni. ” (Surat kepada Ny Abendanon, 14 Desember 1902).
”Kami bernama orang Islam karena kami keturunan orang-orang Islam, dan kami adalah orang-orang Islam hanya pada sebutan belaka, tidak lebih. Tuhan, Allah, bagi kami adalah seruan, adalah seruan, adalah bunyi tanpa makna..." (Surat Kepada E. C Abendanon, 15 Agustus 1902).
”Agama yang sesungguhnya adalah kebatinan, dan agama itu bisa dipeluk baik sebagai Nasrani, maupun Islam, dan lain-lain” (Surat 31 Januari 1903).
”Kalau orang mau juga mengajarkan agama kepada orang Jawa, ajarkanlah kepada mereka Tuhan yang satu-satunya, yaitu Bapak Maha Pengasih, Bapak semua umat, baik Kristen maupun Islam, Buddha maupun Yahudi, dan lain-lain.” (Surat kepada E. C Abendanon, 31 Januari 1903).
”Ia tidak seagama dengan kita, tetapi tidak mengapa, Tuhannya, Tuhan kita. Tuhan kita semua.” (Surat Kepada H. H Van Kol 10 Agustus 1902).
”Betapapun jalan-jalan yang kita lalui berbeda, tetapi kesemuanya menuju kepada satu tujuan yang sama, yaitu Kebaikan. Kita juga mengabdi kepada Kebaikan, yang tuan sebut Tuhan, dan kami sendiri menyebutnya Allah.” (Surat kepada Dr N Adriani, 24 September 1902).
…Dari surat-surat tersebut, sangat jelas bahwa corak pemikiran Kartini sangat Theosofis, yang di antara inti ajaran Theosofi adalah kebatinan dan pluralisme…
Dari surat-surat tersebut, sangat jelas bahwa corak pemikiran Kartini sangat Theosofis, yang di antara inti ajaran Theosofi adalah kebatinan dan pluralisme.
Mengenai keterkaitan dan hubungannya dengan Theosofi, Kartini mengatakan:
”Orang yang tidak kami kenal secara pribadi hendak membuat kami mutlak penganut Theosofi, dia bersedia untuk memberi kami keterangan mengenai segala macam kegelapan di dalam pengetahuan itu. Orang lain yang juga tidak kami kenal menyatakan bahwa tanpa kami sadari sendiri, kami adalah penganut Theosofi." (Surat Kepada Ny Abendanon, 24 Agustus 1902).
Hari berikutnya kami berbicara dengan Presiden Perkumpulan Theosofi, yang bersedia memberi penerangan kepada kami, lagi-lagi kami mendengar banyak yang membuat kami berpikir.” (Surat Kepada Nyonya Abendanon, 15 September 1902).
Sebagai orang Jawa yang hidup di dalam lingkungan kebatinan, gambaran Kartini tentang hubungan manusia dengan Tuhan juga sama: manunggaling kawula gusti. Karena itu, dalam surat-suratnya, Kartini menulis Tuhan dengan sebutan ”Bapak”. Selain itu, Kartini juga menyebut Tuhan dengan istilah ”Kebenaran”, ”Kebaikan”, ”Hati Nurani”, dan ”Cahaya”, seperti tercermin dalam surat-suratnya berikut ini:
”Tuhan kami adalah nurani, neraka dan surga kami adalah nurani. Dengan melakukan kejahatan, nurani kamilah yang menghukum kami. Dengan melakukan kebajikan, nurani kamilah yang memberi kurnia.” (Surat kepada E. C Abendanon, 15 Agustus 1902).
”Kebaikan dan Tuhan adalah satu.” (Surat kepada Ny Nellie Van Kol, 20 Agustus 1902).
…Alam spiritual Kartini tak hanya dipengaruhi oleh kepercayaan akan mistis Jawa, tetapi juga oleh pemikiran-pemikiran Barat…
Alam spiritual Kartini tak hanya dipengaruhi oleh kepercayaan akan mistis Jawa, tetapi juga oleh pemikiran-pemikiran Barat. Inilah yang oleh kelompok Theosofi disebut sebagai upaya menyatukan antara ”Timur dan Barat”. Sebuah upaya yang banyak memikat para elit Jawa, terutama mereka yang sudah terbaratkan secara pemikiran.
Siti Soemandari, penulis biografi Kartini mengatakan, dalam beragama, Kartini kembali kepada akar-akar kejawennya atau apa yang disebut dengan ngelmu kejawen. Soemandari mempertegas, kepercayaan Kartini adalah gabungan antara iman Islam dan Kejawen. Atau dalam bahasa lain, keyakinan agama atau kepercayaan Kartini adalah sinkretisme yang berlandaskan pada pluralisme agama.
…Belakangan, jaringan Theosofi di Indonesia juga mendirikan Kartini School (Sekolah Kartini) yang mulanya didirikan di Bandung…
Belakangan, jaringan Theosofi di Indonesia juga mendirikan Kartini School (Sekolah Kartini) yang mulanya didirikan di Bandung oleh seorang Teosof bernama R. Musa dan kemudian menyebar di berabagai daerah di Jawa. Tercatat ada beberapa daerah yang berdiri Sekolah Kartini, yaitu Jatinegara (Jakarta), Semarang, Bogor, Madiun (1914), Cirebon, Malang (1916), dan Indramayu (1918).
Sebagai sekolah yang dikelola oleh para Teosof, ajaran tentang kebatinan, sinkretisme--atau sekarang lebih populer dengan istilah pluralisme-- juga tentang pembentukan watak dan kepribadian, lebih menonjol dalam pelajaran di sekolah-sekolah tersebut. Sekolah lain yang didirikan di berbagai daerah oleh kelompok Theosofi adalah Arjuna School, dengan muatan nilai-nilai pendidikan yang sama dengan Kartini School.
Tepatkah jika Kartini, berpikiran Barat dan berpaham Theosofi, dijadikan ikon bagi perjuangan kaum wanita pribumi?
Sejarah mencatat, ada banyak perempuan yang hidup sezaman dengan Kartini yang namanya begitu saja dilupakan dalam perannya memajukan pendidikan kaum hawa di negeri ini. Di antara nama itu adalah Dewi Sartika (1884-1947) di Bandung yang juga berkiprah memajukan pendidikan kaum perempuan. Dewi Sartika tak hanya berwacana, tapi juga mendirikan lembaga pendidikan yang belakangan bernama Sakolah Kautamaan Istri (1910). Selain Dewi Sartika, ada Rohana Kudus, kakak perempuan Sutan Sjahrir, di Padang, Sumatera Barat, yang berhasil mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916).
Kartini, seperti yang tersirat dalam tulisan Prof Harsja W Bachtiar, adalah sosok yang diciptakan oleh Belanda untuk menunjukkan bahwa pemikiran Barat-lah yang menginspirasi kemajuan perempuan di Indonesia. Atau setidaknya, bahwa proses asimiliasi yang dilakukan kelompok humanis Belanda yang mengusung Gerakan Politik Etis pada masa kolonial, telah sukses melahirkan sosok yang Kartini yang ”tercerahkan” dengan pemikiran Barat
…Kartini adalah sosok yang diciptakan oleh Belanda untuk menunjukkan bahwa pemikiran Barat-lah yang menginspirasi kemajuan perempuan di Indonesia...
Karena itu, Harsja menilai, sejarah harus jujur dan secara terbuka melihat jika memang ada orang-orang yang juga mempunyai peran penting seperti Kartini, maka orang-orang tersebut juga layak mendapat penghargaan serupa, tanpa menihilkan peran yang dilakukan oleh Kartini.
Soal sosok Kartini yang diduga menjadi ”mitos dan rekayasa” yang diciptakan oleh kolonialis juga menjadi perhatian sejarawan senior Taufik Abdullah. Ia menulis:
”Tak banyak memang ”pahlawan” kita resmi atau tidak resmi yang dapat menggugah keluarnya sejarah dari selimut mitos yang mengitari dirinya. Sebagian besar dibiarkan aman tenteram berdiam di alam mitos—mereka adalah ”pahlawan” dan selesai masalahnya. R. A Kartini adalah pahlawan tanpa henti membiarkan dirinya menjadi medan laga antara mitos dan sejarah. Pertanyaan selalu dilontarkan kepada selimut makna yang menutupinya. Siapakah ia sesungguhnya? Apakah ia hanya sekadar hasil rekayasa politik etis pemerintah kolonial yang ingin menjalankan politik asosiasi?”
Perjuangan dan pemikiran Kartini, terutama yang berhubungan dengan pluralisme, memang mendapat perhatian dunia internasional. Ny Eleanor Roosevelt, istri Presiden AS Franklin D Roosevelt memberikan pernyataan tentang perjuangan Kartini:
”Saya senang sekali memperoleh pandangan-pandangan yang tajam yang diberikan oleh surat-surat ini. Satu catatan kecil dalam surat itu, menurut saya merupakan sesuatu yang patut kita semua ingat. Kartini katakan: Kami merasa bahwa inti dari semua agama sama adalah hidup yang benar, dan bahwa semua agama itu baik dan indah. Akan tetapi, wahai umat manusia, apa yang kalian perbuat dengan dia? Daripada mempersatukan kita, agama seringkali memaksa kita terpisah, dan sedangkan gadis yang muda ini, menyadari bahwa ia harus menjadi kekuatan pemersatu”.
…Perjuangan dan pemikiran Kartini, terutama yang berhubungan dengan pluralisme, memang mendapat perhatian dunia internasional…
Siapa Ny. Eleanor Roosevelt? Dalam buku Decoding the Lost Symbol, Simon Cox menyebut Eleanor Roosevelt adalah aktivis organisasi the Star of East, sebuah organisasi yang berada di bawah kendali Freemasonry, yang menerima perempuan sebagai anggotanya. Di Batavia, organisasi the Star of East (Bintang Timur), pada masa lalu sangat mengakar dengan berdirinya loge Freemasonry, De Ster in het Oosten (Bintang Timur) di kawasan Weltevreden, yang sekarang berada di jalan Boedi Oetomo.
Jadi, masih mengidolakan Kartini? [Artawijaya/voa-islam.com]
* Artikel ini disarikan dari buku Gerakan Theosofi di Indonesia
Kami(Al-Qaida) Dan Hamas Tidak Seaqidah, Merekalah Yang Mengumumkan Hal Itu
Oleh: Syaikh Abu Muhammad ‘Ashim Al Maqdisiy
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya. Wa Ba’du…
Saya telah melihat liqa (wawancara) yang disiarkan oleh Stasiun Al Jazera dengan Al Akh Al Mujahid Mushthafa Abul Yazid hafidhahullah ta’ala, dan menarik perhatian saya sebagian apa yang muncul di dalam lotaran-lontaran Al Akh Al Mujahid hafidhahullah tersebut, dan jelasnya yaitu: Pernyataannya terhadap pertanyaan reporter Ahmad Zaidan: “Sebagian orang meyakini bahwa Al Qaida tidak memuji kecuali kepada para muqatil dan mujahid-nya, dan sedangkan ia tidak memuji harakat-harakah jihad lainnya…” maka Al Akh Al Mujahid Mushthafa Abul Yazid hafidhahullah menjawab: “Ini dusta yang nyata lagi terbuka, dan orang yang memiliki sedikit saja dari sikap obyektifitas dan ia melihat serta menyaksikan edaran-edaran dan pernyataan-pernyataan kami, maka ia akan mendapatkan bahwa kami memuji seluruh kaum mujahidin, di mana alhamdulillah kami telah memuji para mujahidin di Cechnya,
Somalia, Palestina dan di Libanon, jadi berita ini tidak benar namun dusta yang nyata lagi terbuka. Dan bila orang yang mengatakan ucapan tadi dia memaksudkan para mujahidin secara khusus di Palestina, maka kami katakan dan telah kami katakan sebelumnya bahwa kami mendukung semua mujahidin yang jujur di Palestina”.
Saya (Al Maqdisiy) katakan: Seandainya saudara kita tercinta ini mencukupkan diri dengan ucapan ini saja tentulah ucapannya ini sangat singkat lagi padat yang tidak perlu dikomentari, akan tetapi beliau ini menambahkan ungkapan yang mana makalah kami ini ditulis dalam rangka meluruskannya, di mana beliau hafidhahullah berkata: “Termasuk mujahidin Hamas juga kami mendukung dan menyokong mereka dengan segala apa yang kami mampu, di mana mereka itu adalah ikhwan kami, sedang kami dan mereka itu adalah di atas satu fikrah dan satu manhaj”. Selesai.
Maka kami katakan dengan momohon taufiq dari Allah:
Justeru kami dengan mereka itu tidak sefikrah dan tidak semanhaj.
Inilah ketergelinciran seorang pendekar yang tidak akan menghalanginya insya Allah dari melanjutkan perjuangan, namun ia akan berlari darinya dengan cepat untuk melanjutkan jihadnya dan perjuangannya.
Dan dikarenakan kami melihat bahwa pernyataan ini adalah berkaitan dengan kami dan berkaitan dengan ikhwan kami kaum mujahidin di kawasan Baitul Maqdis serta berkaitan dengan jihad mereka, maka kami akan berdiam sejenak mengomentari pernyataan tadi seraya menjelaskan fikrah dan manhaj Hamas, dengan memalingkan pandangan dari takwil saudara kami Abul Yazid hafidhahullah di dalam ucapannya tadi, mungkin saja beliau memiliki alasan-alasan atau udzur-udzur atau sisi-sisi pandang yang tidak kami ketahui, dan bisa saja beliau memaksudkan dengan ucapannya tadi kepada sebagian mujahidin Al Qassam yang tulus yang mengingkari penyimpangan Hamas, di mana mereka itu ada di bawah panjinya dengan berbagai takwil, sedangkan sewajibnya mereka itu adalah bergabung dengan panji tauhid yang bersih. Dan yang jelas bagaimanapun keadaannya, sesungguhnya yang dimaksud dengan penjelasan kami ini bukanlah saudara kami Abul Yazid, oleh sebab itu siapapun orangnya tidak berhak untuk menafsirkan ucapan kami ini bahwa ia adalah penjatuhan kedudukan Syaikh Abul Yazid hafidhahullah…
Namun yang kami maksudkan dengan penjelasan kami ini adalah Hamas..
* Telah ada di dalam mitsaq (piagam) harakah (Hamas) yang dikeluarkan pada tanggal 1 Muharram 1409 H yang bertepatan dengan 18 Agustus 1988 M, bahwa ia adalah dianggap sebagai salah satu sayap dari sekian sayap Ikhwanul Muslimin di Palestina.
* Dan Hamas mengumumkan di dalam bayan-nya yang muncul hari 14 Kanun awal Desember 1987 M, bahwa ia adalah lengan pemukul bagi Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin di Palestina yang terjajah.
Dan tidak ada keperluan untuk menjelaskan tentang Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin, sejarahnya serta penyimpangan-penyimpangan manhajnya yang sangat jelas, karena hal itu tidak samar sedikitpun atas setiap orang dari ikhwan kami, dan Doktor Aiman Adh Dhawahiri hafidhahullah memiliki satu kitab khusus tentang hal ini yang berjudul “Al Hashaad Al Murr” di mana di dalam kitabnya ini Syaikh telah menjelaskan bahwa Al Ikhwan Al Muslimin itu adalah menganut manhaj Demokrasi dan mereka ikut serta di dalam lembaga-lembaga berhalaismenya yang membuat hukum yang tidak Allah izinkan.
Sehingga tidak ada peluang bagi keraguan bahwa manhaj gerakan salafi jihadi ini adalah tentunya secara pasti bukanlah manhaj yang dianut oleh Hamas.
Sebagaimana yang telah ada di dalam wawancara terbuka bersama Doktor Aiman Adh Dhawahiriy hafidhahullah, yaitu ucapannya: “Sesungguhnya saya telah bertahap di dalam menyikapi Hamas, dimulai dari dukungan sampai kepada nasehat yang berulang-ulang sampai kepada pentahdziran dan sampai kepada kritikan yang umum, kemudian tatkala mereka menandatangani kesepakatan Mekkah, maka harus dilakukan kritikan yang tegas. Dahulu saya bertahap dalam menyikapi mereka, namun mereka tidak mengindahkan pendapat saudara-saudara mereka, dan mereka tetap terus di dalam rencana mereka, yaitu masuk pemilu seraya komitmen dengan UUD skuler sampai mereka berlepas diri dari saudara-saudara mereka di Cechnya, dalam rangka mencapai kepada sikap tanaazul (mengalah) dari empat perlima tanah Palestina di Mekkah”.
Dan beliau berkata juga: “Pertama: Hamas telah menyamar di hadapan hakimiyyah syari’at ini, karena ia merestui untuk masuk dalam kancah pemilu kemudian mencapai kekuasaan di atas prinsip UUD skuler yang tidak berhukum kepada syari’at –padahal ia bertentang dengan slogan mereka (Al Qur’an dusturuna)-, dan ini adalah termasuk bencana yang menimpa Al Ikhwan Al Muslimin. Kedua: Saya mengingatkan para ‘ulama di Palestina dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” (Ali ‘Imran: 187)
Dan dengan firman-Nya subhanahu wa ta’ala:
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisa: 65)
Ketiga: Wajib atas para mujahidin Al Qassam untuk menasehati para pimpinan mereka dan menuntut mereka agar kembali kepada manhaj yang benar, memberikan penjelasan kepada mereka, kemudian bila mereka tidak mau menerima juga, maka loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya harus didahulukan terhadap loyalitas kepada tandhim”. Selesai.
Dan inilah cuplikan-cuplikan yang terpisah-pisah yang mengukuhkan apa yang dikatakan oleh Doktor Aiman Adh Dhawahiri tentang Hamas, dan memberikan penjelasan yang nyata bahwa manhajnya adalah sama dengan manhaj yang sesat yang dianut oleh jama’ah induknya (yaitu Al Ikhwan Al Muslimin), tidak berpaling dan tidak beranjak sedikitpun darinya.
RENUNGAN PERTAMA
HAMAS MENGANUT DAN MENGIKUTI SISTEM DEMOKRASI
Berkata ‘Aziz Duwaik anggota Hamas di parlemen dan ketua yang baru bagi Dewan Legislatif Palestina: “Pemerintah Palestina yang baru di bawah kepemimpinan Hamas tidak akan memaksa rakyat Palestina untuk mengikuti prinsip-prinsip syari’at Islam di dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan ia tidak akan berupaya untuk menutup bioskop-bioskop film dan rumah-rumah makan yang menyajikan minuman-minuman yang memabukan. Tidak seorangpun di dalam gerakan Hamas yang memiliki niat untuk menerapkan syari’at Islam dengan kekuatan, ini adalah hal yang tidak ada di dalam program-program kami dan kamipun tidak akan melakukannya. Sesungguhnya perubahan apapun yang akan terjadi di dalam undang-undang Palestina yang diberlakukan di dalam parlemen yang lalu yang dahulu dikuasai oleh gerakan Fatah adalah akan tunduk kepada jajak pendapat rakyat sebagai wujud cerminan prinsip-prinsip demokrasi yang dengan jalurnya Hamas mendapatkan kemenangan”. {Ramallah, Reuters}
Dan berkata juga: “Kenapa kalian menuntut dari kami agar kami memberlakukan prinsip-prinsip demokrasi, dan saya katakan kepadamu dengan lantang: Saya akan kembalikan kepada rakyat Palestina karena saya adalah wakil dari mereka dan sebagai ketua dewan legislatifnya, dan saya biarkan bagi rakyat untuk mengatakan pilihannya, dan inilah kebenaran yang saya katakan, dan demokrasi itu janganlah menjadi milik selain kita”.
Dan berkata pula: (Putusan rakyat kita adalah akan menjadi penentu yang kita rujuk kepadanya, dan rakyat itu memutuskan apa yang ia suka atau menolak apa yang ia suka, sehingga ia itu sesuai dengan semua prinsip hukum-hukum internasional dan sesuai prinsip-prinsip demokrasi adalah pemilik hak di dalam hal ini!!!) selesai.
Ismail Hanieh berkata di dalam acara siaran Permasalahan yang hangat dibicarakan, jam 7:45 sore Rabu 3 Rabi’ Akhir 1426 H yang bertepatan dengan 10 Mei 2005 M, berkata: “Sesungguhnya tujuan harakah Hamas di balik masuknya ke dalam Dewan Legislatif adalah mengerahkan kesatuan rakyat Palestina dan mengerahkan berbagai elemen politik dan partai. Dan sesungguhnya harakah Hamas itu akan menghormati keinginan rakyat, sehingga siapa saja yang dipilih oleh rakyat, maka Hamas akan meridlainya. Di mana kami ini selalu dan selamanya akan tetap bersama dengan keinginan rakyat dan kami akan menerima apa saja yang dihasilkan oleh kotak-kotak suara, bagaimanapun hasilnya, karena kotak-kotak suara dan demokrasi itu adalah satu-satunya jalan yang benar lagi sehat”. Selesai.
Doktor ‘Aziz Duwaik berkata di dalam acara berbahasa arab di Siaran Al ‘Arabiyyah Al Fadlaaiyyah dalam rangka menjawab pertanyaan Jaiz Al Khuriy: “Bila Israel mengakui pemerintahan Palestina maka apakah anda akan mengakui negara Israel?”
Doktor ‘Aziz Duwaik berkata: “Ucapan yang bagus, saya ingin nyata anda menentukan batasan-batasannya kepada kami…”
Jaiz Al Khuriy: Tahun 67.
Doktor ‘Aziz Duwaik berkata: “Bila batasannya sudah ditentukan terlebih dahulu maka kami akan menjadi orang-orang demokrat yang melebihi orang-orang barat sendiri, kami akan tawarkan masalahnya kepada rakyat Palestina, kemudian bila mereka menyetujui maka kami adalah kaum demokrat yang akan menerima putusannya, dan bila mereka menolak, maka ia adalah tanah mereka, dan merekalah pemilik hak satu-satunya di dalamnya...!”
Bayaan (pernyataan) yang muncul dari Brigade Al Qassam di masa pemilu:
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.” (At Taubah: 105)
Maha Benar Allah Yang Maha Agung.
Menjaga pemilu adalah kewajiban nasional..
Setelah terjadinya kesepakatan Palestina yang alot ini serta keinginan bangsa untuk mengadakan pemilu legislatif di waktunya yang sudah ditentukan… dan kami di saat mengukuhkan penghargan kami yang sempurna kepada segala upaya keras yang dikerahkan dari pihak pemerintah nasional dan semua kolompok dan organisasi yang berhaluan nasionalisme maupun Islam yang bertujuan ingin menjadikan hari ini sebagai hari pesta Demokrasi Palestina…, maka sesungguhnya kami di sayap militer perlawanan Palestina dan sebagai bagian yang sangat mendasar dari dalam bangsa ini telah melakukan dialog dan diskusi bersama dengan tujuan melaksanakan kewajiban kami terhadap bangsa kami di dalam kondisi seperti ini, dan kami telah memutuskan point-point berikut ini:
1. Kami menegaskan bahwa hari ini adalah hari yang sangat penting di dalam sejarah bangsa kami yang di dalamnya mereka melaksanakan haknya di dalam memilih para wakilnya di dewan legislatif Palestina dengan kebebasan yang muthlaq dan (mereka di dalamnya) meletakkan pondasi bagi fase baru Palestina.
2. Kami menguatkan dukungan dan sokongan kami bagi keputusan pemerintah nasional dengan cara menjaga jalannya pesta Demokrasi serta melindungi keselamatannya.
3. Kami menguatkan komitmen dan penghormatan kami kepada semua Undang-Undang serta aturan-aturan khusus bagi berlangsungnya pesta Demokrasi. Dan kami semua mengumumkan juga keberlepasan total kami dari setiap unsur yang berupaya mempermainkan dan menebarkan kekacauan.
4. Kami menganggap bahwa siapa saja atau pihak mana saja yang berupaya melakukan pengrusakan atau sikap aniaya terhadap markaz-markaz……dan atas dasarnya maka sesungguhnya kami akan memperlakukannya sebagai pengkhianat yang diupah dan sebagai orang yang keluar dari barisan nasional). Selesai.
Ahmad Yasin ditanya: “Bila telah jelas dari hasil pemilu ini bahwa rakyat Palestina menginginkan Negara Demokrasi yang multi partai, maka akan seperti apa sikap engkau terhadapnya ketika itu?”
Maka Syaikh Ahmad Yasin menjawab sambil marah: “Demi Allah kami adalah bangsa yang memiliki kehormatan dan hak, bila ternyata rakyat Palestina mengutarakan penolakannya terhadap daulah islamiyyah, maka saya akan menghormati dan menjunjung tinggi kemauan dan keinginannya…!!!” lihat Ahmad Yasin, Adh Dhahirah Al Mu’jizah Wa Usthurah At Tahaddiy, terbitan Darul Furqan hal 116 dan 118.
RENUNGAN KEDUA
SESUNGGUHNYA HAMAS KOMITMEN DENGAN UUD DAN UNDANG-UNDANG TURUNANNYA SERTA BERHUKUM DENGANNYA
Doktor Nashiruddin Asy Sya’ir Wakil Perdana menteri yang dicopot Ismail Hanieh berkata: “Sesungguhnya Undang-Undang itu wajib diterapkan kepada semua orang, dan barangsiapa tidak menginginkan Undang-Undang maka hendaklah dia pergi ke neraka”.
Juru bicara resmi Hamas Fauzi Barhum berkata di dalam pembicaraannya yang dia lontarkan kepada Al Quds Al ‘Arabiyyah: “Kekhawatiran itu bukan dari hasil pemilu, akan tetapi dari sikap kita melanggar Undang-Undang dan Undang-Undang Dasar serta aturan main yang sah. Dan kami mencatat masa lalu yang sensitif antara kami dengan harakah Fatah, atau dengan lebih tegasnya aliran di harakah Fatah…”
Sampai ucapannya: “Harakah Hamas adalah sangat berupaya untuk menjaga UUD dan Undang-Undang Turunannya serta Demokrasi sesuai dengan prinsip dasar, bukan sesuai dengan selera bagi aliran di harakah Fatah atau selera Amerika……(Syabakah Al Akhbaar Al Filisthiniyyah, Madaar)
Musa Abu Marzuq berkata di dalam wawancara bersamanya yang dilakukan oleh Al Bayan: “Bisakah engkau menjelaskan kepada kami kesamaran yang muncul setelah tragedi Gaza seputar Daulah Islamiyyah di wilayah itu serta sikap Hamas yang sebenarnya terhadap masalah ini?”
Maka dia berkata: “Hamas adalah pergerakan pembebasan tanah air dan ia tidak pernah sama sekali membicarakan tentang masa depan bangsa Palestina, karena ia adalah tergolong tugas setelah pembebasan. Dan pada dasarnya di dalam ketentaraan harakah ini adalah tidak ada sesuatupun dari hal yang menyinggung hal ini, dan tidak mungkin memisahkan Tepi (Barat) dari Gaza dengan bentuk apapun, di mana kami masih mengatakan sesungguhnya UUD-lah yang akan memutuskan wilayah Gaza, dan kita tidak pernah membatalkan keabsahan Presiden Mahmud ‘Abbas, bahkan sesungguhnya kami mengatakan bahwa di sana ada pihak-pihak yang sah yang lainnya. Dan setiap ancaman dari harakah Hamas adalah propaganda Israel yang tidak ada dasarnya”. (Filisthin Mubasyir)
RENUNGAN KETIGA
HAMAS TIDAK INGIN MEMBERLAKUKAN SYARI’AT ISLAM DAN TIDAK INGIN MENEGAKKAN DAULAH ISLAMIYYAH
Hamid Al Baitawi wakil dari Hamas di Dewan Legislatif Palestina berkata di dalam dialognya bersama Koran Yordania Al Ghad 20/2/2006 M: “Adapun kekhawatiran sebagian orang dari keterbelakangan, pengharusan hijab dan pembatasan kebebasan yang di antaranya adalah (pembatasan) kebebasan wanita, adalah kekhawatiran yang tidak mendasar, karena kami ini bukanlah pergerakan yang baru muncul dan bukan pula pergerakan yang spontanitas, akan tetapi kami ini memiliki sejarah panjang lewat jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin yang sangat dikenal dengan pemikirannya yang moderat, serta pengaruh kami di dalam warisan budaya Palestina adalah telah datang dengan tanpa sedikitpun dari sikap kekerasan…” kami tidak akan menerapkan syari’at Islam, akan tetapi kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk komitmen dengan prinsip-prinsip Islam dengan cara hikmah dan mau’idhah hasanah”.
Dan berkata pula: “Hamas tidak pernah berpikir selamanya untuk menegakkan daulah islamiyyah atau menerapkan syari’at sekarang juga”. Selesai.
Musa Abu Marzuq berkata di dalam dialognya yang sudah disebutkan tadi di atas bersama majalah Al Bayan berkata: “Bisakah engkau menjelaskan kepada kami kesamaran yang muncul setelah tragedi Gaza seputar Daulah Islamiyyah di wilayah itu serta sikap Hamas yang sebenarnya terhadap masalah ini?”
Maka dia berkata: “Setiap penegasan-penegasan prihal pembentukan masa depan wilayah Gaza seraya dijauhkan dari Tepi Barat adalah masuk di bawah lingkaran rancangan Israel yang tujuannya adalah memisahkan Gaza dari Tepi Barat, dan di dalam konteks ini datanglah perang propaganda seputar apa yang dinamakan “Hamasistan” atau imarah islamiyyah serta isu-isu lainnya yang sama sekali tidak memiliki sedikitpun landasan dari kebenaran” selesai.
(Reuters) 23/2/2006 M: Ketua Dewan Legislatif baru ‘Aziz Duwaik berkata: “Tidak seorangpun di dalam gerakan Hamas yang memiliki niat untuk menerapkan syari’at Islam dengan kekuatan, ini adalah hal yang tidak ada di dalam program-program kami dan kamipun tidak akan melakukannya”.
Khalid Misy’al berkata di dalam acara wawancara khusus yang disiarkan khusus oleh stasiun Al Jazera di bulan Tamuz: “Saya telah melakukan kontak-kontak saya dengan para pemimpin arab, kami katakan kepada mereka dengan ringkas: Permasalahan pelik kami bukan bersama si A atau si B; permasalah pelik kami ini adalah bersama sel-sel keamanan yang menerobos wilayah Palestina serta merintangi pengembangan dan pembangunan di dalamnya… kami tidak ingin dua kekuasaan dan tidak ingin juga dua pemerintahan serta tidak ingin pula seperti apa yang dituduhkan kepada kami bahwa kami ini akan menegakkan imarah islamiyyah, dan ungkapan yang kosong lainnya……dan yang saya maksud dengan ucapan yang kosong itu adalah tuduhan-tuduhan yang tidak ada dalilnya” selesai.
Dan berkata pula Doktor Khalil Al Hayyah di dalam penegasan resmi yang disiarkan oleh Stasiun Al Jazera: “Kami tidak akan mendirikan imarah islamiyyah apapun di Gaza”.
Aman Jordania, Faras Bars: “Harakah Hamas menolak pemberitaan yang membicarakan tentang niat Hamas untuk mengatur pemilihan pemimpin di Gaza”.
Juru bicara resmi Hamas Fauzi Barhum menguatkan di dalam pembicaraan khusus lewat telephon kemarin, “…bahwa berita ini secara muthlaq adalah tidak benar, di mana Hamas telah membentuk pemerintahan yang semua anggotanya adalah berasal dari harakah (Hamas), dan ia tidak mengajak untuk menegakkan imarah islamiyyah… Hamas adalah pergerakan perlawanan rakyat Palestina yang memiliki program politik yang berdiri di atas prinsip perubahan dan perbaikan, dan ia adalah pergerakan yang berdiri di atas tujuan pembebasan dan kemerdekaan, dan ia itu adalah perwujudan bagi Islam moderat yang modern lagi demokrasi, oleh sebab itu adalah tidak benar pemberitaan yang mengatakan bahwa kami di Hamas sedang menyiapkan pendeklarasian imarah islamiyyah di Gaza”.
Dan Barhum menambahkan: “Presiden ‘Abbas adalah cerminan salah satu pemerintahan Palestina yang sah yang sampai ke tampuk kepemimpinan lewat kotak suara, dan kami mengakui keabsahan pemerintahannya, walaupun kami menyelisihi beliau…”
Gaza, Jaringan Berita Palestina: Ismail Hanieh perdana menteri pemerintahan persatuan nasional yang dicopot menampik isu yang berkembang tentang niat Hamas untuk menegakkan imarah islamiyyah di Gaza setelah kekuatan militernya menguasai dinas-dinas keamanan, seraya Ismail mengukuhkan prihal komitmen tetap Harakah Hamas terhadap persatuan geografi wilayah-wilayah Palestina dan eksistensi bangsa Palestina.
Dan silahkan lihat pernyataan Hanieh di dalam suratnya tanggal 24/6/2007 H serta penegasannya prihal ketidakadaan niatnya untuk menegakkan sistem Islam.
Hamas mengingkari tindakan koran London Al Hayaah, pemberitaannya yang disebarluaskan, yang isinya bahwa Hamas sedang menyiapkan proyek penerapan Hudud pada undang-undang pidana… Dan Hamas menyebut bahwa pemberitaan tersebut adalah pencorengan nama baik…!!! Dari sisi yang sama pejabat sementara ketua dewan legislatif Doktor Ahmad Bahr menampik semua apa yang beredar seputar pengkajian undang-undang pidana di dewan, dan ia berkata “Sesungguhnya apa yang disebarkan itu adalah bertujuan untuk berbuat buruk dan mencoreng nama baik.” Dan di dalam banyak kesempatan harakah Hamas menampik apa yang diisukan sebagian media pemberitaan bahwa Hamas sedang berupaya menegakkan imarah islamiyyah di wilayah Gaza, dan Hamas mengatakan bahwa ia adalah pergerakan bangsa Palestina yang memiliki program yang berdiri di atas prinsip perubahan dan perbaikan serta penggunaan bahasa perlawanan.
Dan anehnya adalah bahwa setelah beberapa pimpinan Hamas diculik di Qalqiliyyah, maka tampillah di hadapan kita Shalih Ar Raqb wakil menteri wakaf pemerintahan Hamas seraya mengumumkan dan mengatakan: “Sesungguhnya pemerintahan nasional adalah telah kafir, karena ia berhukum dengan selain syari’at Allah dan bahwa para tentara Fatah itu adalah loyalitas kepada orang-orang kafir…!!!. jadi sebenarnya mereka itu mengetahui dan mengakui bahwa hal itu adalah kekafiran kepada Allah Yang Maha Agung…!!!
RENUNGAN KEEMPAT
HAMAS ADALAH PROYEK NASIONALISME YANG SAMA DENGAN PROYEK AL HIZBU AL ISLAMI DI IRAQ DAN AL MAHAAKIM DI SOMALIA, BUKAN PROYEK ISLAMIY YANG JELAS, OLEH SEBAB ITU IA MELAKUKAN PENGKABURAN DAN MEMATIKAN AQIDAH AL WALA DAN AL BARA
Gaza/Samaa/ Shalah Al Bardawil pimpinan di harakah Hamas dan wakil di dewan legislatif menegaskan di dalam penjelasannya kepada koran Mesir Al Yaum As Saabi’ bahwa Hamas “Tidak dan tidak akan membuka kamp-kamp pelatihan militernya kepada pihak-pihak luar untuk menyerang target-target di arab, karena hal ini adalah tergolong yang diharamkan di dalam harakah Hamas, seraya ia mengisyaratkan bahwa Hamas itu memiliki politik yang jelas yang mengikat seluruh kegiatan-kegiatannya, tindakan-tindakannya serta perlawanannya di dalam negeri Palestina, karena tujuan dari berdirinya harakah ini adalah membebaskan tanah (Palestina), dan Hamas sama sekali tidak memiliki hubungan dengan apa yang terjadi di luar Palestina”
Khalid Misy’al: (Akan tetapi kami ini apada dasarnya adalah harakah pergerakan nasional yang mana tujuan dan prioritas kami yang pokok adalah melawan penjajahan dan mewujudkan proyek nasional kami dengan bekerjasama dengan kekuatan-kekuatan Palestina lainnya, dan tujuan kami ini bukanlah apa yang mereka tuduhkan kepada kami yaitu bahwa kami akan mengislamkan masyarakat, apa itu mengislamkan, sedangkan bangsa kita adalah bangsa yang memiliki kebebasan untuk berpolitik, kebebasan untuk bermasyarakat, serta kebebasan untuk berpikir dan menganut agama, tidak ada paksaan di dalam agama ini, kami tidak akan memaksakan pemikiran kami, proyek-proyek kami dan program-program kami yang bersifat sosial atau pemikiran atau agama kepada siapapun). Sumber: Syabakah Hanin.
Dan di antara contoh-contoh kongkrit bagi hal itu:
Khalid Misy’al berkata: (Ancaman bentuk apapun terhadap ‘Arafat, kami menganggapnya sebagai ancaman bagi Hamas pula). Al Islam Al Yaum (Islam Today) – wakalat: 15/2/1425 H…5/4/2004 M.
Hamas mengucapkan bela sungkawa atas kematian sang panglima dan simbol besar perjuangan, Presiden Yaser Arafat.
Dengan kesedihan dan keperihatinan yang mendalam Hamas menyampaikan kabar duka cita kepada bangsa kami rakyat Palestina dan seluruh umat kami bangsa arab dan umat Islam prihal meninggalnya sang panglima dan sang simbol besar perjuangan
Presiden Yaser ‘Arafat
Pemimpin Pemerintah Nasional Palestina
Dan Organisasi Pembebasan Palestina
Yang telah meninggal di pagi hari Kamis 11/11/2004 H di usia 75 tahun, yang mayoritasnya beliau habiskan di dalam mengabdi kepada permasalahan Palestina dan berjuang karenanya serta membelanya di berbagai forum regional maupun internasional, dan ia mendapatkan berbagai kesulitan, pembaikotan, pengejaran dan kepenatan.
Semoga Allah memberikan kepada Abu ‘Ammar rahmat yang sangat lapang dan menempatkannya di surga yang luas, serta memberikan kepada karib kerabat, keluarga dan teman-temannya di gerakan Fatah dan Organisasi Pembebasan Palestina serta bangsa Palestina kesabaran yang baik dan penghiburan yang lembut.
…………….innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
Kamis 28 Ramadlan 1425 H
Yang bertepatan dengan 11 Tasyrin Ats Tsaniy (Nopember) 2004 M
Syaikh Hasan Al Wardayaan, pemeran Hamas di Baitellehem, yang penyebutan namanya terdapat di dalam penjelasan yang disusupkan, bahwa harakahnya memiliki hubungan istimewa dan bersejarah dengan saudara-saudara umat Kristiani di kota Baitellehem.
Syaikh Al Wardayan menguatkan: “Bahwa hubungan istimewa antara Hamas dengan umat Kristiani adalah sangat jelas dan menonjol di hadapan publik, di mana kita ikut serta dengan ikhwan Kristiani di dalam program-program dan kegiatan-kegiatan mereka, dan mereka pun ikut serta dengan kami di dalam kegiatan-kegiatan kami juga, tidak hanya itu saja, bahkan di antara kami dengan mereka ada hubungan-hubungan bersama dalam rangka melayani kota Baitellehem dan secara khusus di masa-masa pemilu, di mana para anggota dan simpatisan Hamas memilih para calon yang beragama kristen agar mereka menjadi kepala daerah, dan begitu juga umat Kristiani memilih para calon dari Hamas dalam rangka tujuan yang sama, dan kedua pihak pun berhasil mencapai tampuk kepala daerah dengan penuh ketenangan, persaudaraan, ketentraman dan kenyamanan.”
Syaikh Al Wardayan mengisyaratkan bahwa Al Bayan dan orang yang berdiri di belakangnya berupaya keras untuk memecah belah persatuan nasional dan kemanusiaan yang dinikmati oleh kaum muslimin dan umat kristiani di Baitellehem sepanjang sejarah… Maka sesungguhnya saudara-saudara kami umat kristiani di Baitellehem adalah memiliki hak-hak kependudukan yang mulia, kewajiban mereka sama dengan kewajiban kami dan hak mereka sama dengan hak kami, karena mereka telah mempersembahkan para syuhada dan orang-orang yang luka sebagaimana kamipun demikian,…..
Khalid Misy’al menegaskan kepada Guardian Inggris bahwa persengketaan dengan Israel itu bukan persengketaan agama akan tetapi persengketaan politik.
Utusan Hamas menyelesaikan kunjungan pendek ke Libiya, di sela-selanya mereka bertemu dengan Qadzafiy di tendanya dan mengunjungi rumahnya yang ambruk 25/3/2006 M.
Misy’al berkata: “Kami mendapatkan kesejukan, menyenangkan kami bahwa umat ini berdiri di samping rakyat Palestina”.
London, Ketua DPP Hamas Khalid Misy’al dan rombongan yang menyertainya di sore Kamis menyelesaikan kunjungan pendek ke Libiya yang di sela-selanya mereka bertemu dengan Pemimpin Libiya Kolonel Mu’ammar Qadzafiy….
Dan sampailah rombongan di fajar hari Kamis ke Libiya, dan ia terdiri dari Ketua DPP Hamas Khalid Misy’al, wakilnya Doktor Musa Abu Marzuq, juga anggota DPP ‘Izzat Ar Rusyq, serta masing-masing dari Munir Sa’id dan Muhammad Nashr, di mana keduanya adalah anggota di dalam kepemimpinan politik harakah Hamas.
Misy’al mengatakan: “Kami merasa mulia dengan bisa bertemu dengan saudara panglima Mu’ammar Qadzafi, dan kami bermusyawarah dengannya tentang permasalahan Palestina”.
Berita Koran: Delegasi dari harakah Hamas menyampaikan bela sungkawa atas kematian amir negara Kuwait:
Al Akh Al Mujahid Khalid Misy’al pemimpin DPP Hamas bersama rombongan delegasi Hamas melakukan kunjungan ke negara Kuwait dan menyampaikan kewajiban bela sungkawa atas kematian amirnya al maghfur lahu (yang diampuni dosa-dosanya) dengan izin Allah yaitu Syaikh Jabir Al Ahmad Al Shabah, di mana bela sungkawa itu disampaikan kepada amir negara Kuwait yang mulia Syaikh Sa’ad Al Abdillah Al Shabah dan perdana menteri Syaikh Shabah Al Ahmad Al Shabah di samping sejumlah para pejabat pemerintahan Kuwait: “Sesungguhnya kami di harakah Hamas ikut serta dengan saudara-saudara kami di Kuwait berbela sungkawa atas musibah yang menyakitkan ini, untuk mengenang apa yang dipersembahkan oleh yang mulia amir Jabir Al Ahmad Al Shabah rahimahullah berupa uluran tangan yang tulus serta sikap-sikap yang agung di dalam melayani permasalahan bangsa Arab dan umat Islam, dan terutama masalah Palestina, serta dukungannya kepada hak-hak bangsa Palestina, sokongannya dan perjuangannya. Dan sesungguhnya kami di harakah Hamas di saat menilai bahwa musibah karena kehilangan beliau adalah musibah juga bagi bangsa Palestina, agar kami memohon kepada Allah supaya melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada mendiang yang mulia, menempatkannya di surga yang lapang serta memberikan karunia kesabaran dan hiburan kepada pimpinan Kuwait dan bangsanya…”.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Kantor Berita
Kamis 19 Dzul Hijjah 1426 H
Yang bertepatan dengan 19 Kanun Tsani (Januari) 2006 M.
RENUNGAN KELIMA
HAMAS BERUPAYA UNTUK MEREALISASIKAN PERSATUAN NASIONAL (TAUHID KAUM NASIONALIS BUKAN TAUHID PARA RASUL)
Hamas berkata di dalam penjelasannya dalam peringatan kesyahidan Fathi Asy Syaqaqiy: “Sesungguhnya persatuan nasional adalah tujuan kita, sebagaimana berkumpul di sekitar permasalahan kita dan penyelesaian persengetaan kita adalah dengan dialog dan hujjah yang meyakinkan…” {Syabakah Filisthin Al Yaum Al Ikhbariyyah}
Ketua dewan legislatif Palestina ‘Aziz Ad Duwaik yang telah dibebaskan oleh Israel dari penjara Hadariem dekat kota Tholkrem sebelah utara Tepi Barat hari Selasa yang lalu berkata: “Sesungguhnya di benaknya ada banyak permasalahan yang penting, yang terdepan darinya adalah pengembalian peranan Parlemen Palestina dalam rangka masalah yang pokok, yaitu mendorong arah persatuan nasional”.
Gaza (Madaar Lil Akhbaar), Kantor perdana menteri Palestina di Gaza mengungkapkan di dalam siaran Pers kebersikukuhan perdana menteri untuk menolak penyodoran pemerintahan (yang baru) ini kepada dewan legislatif pemilik kewenangan di dalam memberikan keabsahan yang semestinya bagi pemerintahan Palestina mana saja untuk menjalankan kegiatannya, seraya menegaskan bahwa pemerintahan persatuan nasional akan menjalankan tugasnya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (Syabakah Al Akhbaar Al Filisthiniyyah Madaar).
Harakah Fatah dan Hamas di Dhuhur hari Ahad yang bertepatan dengan tanggal 23/3/2008 M telah menandatangani kesepakatan yang disponsori Yaman untuk perdamaian nasional Palestina, yang dinaungi oleh Presiden Yaman Ali Abdullah Shaleh. Kesepakatan Shan’a yang ditandatangani oleh dua harakah dengan sponsor Presiden Yaman ini menegaskan terhadap pentingnya persatuan nasional Palestina, baik tanah air, rakyat maupun pemerintahan, sebagaimana ia menegaskan untuk dimulainya kembali dialog antara dua harakah ini tentang pentingnya pengembalian kondisi kepada keadaan yang lalu sebelum pembersihan wilayah Gaza termasuk pemerintahan persatuan nasional. (Filisthin Al Aan).
Seputar pertemuan Hamas dengan Abu Mazin (Mahmud ‘Abbas):
Telah dilakukan upaya perbincangan antara delegasi Hamas yang dipimpin oleh saudara Khalid Misy’al ketua DPP harakah Hamas dengan delegasi Pemerintahan Palestina yang dipimpin oleh tuan Mahmud ‘Abbas. Dan itu dilangsungkan di sela-sela acara makan malam yang diadakan oleh harakah Hamas untuk menghormati Presiden Mahmud ‘Abbas dan rombongan yang menyertainya di sore hari Kamis 7 Tamuz (Juli)
Dan di sela-sela pertemuan tersebut Hamas menagaskan akan pentingnya mengokohkan persatuan nasional Palestina.
Al Maktab Al I’lamiy
Jum’at 2 Jumada Al Akhirah 1426 H
Yang bertepatan dengan 8 Tamuz (Juli) 2005 M
(Penjelasan yang muncul berasal dari Brigade Al Qassam di masa pemilu, yang telah lalu sebagiannya:
Menjaga pemilu adalah kewajiban nasional…
Setelah terjadinya kesepakatan Palestina yang alot ini serta keinginan bangsa untuk mengadakan pemilu legislatif di waktunya yang sudah ditentukan…
Kami menganggap bahwa siapa saja atau pihak mana saja yang berupaya melakukan pengrusakan atau sikap aniaya terhadap markaz-markaz… dan atas dasarnya maka sesungguhnya kami akan memperlakukannya sebagai pengkhianat yang diupah dan sebagai orang yang keluar dari barisan nasional.
Wahai anak-anak bangsa kami yang sedang ribath:
Kami saat mengajak kalian dengan berbagai kelompok kalian dan arah pemahaman organisasi kalian kepada keikutsertaan yang lebih luas di dalam pesta demokrasi ini…, maka sesungguhnya kami mengingatkan kalian semuanya agar berpegang teguh kepada persatuan nasional dan tidak menyeretnya ke dalam batas kampanye pemilu…
Hendaklah persatuan nasional ini tetap terjamin untuk keberlangsungan bangsa kita.
Saudara-saudara kalian, mujahidin kalian serta kawan-kawan kalian) selesai.
Dan di dalam contoh-contoh yang kami utarakan ini terdapat kecukupan supaya setiap orang mengetahui bahwa manhaj gerakan salafi jihadi yang mana Al Qaidah termasuk di dalamnya adalah secara meyakinkan bukanlah manhaj Hamas.
Namun demikian saya belum merasa tentram untuk menutup pembicaraan ini kecuali dengan ucapan yang tegas milik mereka (Hamas) yang dengannya saya memberikan penerangan kepada ikhwan saya yang masih cenderung kepada Hamas dan mereka masih menduga-duga padanya apa yang mereka inginkan; bahwa Hamas sendirilah yang telah membedakan dirinya sendiri dari kita dengan pernyataan yang sangat jelas, dan mereka tidak meridlai manhaj kita sebagai manhajnya.
Maka apakah belum tiba saatnya bagi kita untuk melakukan seperti apa yang mereka lakukan tanpa keraguan dan tanpa keberatan?
..
Ini adalah watsiqah (dokumen) yang saya dapatkan telah dicetak sebagai buletin yang termasuk terbitan Hamas (Dinas Keamanan Umum – Daairah Ta’bia’h Wa Tau’iyah) di bawah judul “Nasehat-Nasehat Di Atas Jalan Keamanan Pemikiran Dan Pergerakan) Perbedaan-Perbedaan Antara Hamas Dengan Al Qaidah” dan tulisan itu adalah sangat berpihak kepada Hamas sebagaimana hal itu sangat nampak dari bahasanya, dan tulisan ini di awal isinya ditujukan kepada Al Ikhwan Al Muslimin, Tentara Hamas dan Elemen-Elemen Kepengurusannya.(Dan ia telah disebarkan di internet dengan judul (Hamas dan Al Qaidah….perbedaan-perbedaan yang paling besar di dalam pemikiran dan strategi) milik Jihad As Sa’diy, akan tetapi tanpa pendahuluan yang disebutkan di awalnya pernyataan kepada Al Ikhwan Al Muslimin dan tentara Hamas; saya tidak mengetahui siapa yang menukilnya dari yang lainnya di antara mereka!!)
Dan inilah cuplikan-cuplikan ringkas darinya:
“Orang yang memandang garis jihadi kedua belah pihak –yaitu Al Qaidah dan Hamas– adalah bisa merabak tanpa membutuhkan energi perbedaan-perbedaan yang besar yang berwujud pada Dasar-Dasar Pijakan, tabi’at pergerakan, lahan perseteruan, geografinya dan sosok-sosok musuhnya…dst
Kemudian mereka menuturkan di antara titik-titik perbedaan yang paling menonjol:
* Harakah Hamas sesuai pasal kedua dari Piagamnya adalah (sayap dari sekian sayap Al Ikhwan Al Muslimin di Palestina), dan organisasi Al Ikhwan Al Muslimin itu adalah organisasi internasional, di mana ia adalah harakah islamiyyah terbesar di zaman modern ini, dan ia adalah organisasi yang sudah lama yang memiliki sejarah jihad!
Adapun organisasi Al Qaidah maka ia tidak memiliki kaitan dengan aliran-aliran pemikiran manapun yang ada di lapangan di zaman modern, di mana ia adalah organisasi yang baru muncul setelah kekalahan Uni Seviet oleh para mujahidin di Afghanistan, serta ia menganut pemikiran madrasah yang baru terbentuk yang dinamakan “Madrasah Al Fikri As Salafi Al Jihadi”
* Harakah Hamas mengimani pentingnya keikutsertaan politik dan perubahan lewat jalan ikut serta langsung di dalam bingkai Negara dan lembaga-lembaganya dengan jalan pencalonan diri, pemilu, masuk ke dalam dewan perwakilan dan pemerintahan sesuai dengan koridor syar’iy dan tinjauan mashlahat.
Adapun tandhim Al Qaidah, maka ia itu menganut pemahaman fiqh yang mengharamkan masuk dewan perwakilan dan menyebutnya sebagai kekafiran, dan ia tidak membolehkan masuk ke dalam pemerintahan dan pembentukannya seraya mensifatinya sebagai salah satu gambaran demokrasi yang dinilai oleh Al Qaidah sebagai bingkai kekafiran yang tidak boleh berinteraksi dengannya.
* Harakah Hamas mengimani geografi permusuhan dengan musuh zionis, di mana ia itu menolak untuk mengeluarkan pertikaian di luar wilayah Palestina karena beberapa faktor (taktik, organisasi, realita dan militer).
Adapun organisasi Al Qaidah, maka ia itu memiliki banyak front terbuka di dalam negara-negara arab dan barat, dan ia tidak beriman terhadap pembatasan peperangan dengan geografi.
* Hamas tidak menganut manhaj takfiriy!! di dalam manhaj fikrahnya, dan ia tidak menjerumuskan dirinya di dalam masalah-masalah pengkafiran para penguasa arab dan Islam atau pemerintahan, dan ia berupaya untuk membangun hubungan-hubungan positif dengan seluruh negara di atas dasar penghormatan saling timbal balik di atas dasar prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.
Sedangkan Al Qaidah, maka ia itu adalah menganut manhaj pengkafiran sistem-sistem pemerintahan dan pemerintahan-pemerintahan yang ada, sehingga ia tidak memandang perlu adanya hubungan-hubungan positif dengan pemerintahan-pemerintahan yang ada karena pertimbangan-pertimbangan yang dinilai oleh Al Qaidah sebagai suatu yang syar’i lagi sesuai realita menurut sisi pandangnya.
* Hamas menolak prinsip penggunaan kekerasan di tengah masyarakat arab dan Islam untuk merubah sistem pemerintahan, dan ia memandang haramnya menumpahkan darah orang muslim di bawah alasan apapun kecuali dengan hak Allah, oleh sebab itu Hamas mengimani prinsip perubahan pemerintahan dengan cara damai.
Adapun tandhim Al Qaidah, maka ia menganut paham yang membolehkan baginya untuk menggunakan kekerasan dan pembunuhan terhadap pemerintahan dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya!! dengan alasan bahwa ia adalah pemerintahan yang kafir, dan Al Qaidah mengimani prinsip perubahan lewat jalur kekerasan dan mengambil fiqh Tatarrus dan bahwa yang terbunuh dari kalangan sipil tanpa sengaja akan dibangkitkan di atas dasar niatnya. -Di mana Al Qaidah sesungguhnya tidak mengkafirkan masyarakat arab dan Islam serta tidak memfatwakan kebolehan membunuhnya secara sengaja-.
* Al Qaidah tidak membedakan antara pemerintah yang berkuasa sebagai pengatur pemerintahan dengan masyarakatnya, di mana Al Qaidah memandang bahwa tidak ada perbedaan atau tidak ada pemisahan antara masyarakat Amerika umpamanya dengan pemerintah Amerika atau antara masyarakat Inggris umpamanya dengan pemerintah Inggris, oleh sebab itu membunuh mereka (pemerintah) tidak ada bedanya dengan membunuh mereka (masyarakat).
Sedangkan Hamas adalah membedakan di dalam memandang musuh-musuhnya antara sosok-sosok pemerintahan yang sedang berkuasa dengan masyarakatnya…
* Hamas mengimani timbangan kekuatan realita di dalam mengatur perhelatannya dengan si penjajah, dan di dalam hal itu ia menggunakan segala kesempatan-kesempatan yang diberikan demi menjaga eksistensinya dan keterbatasan peralatan dan persenjataannya di waktu dan tempat yang tepat, dan atas dasar itu ia meletakkan langkah-langkah perjalanannya, sehingga ia memandang tidak apa-apa melakukan koalisi saling mendukung di sana sini dalam rangka merealisasikan adanya keseimbangan dengan musuh yang menjajah (Musuh bagi musuhku adalah temanku).
Adapun tandhim Al Qaidah, maka ia tidak memandang di dalam perbedaan kekuatan dengan musuh sebagai suatu tanda yang penting dipertimbangkan di dalam perhitungan penyerangan dan mundur, karena ia berpatokan seolah total kepada faktor keimanan terhadap kemenangan, sehingga menurut Al Qaidah tidak apalah di sini membuka beberapa front secara sekaligus dengan berangkat dari beberapa kaidah dan penafsiran, dan ia tidak memandang dlarurat yang mendesak atau suatu faidah dari menggunakan kaidah -Musuh bagi musuhku adalah temanku-.
Ini adalah cuplikan dari ucapan orang-orang Hamas, di mana mereka membedakan manhaj mereka secara terang-terangan dan dengan secara tegas dari manhaj Al Qaidah; maka apa belum saatnya bagi ikhwan kami untuk tidak sungkan-sungkan dari melakukan hal itu juga?! Dalam rangka membela para ikhwan mujahidin muwahhidin yang diusir, disiksa dan dipenjara!!dengan tuduhan bahwa mereka itu Al Qaidah!!di Gaza hari ini…
Adapun Dokumen Kedua:
Maka ia adalah cuplikan dari perkataan Yunus Al Asthul dan ia itu disebut-sebut sebagai mufti Hamas di dalam wawancaranya dengan koran harian Palestina yang menjadi corong Hamas di Gaza, dan dia itu adalah salah satu rujukan fatwa di Hamas dan salah satu wakilnya di dewan legislatif; yang berisi ucapan yang ngawur dan tuduhan dusta yang kebohongannya bisa diketahui oleh orang yang jauh maupun dekat:
Di antara yang dikatakan oleh Al Asthul ini adalah: “Bahwa organisasi Al Qaidah terlalu memperluas diri di dalam mengeluarkan fatwa-fatwa pembunuhan dan pengkafiran!! Sehingga dia itu dengan sikapnya itu adalah lebih mendekati kepada fikrah salafiyyah atau fikrah Takfier wal Hijrah!! berbeda halnya dengan harakah Hamas yang menganut manhaj pertengahan dan moderat”.
Al Asthul mengklaim vbhwa Al Qaidah itu berangkat dari pengkafiran masyarakat!! Sedangkan Hamas adalah berangkat dari sikap menganggap masyarakat itu adalah masyarakat muslim, dan atas dasar itu maka sesungguhnya elemen-elemen Al Qaidah adalah tidak segan-segan dari mencapai tujuan-tujuannya!! dengan mengenyampingkan pandangan dari pengkajian sarana-sarana yang dipergunakan dan hasil-hasil yang diakibatkan atas hal itu sesuai dengan vonis umum yang mereka munculkan)
Al Asthul mengklaim bahwa di antara perbedaan yang paling mencolok antara Hamas dengan Al Qaidah adalah bahwa Al Qaidah itu mengimani amal jihadiy tanpa bersandar kepada organisasi politik yang bisa memetik buah amal jihadinya, oleh sebab itu ia berjihad dalam rangka membalas dendam dan membunuh saja!! Supaya dengannya ia merobohkan atap tujuan-tujuannya, sedangkan harakah Hamas adalah harakah politik yang memiliki sayap militer yang membelanya dan membela masyarakatnya, dan ia itu menjadikan amal jihadi sebagai buah di dalam kemenangan-kemenangan politik, oleh sebab itu sesungguhnya jihad bukanlah dasarnya namun ia itu adalah perubahan dengan cara damai, kemudian bila perubahan ini berhasil maka itulah yang diharapkan, dan bila ternyata tidak berhasil, maka sesungguhnya penggunaan kekuatan adalah suatu kemestian di dalam kondisi yang sebaliknya.
Al Asthul berkata: “Saya tidak mengetahui bagaimana keputusan itu dibuat dengan cermat di dalam tandhim Al Qaidah!! Adapun di dalam pergerakan Hamas, maka keputusan itu adalah syura yang berjama’ah, dengan arti bahwa pihak-pihak elit politik terbesar ikut serta di dalamnya dengan elemen terkecil harakah. Dan permasalahan-permasalahan yang kecil adalah cukup di dalamnya dewan-dewan yang cakupannya sempit membuat keputusan di dalamnya, seperti pimpinan politik pusat dan majlis syura yang umum atau terkadang majelis syura yang mini sesuai tuntutan kondisi-kondisi keamanan”. selesai.
Jadi mereka itu sudah memisahkan manhaj mereka sendiri dengan penuh kejelasan dan mereka berlepas diri dari manhaj Al Qaidah dan gerakan salafiy jihadiy secara umum serta menyerangnya dengan penuh kebusukan dan kebohongan.
Bila ada yang mengatakan: Apa faidah hal ini sekarang? Maka kami katakan: Ia memiliki banyak faidah bila ikhwan kita yang di dalam bersabar dan tabah serta mampu menghindari benturan dengan Hamas…
Dan di antara yang paling penting dan paling nampak adalah: Pengokohan panji tauhid, membelanya, menampakkannya serta membedakannya dari panji yang menyimpang dan yang kotor (Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik).
Maka hal yang wajib atas ikhwan kita di setiap tempat adalah melakukan hal itu di dalam ucapan mereka yang didengar dan yang dibaca, dan mereka berpaling dari Hamas yang telah berpaling dari mereka dan dari manhaj dan jihad mereka, dan supaya mereka melupakan urusan Hamas ini serta menutup lembarannya..
Dan hendaklah mereka terang-terangan dan tegas-tegasan mendukung para mujahidin yang meninggikan panji tauhid dalam keadaan putih, bersih lagi istimewa; dan hendaklah mereka mengajak para pemuda untuk berkumpul di sekelilingnya dan membelanya..
Inilah di antara perbuatan terbesar yang bisa mereka lakukan di dalam fase ini demi membela panji tauhid, Baitul Maqdis dan Palestina.
“Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (Al Anfal: 42).
Ditulis Oleh Abu Muhammad Al Maqdisiy
Awal Rajab 1430 Dari Hijrah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Saat saya telah selesai dari menulis tulisan ini dan saya berniat untuk mengirimkannya kepada sebagian ikhwan kami di Gaza supaya saya melihat apakah mereka memiliki catatan; maka saya mendapatkan sebagian mereka telah mengirimkan surat ini kepada saya sebelum saya mengirimkan surat saya kepada mereka, maka saya ingin menyertakan beberapa alinea darinya untuk memperkenalkan prihal begitu pentingnya masalah ini yang karenanya saya menulis tulisan ini, dan bahwa pikiran saya adalah pikiran mereka, dan kepedihan saya adalah kepedihan mereka juga, dan masalahnya bukan mencari-cari kesalahan para mujahidin sebagaimana yang diduga oleh sebagian orang-orang yang dungu di sekitar kami yang tidak ada pikiran kecuali berburuk sangka dan menebarkan fitnah.
Suratnya:
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah.
Syaikh kami yang tercinta lagi baik mulia (Abu Muhammad)
As salaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Syaikh kami tercinta..
Telah menarik perhatian saya di dalam jawaban Syaikh Panglima Abul Yazid Mushthafa –semoga Allah menjaga dan melindunginya– terhadap pertanyaan Stasiun Al Jazeera, ucapannya: “Kami mendukung semua mujahidin yang jujur di Palestina, termasuk mujahidin Hamas juga kami mendukung dan menyokong mereka dengan segala apa yang kami mampu, di mana mereka itu adalah ikhwan kami, sedang kami dan mereka itu adalah di atas satu fikrah dan satu manhaj”!
Saat itu juga saya merasa sangat terpojokan di hadapan teman-teman dan kawan-kawan saya yang telah menyaksikan cuplikan pers di tayangan Al Jazeera, terutama sesungguhnya kawan-kawan itu sangat mengetahui sikap saya dan sikap salafiy jihadiy terhadap Hamas. Dan saat mereka bertanya kepada saya tentang sikap seperti ini dari tokoh besar Qaidatul Jihad As Salafiyyah Al Jihadiyyah Al ‘Alamiyyah, maka saya tidak mengetahui bagaimana menjawab pertanyaan mereka, dan saya berkata kepada mereka: Ini bukan sikap Qaidatul Jihad dan bukan pula sikap As Salafiyyah Al Jihadiyyah Al ‘Alamiyyah, dan bisa jadi Syaikh Abul Yazid –sedang beliau ini adalah lebih utama dari kami tentunya– memaksudkan sesuatu yang tidak kami ketahui atau bisa saja beliau telah berijtihad namun kemudian keliru, wallahu a’laa wa a’lam.
Dan saat terjadi dialog di antara kami sesama teman, maka masing-masing dari kami memiliki sikap, di mana di antara kami ada yang salafi dan ada yang ikhwaniy dan ada yang selain itu, maka orang-orang Al Ikhwan Al Muslimin menyerang saya dan berkata bahwa kalian ini tidak lebih mengetahui dan tidak lebih senior daripada Abul Yazid, sedang ia yaitu Abul Yazid telah mengakui kami sebagai kawan sejawat di dalam satu manhaj!!dan saat itu pula saya katakan kepada mereka: Sesungguhnya pemutus di antara kami dengan kalian dan dengan Abul Yazid adalah hukum syari’at yang bersih ini, maka mari kita pergi kepada syari’at dan kita bertanya kepada keduanya (Al Kitab dan As Sunnah), apakah keduanya mengakui pengguguran syari’at dan pembunuhan di luar wilayah mahkamah syar’iyyah,….., dan apakah koalisi kalian dan penerimaan akan sokongan dana dan politik dari kaum Rafidlah Syi’ah yang mencela para sahabat yang mulia, berkata buruk tentang isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, membolehkan nikah mut’ah serta menyanjung Abu Lu’lu’ah Al Majusiy la’anatullah ‘alaih…apakah hal ini semua diakui oleh syari’at??!! Saya, kalian dan Abul Yazid berada di hadapan Kitabullah dan Sunnah Rasul, di mana saya ini bukanlah hujjah atas Al Qaidah, dan Abul Yazid pun bukanlah hujjah atas kami, serta kami ini bukanlah hujjah atas sebagian yang lainnya, semua kita berada di hadapan syari’at, dan syari’at-lah penerang yang putih yang ada di antara kita, di mana tidak menyimpang darinya kecuali orang yang binasa.
Adapun bila Abul Yazid memaksudkan dari penyebutan Hamas adalah jama’ah salafiyyah yang memisahkan diri dari mereka, maka ini adalah masalah lain.
Adapun bila beliau memaksudkan Hamas Carter, Paus, Baba Manuel Muslim dan Putin, maka demi Allah ini adalah tidak boleh, dan Al Qaidah tidak pernah memuji mereka itu.
Pendapat:
Sungguh termasuk sikap bijak seandainya orang mengatakan: Bahwa mereka (Hamas) itu termasuk mujahidin dan termasuk Ahlussunnah (akan tetapi mereka itu keliru di dalam ijtihad mereka masuk Parlemen dan ikut serta di dalam pemerintahan yang tidak memiliki kesempatan untuk menerapkan syari’at, dan kami menyambut mereka sebagai Ahlussunnah) akan tetapi kami menentang mereka atas sikap mereka masuk dewan kemusyrikan dan sikap mereka menggugurkan syari’at Islam serta kerjasama mereka dengan Iran Rafidlah) serta yang lainnya….
Para pemuda Hamas mengambil ucapan-ucapan tadi dari mereka dari ucapan itu kemudian mereka terbang dengannya di berbagai forum untuk menyerang kami!!!
Dan untuk diketahui bahwa orang semacam saya yang kecil ini tidaklah layak memberikan nasehat kepada orang besar semacam Abul Yazid, akan tetapi demi Allah itu adalah ghairah (kecemburuan) terhadap manhaj kita yang lurus.
Maka bagaimana pendapat engkau tentang masalah ini wahai Abu Muhammad?
Seraya memohon kepada Allah ‘azza wa jalla untuk menolong Qaidatul Jihad, Thaliban, para pemuda dan para mujahidin di setiap tempat di belahan bumi ini.
Ya Allah jagalah Syaikh Kami Sang Panglima Abul Yazid dari segala keburukan dan kejahatan.
Ya Allah teguhkanlah ia dan tepatkanlah tembakannya.
Ya Allah, pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan.
Dan akhir seruan kami adalah alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Saudaramu Al Faqir Ilallaah
………………….
Gaza
Kemudian datang lagi kepada saya pertanyaan ini lewat jalur tanya jawab Al Minbar:
Kepada Abu Muhammad Al Maqdisiy.
As salaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Syaikh kami semoga Allah memberikan kebaikan kepada engkau, sebagaimana yang engkau suarakan ke belahan barat dan bumi ini prihal ikatan iman yang paling kokoh dan kufur kepada para thaghut hukum, dan sebagaimana yang tidak samar terhadap engkau kesesatan harakah Hamas di dalam hal ashluddien yaitu tauhid al hakimiyyah, maka bagaimana pendapat engkau prihal perkataan Al Akh Abul Yazid yang menyatakan bahwa Hamas itu adalah ikhwan kami, sedang kami dengan mereka itu adalah berada di atas fikrah dan manhaj yang sama. Berikanlah fatwa kepada kami semoga Allah memberikan pahala kepada engkau.
Muridmu Yang Berbakti Yang Selalu Mendoakan Engkau Di Malam Dan Siang Hari
Abu Muhammad Al Muhajir
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikutinya. Wa Ba’du…
Saya telah melihat liqa (wawancara) yang disiarkan oleh Stasiun Al Jazera dengan Al Akh Al Mujahid Mushthafa Abul Yazid hafidhahullah ta’ala, dan menarik perhatian saya sebagian apa yang muncul di dalam lotaran-lontaran Al Akh Al Mujahid hafidhahullah tersebut, dan jelasnya yaitu: Pernyataannya terhadap pertanyaan reporter Ahmad Zaidan: “Sebagian orang meyakini bahwa Al Qaida tidak memuji kecuali kepada para muqatil dan mujahid-nya, dan sedangkan ia tidak memuji harakat-harakah jihad lainnya…” maka Al Akh Al Mujahid Mushthafa Abul Yazid hafidhahullah menjawab: “Ini dusta yang nyata lagi terbuka, dan orang yang memiliki sedikit saja dari sikap obyektifitas dan ia melihat serta menyaksikan edaran-edaran dan pernyataan-pernyataan kami, maka ia akan mendapatkan bahwa kami memuji seluruh kaum mujahidin, di mana alhamdulillah kami telah memuji para mujahidin di Cechnya,
Somalia, Palestina dan di Libanon, jadi berita ini tidak benar namun dusta yang nyata lagi terbuka. Dan bila orang yang mengatakan ucapan tadi dia memaksudkan para mujahidin secara khusus di Palestina, maka kami katakan dan telah kami katakan sebelumnya bahwa kami mendukung semua mujahidin yang jujur di Palestina”.
Saya (Al Maqdisiy) katakan: Seandainya saudara kita tercinta ini mencukupkan diri dengan ucapan ini saja tentulah ucapannya ini sangat singkat lagi padat yang tidak perlu dikomentari, akan tetapi beliau ini menambahkan ungkapan yang mana makalah kami ini ditulis dalam rangka meluruskannya, di mana beliau hafidhahullah berkata: “Termasuk mujahidin Hamas juga kami mendukung dan menyokong mereka dengan segala apa yang kami mampu, di mana mereka itu adalah ikhwan kami, sedang kami dan mereka itu adalah di atas satu fikrah dan satu manhaj”. Selesai.
Maka kami katakan dengan momohon taufiq dari Allah:
Justeru kami dengan mereka itu tidak sefikrah dan tidak semanhaj.
Inilah ketergelinciran seorang pendekar yang tidak akan menghalanginya insya Allah dari melanjutkan perjuangan, namun ia akan berlari darinya dengan cepat untuk melanjutkan jihadnya dan perjuangannya.
Dan dikarenakan kami melihat bahwa pernyataan ini adalah berkaitan dengan kami dan berkaitan dengan ikhwan kami kaum mujahidin di kawasan Baitul Maqdis serta berkaitan dengan jihad mereka, maka kami akan berdiam sejenak mengomentari pernyataan tadi seraya menjelaskan fikrah dan manhaj Hamas, dengan memalingkan pandangan dari takwil saudara kami Abul Yazid hafidhahullah di dalam ucapannya tadi, mungkin saja beliau memiliki alasan-alasan atau udzur-udzur atau sisi-sisi pandang yang tidak kami ketahui, dan bisa saja beliau memaksudkan dengan ucapannya tadi kepada sebagian mujahidin Al Qassam yang tulus yang mengingkari penyimpangan Hamas, di mana mereka itu ada di bawah panjinya dengan berbagai takwil, sedangkan sewajibnya mereka itu adalah bergabung dengan panji tauhid yang bersih. Dan yang jelas bagaimanapun keadaannya, sesungguhnya yang dimaksud dengan penjelasan kami ini bukanlah saudara kami Abul Yazid, oleh sebab itu siapapun orangnya tidak berhak untuk menafsirkan ucapan kami ini bahwa ia adalah penjatuhan kedudukan Syaikh Abul Yazid hafidhahullah…
Namun yang kami maksudkan dengan penjelasan kami ini adalah Hamas..
* Telah ada di dalam mitsaq (piagam) harakah (Hamas) yang dikeluarkan pada tanggal 1 Muharram 1409 H yang bertepatan dengan 18 Agustus 1988 M, bahwa ia adalah dianggap sebagai salah satu sayap dari sekian sayap Ikhwanul Muslimin di Palestina.
* Dan Hamas mengumumkan di dalam bayan-nya yang muncul hari 14 Kanun awal Desember 1987 M, bahwa ia adalah lengan pemukul bagi Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin di Palestina yang terjajah.
Dan tidak ada keperluan untuk menjelaskan tentang Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin, sejarahnya serta penyimpangan-penyimpangan manhajnya yang sangat jelas, karena hal itu tidak samar sedikitpun atas setiap orang dari ikhwan kami, dan Doktor Aiman Adh Dhawahiri hafidhahullah memiliki satu kitab khusus tentang hal ini yang berjudul “Al Hashaad Al Murr” di mana di dalam kitabnya ini Syaikh telah menjelaskan bahwa Al Ikhwan Al Muslimin itu adalah menganut manhaj Demokrasi dan mereka ikut serta di dalam lembaga-lembaga berhalaismenya yang membuat hukum yang tidak Allah izinkan.
Sehingga tidak ada peluang bagi keraguan bahwa manhaj gerakan salafi jihadi ini adalah tentunya secara pasti bukanlah manhaj yang dianut oleh Hamas.
Sebagaimana yang telah ada di dalam wawancara terbuka bersama Doktor Aiman Adh Dhawahiriy hafidhahullah, yaitu ucapannya: “Sesungguhnya saya telah bertahap di dalam menyikapi Hamas, dimulai dari dukungan sampai kepada nasehat yang berulang-ulang sampai kepada pentahdziran dan sampai kepada kritikan yang umum, kemudian tatkala mereka menandatangani kesepakatan Mekkah, maka harus dilakukan kritikan yang tegas. Dahulu saya bertahap dalam menyikapi mereka, namun mereka tidak mengindahkan pendapat saudara-saudara mereka, dan mereka tetap terus di dalam rencana mereka, yaitu masuk pemilu seraya komitmen dengan UUD skuler sampai mereka berlepas diri dari saudara-saudara mereka di Cechnya, dalam rangka mencapai kepada sikap tanaazul (mengalah) dari empat perlima tanah Palestina di Mekkah”.
Dan beliau berkata juga: “Pertama: Hamas telah menyamar di hadapan hakimiyyah syari’at ini, karena ia merestui untuk masuk dalam kancah pemilu kemudian mencapai kekuasaan di atas prinsip UUD skuler yang tidak berhukum kepada syari’at –padahal ia bertentang dengan slogan mereka (Al Qur’an dusturuna)-, dan ini adalah termasuk bencana yang menimpa Al Ikhwan Al Muslimin. Kedua: Saya mengingatkan para ‘ulama di Palestina dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” (Ali ‘Imran: 187)
Dan dengan firman-Nya subhanahu wa ta’ala:
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An Nisa: 65)
Ketiga: Wajib atas para mujahidin Al Qassam untuk menasehati para pimpinan mereka dan menuntut mereka agar kembali kepada manhaj yang benar, memberikan penjelasan kepada mereka, kemudian bila mereka tidak mau menerima juga, maka loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya harus didahulukan terhadap loyalitas kepada tandhim”. Selesai.
Dan inilah cuplikan-cuplikan yang terpisah-pisah yang mengukuhkan apa yang dikatakan oleh Doktor Aiman Adh Dhawahiri tentang Hamas, dan memberikan penjelasan yang nyata bahwa manhajnya adalah sama dengan manhaj yang sesat yang dianut oleh jama’ah induknya (yaitu Al Ikhwan Al Muslimin), tidak berpaling dan tidak beranjak sedikitpun darinya.
RENUNGAN PERTAMA
HAMAS MENGANUT DAN MENGIKUTI SISTEM DEMOKRASI
Berkata ‘Aziz Duwaik anggota Hamas di parlemen dan ketua yang baru bagi Dewan Legislatif Palestina: “Pemerintah Palestina yang baru di bawah kepemimpinan Hamas tidak akan memaksa rakyat Palestina untuk mengikuti prinsip-prinsip syari’at Islam di dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan ia tidak akan berupaya untuk menutup bioskop-bioskop film dan rumah-rumah makan yang menyajikan minuman-minuman yang memabukan. Tidak seorangpun di dalam gerakan Hamas yang memiliki niat untuk menerapkan syari’at Islam dengan kekuatan, ini adalah hal yang tidak ada di dalam program-program kami dan kamipun tidak akan melakukannya. Sesungguhnya perubahan apapun yang akan terjadi di dalam undang-undang Palestina yang diberlakukan di dalam parlemen yang lalu yang dahulu dikuasai oleh gerakan Fatah adalah akan tunduk kepada jajak pendapat rakyat sebagai wujud cerminan prinsip-prinsip demokrasi yang dengan jalurnya Hamas mendapatkan kemenangan”. {Ramallah, Reuters}
Dan berkata juga: “Kenapa kalian menuntut dari kami agar kami memberlakukan prinsip-prinsip demokrasi, dan saya katakan kepadamu dengan lantang: Saya akan kembalikan kepada rakyat Palestina karena saya adalah wakil dari mereka dan sebagai ketua dewan legislatifnya, dan saya biarkan bagi rakyat untuk mengatakan pilihannya, dan inilah kebenaran yang saya katakan, dan demokrasi itu janganlah menjadi milik selain kita”.
Dan berkata pula: (Putusan rakyat kita adalah akan menjadi penentu yang kita rujuk kepadanya, dan rakyat itu memutuskan apa yang ia suka atau menolak apa yang ia suka, sehingga ia itu sesuai dengan semua prinsip hukum-hukum internasional dan sesuai prinsip-prinsip demokrasi adalah pemilik hak di dalam hal ini!!!) selesai.
Ismail Hanieh berkata di dalam acara siaran Permasalahan yang hangat dibicarakan, jam 7:45 sore Rabu 3 Rabi’ Akhir 1426 H yang bertepatan dengan 10 Mei 2005 M, berkata: “Sesungguhnya tujuan harakah Hamas di balik masuknya ke dalam Dewan Legislatif adalah mengerahkan kesatuan rakyat Palestina dan mengerahkan berbagai elemen politik dan partai. Dan sesungguhnya harakah Hamas itu akan menghormati keinginan rakyat, sehingga siapa saja yang dipilih oleh rakyat, maka Hamas akan meridlainya. Di mana kami ini selalu dan selamanya akan tetap bersama dengan keinginan rakyat dan kami akan menerima apa saja yang dihasilkan oleh kotak-kotak suara, bagaimanapun hasilnya, karena kotak-kotak suara dan demokrasi itu adalah satu-satunya jalan yang benar lagi sehat”. Selesai.
Doktor ‘Aziz Duwaik berkata di dalam acara berbahasa arab di Siaran Al ‘Arabiyyah Al Fadlaaiyyah dalam rangka menjawab pertanyaan Jaiz Al Khuriy: “Bila Israel mengakui pemerintahan Palestina maka apakah anda akan mengakui negara Israel?”
Doktor ‘Aziz Duwaik berkata: “Ucapan yang bagus, saya ingin nyata anda menentukan batasan-batasannya kepada kami…”
Jaiz Al Khuriy: Tahun 67.
Doktor ‘Aziz Duwaik berkata: “Bila batasannya sudah ditentukan terlebih dahulu maka kami akan menjadi orang-orang demokrat yang melebihi orang-orang barat sendiri, kami akan tawarkan masalahnya kepada rakyat Palestina, kemudian bila mereka menyetujui maka kami adalah kaum demokrat yang akan menerima putusannya, dan bila mereka menolak, maka ia adalah tanah mereka, dan merekalah pemilik hak satu-satunya di dalamnya...!”
Bayaan (pernyataan) yang muncul dari Brigade Al Qassam di masa pemilu:
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.” (At Taubah: 105)
Maha Benar Allah Yang Maha Agung.
Menjaga pemilu adalah kewajiban nasional..
Setelah terjadinya kesepakatan Palestina yang alot ini serta keinginan bangsa untuk mengadakan pemilu legislatif di waktunya yang sudah ditentukan… dan kami di saat mengukuhkan penghargan kami yang sempurna kepada segala upaya keras yang dikerahkan dari pihak pemerintah nasional dan semua kolompok dan organisasi yang berhaluan nasionalisme maupun Islam yang bertujuan ingin menjadikan hari ini sebagai hari pesta Demokrasi Palestina…, maka sesungguhnya kami di sayap militer perlawanan Palestina dan sebagai bagian yang sangat mendasar dari dalam bangsa ini telah melakukan dialog dan diskusi bersama dengan tujuan melaksanakan kewajiban kami terhadap bangsa kami di dalam kondisi seperti ini, dan kami telah memutuskan point-point berikut ini:
1. Kami menegaskan bahwa hari ini adalah hari yang sangat penting di dalam sejarah bangsa kami yang di dalamnya mereka melaksanakan haknya di dalam memilih para wakilnya di dewan legislatif Palestina dengan kebebasan yang muthlaq dan (mereka di dalamnya) meletakkan pondasi bagi fase baru Palestina.
2. Kami menguatkan dukungan dan sokongan kami bagi keputusan pemerintah nasional dengan cara menjaga jalannya pesta Demokrasi serta melindungi keselamatannya.
3. Kami menguatkan komitmen dan penghormatan kami kepada semua Undang-Undang serta aturan-aturan khusus bagi berlangsungnya pesta Demokrasi. Dan kami semua mengumumkan juga keberlepasan total kami dari setiap unsur yang berupaya mempermainkan dan menebarkan kekacauan.
4. Kami menganggap bahwa siapa saja atau pihak mana saja yang berupaya melakukan pengrusakan atau sikap aniaya terhadap markaz-markaz……dan atas dasarnya maka sesungguhnya kami akan memperlakukannya sebagai pengkhianat yang diupah dan sebagai orang yang keluar dari barisan nasional). Selesai.
Ahmad Yasin ditanya: “Bila telah jelas dari hasil pemilu ini bahwa rakyat Palestina menginginkan Negara Demokrasi yang multi partai, maka akan seperti apa sikap engkau terhadapnya ketika itu?”
Maka Syaikh Ahmad Yasin menjawab sambil marah: “Demi Allah kami adalah bangsa yang memiliki kehormatan dan hak, bila ternyata rakyat Palestina mengutarakan penolakannya terhadap daulah islamiyyah, maka saya akan menghormati dan menjunjung tinggi kemauan dan keinginannya…!!!” lihat Ahmad Yasin, Adh Dhahirah Al Mu’jizah Wa Usthurah At Tahaddiy, terbitan Darul Furqan hal 116 dan 118.
RENUNGAN KEDUA
SESUNGGUHNYA HAMAS KOMITMEN DENGAN UUD DAN UNDANG-UNDANG TURUNANNYA SERTA BERHUKUM DENGANNYA
Doktor Nashiruddin Asy Sya’ir Wakil Perdana menteri yang dicopot Ismail Hanieh berkata: “Sesungguhnya Undang-Undang itu wajib diterapkan kepada semua orang, dan barangsiapa tidak menginginkan Undang-Undang maka hendaklah dia pergi ke neraka”.
Juru bicara resmi Hamas Fauzi Barhum berkata di dalam pembicaraannya yang dia lontarkan kepada Al Quds Al ‘Arabiyyah: “Kekhawatiran itu bukan dari hasil pemilu, akan tetapi dari sikap kita melanggar Undang-Undang dan Undang-Undang Dasar serta aturan main yang sah. Dan kami mencatat masa lalu yang sensitif antara kami dengan harakah Fatah, atau dengan lebih tegasnya aliran di harakah Fatah…”
Sampai ucapannya: “Harakah Hamas adalah sangat berupaya untuk menjaga UUD dan Undang-Undang Turunannya serta Demokrasi sesuai dengan prinsip dasar, bukan sesuai dengan selera bagi aliran di harakah Fatah atau selera Amerika……(Syabakah Al Akhbaar Al Filisthiniyyah, Madaar)
Musa Abu Marzuq berkata di dalam wawancara bersamanya yang dilakukan oleh Al Bayan: “Bisakah engkau menjelaskan kepada kami kesamaran yang muncul setelah tragedi Gaza seputar Daulah Islamiyyah di wilayah itu serta sikap Hamas yang sebenarnya terhadap masalah ini?”
Maka dia berkata: “Hamas adalah pergerakan pembebasan tanah air dan ia tidak pernah sama sekali membicarakan tentang masa depan bangsa Palestina, karena ia adalah tergolong tugas setelah pembebasan. Dan pada dasarnya di dalam ketentaraan harakah ini adalah tidak ada sesuatupun dari hal yang menyinggung hal ini, dan tidak mungkin memisahkan Tepi (Barat) dari Gaza dengan bentuk apapun, di mana kami masih mengatakan sesungguhnya UUD-lah yang akan memutuskan wilayah Gaza, dan kita tidak pernah membatalkan keabsahan Presiden Mahmud ‘Abbas, bahkan sesungguhnya kami mengatakan bahwa di sana ada pihak-pihak yang sah yang lainnya. Dan setiap ancaman dari harakah Hamas adalah propaganda Israel yang tidak ada dasarnya”. (Filisthin Mubasyir)
RENUNGAN KETIGA
HAMAS TIDAK INGIN MEMBERLAKUKAN SYARI’AT ISLAM DAN TIDAK INGIN MENEGAKKAN DAULAH ISLAMIYYAH
Hamid Al Baitawi wakil dari Hamas di Dewan Legislatif Palestina berkata di dalam dialognya bersama Koran Yordania Al Ghad 20/2/2006 M: “Adapun kekhawatiran sebagian orang dari keterbelakangan, pengharusan hijab dan pembatasan kebebasan yang di antaranya adalah (pembatasan) kebebasan wanita, adalah kekhawatiran yang tidak mendasar, karena kami ini bukanlah pergerakan yang baru muncul dan bukan pula pergerakan yang spontanitas, akan tetapi kami ini memiliki sejarah panjang lewat jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin yang sangat dikenal dengan pemikirannya yang moderat, serta pengaruh kami di dalam warisan budaya Palestina adalah telah datang dengan tanpa sedikitpun dari sikap kekerasan…” kami tidak akan menerapkan syari’at Islam, akan tetapi kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk komitmen dengan prinsip-prinsip Islam dengan cara hikmah dan mau’idhah hasanah”.
Dan berkata pula: “Hamas tidak pernah berpikir selamanya untuk menegakkan daulah islamiyyah atau menerapkan syari’at sekarang juga”. Selesai.
Musa Abu Marzuq berkata di dalam dialognya yang sudah disebutkan tadi di atas bersama majalah Al Bayan berkata: “Bisakah engkau menjelaskan kepada kami kesamaran yang muncul setelah tragedi Gaza seputar Daulah Islamiyyah di wilayah itu serta sikap Hamas yang sebenarnya terhadap masalah ini?”
Maka dia berkata: “Setiap penegasan-penegasan prihal pembentukan masa depan wilayah Gaza seraya dijauhkan dari Tepi Barat adalah masuk di bawah lingkaran rancangan Israel yang tujuannya adalah memisahkan Gaza dari Tepi Barat, dan di dalam konteks ini datanglah perang propaganda seputar apa yang dinamakan “Hamasistan” atau imarah islamiyyah serta isu-isu lainnya yang sama sekali tidak memiliki sedikitpun landasan dari kebenaran” selesai.
(Reuters) 23/2/2006 M: Ketua Dewan Legislatif baru ‘Aziz Duwaik berkata: “Tidak seorangpun di dalam gerakan Hamas yang memiliki niat untuk menerapkan syari’at Islam dengan kekuatan, ini adalah hal yang tidak ada di dalam program-program kami dan kamipun tidak akan melakukannya”.
Khalid Misy’al berkata di dalam acara wawancara khusus yang disiarkan khusus oleh stasiun Al Jazera di bulan Tamuz: “Saya telah melakukan kontak-kontak saya dengan para pemimpin arab, kami katakan kepada mereka dengan ringkas: Permasalahan pelik kami bukan bersama si A atau si B; permasalah pelik kami ini adalah bersama sel-sel keamanan yang menerobos wilayah Palestina serta merintangi pengembangan dan pembangunan di dalamnya… kami tidak ingin dua kekuasaan dan tidak ingin juga dua pemerintahan serta tidak ingin pula seperti apa yang dituduhkan kepada kami bahwa kami ini akan menegakkan imarah islamiyyah, dan ungkapan yang kosong lainnya……dan yang saya maksud dengan ucapan yang kosong itu adalah tuduhan-tuduhan yang tidak ada dalilnya” selesai.
Dan berkata pula Doktor Khalil Al Hayyah di dalam penegasan resmi yang disiarkan oleh Stasiun Al Jazera: “Kami tidak akan mendirikan imarah islamiyyah apapun di Gaza”.
Aman Jordania, Faras Bars: “Harakah Hamas menolak pemberitaan yang membicarakan tentang niat Hamas untuk mengatur pemilihan pemimpin di Gaza”.
Juru bicara resmi Hamas Fauzi Barhum menguatkan di dalam pembicaraan khusus lewat telephon kemarin, “…bahwa berita ini secara muthlaq adalah tidak benar, di mana Hamas telah membentuk pemerintahan yang semua anggotanya adalah berasal dari harakah (Hamas), dan ia tidak mengajak untuk menegakkan imarah islamiyyah… Hamas adalah pergerakan perlawanan rakyat Palestina yang memiliki program politik yang berdiri di atas prinsip perubahan dan perbaikan, dan ia adalah pergerakan yang berdiri di atas tujuan pembebasan dan kemerdekaan, dan ia itu adalah perwujudan bagi Islam moderat yang modern lagi demokrasi, oleh sebab itu adalah tidak benar pemberitaan yang mengatakan bahwa kami di Hamas sedang menyiapkan pendeklarasian imarah islamiyyah di Gaza”.
Dan Barhum menambahkan: “Presiden ‘Abbas adalah cerminan salah satu pemerintahan Palestina yang sah yang sampai ke tampuk kepemimpinan lewat kotak suara, dan kami mengakui keabsahan pemerintahannya, walaupun kami menyelisihi beliau…”
Gaza, Jaringan Berita Palestina: Ismail Hanieh perdana menteri pemerintahan persatuan nasional yang dicopot menampik isu yang berkembang tentang niat Hamas untuk menegakkan imarah islamiyyah di Gaza setelah kekuatan militernya menguasai dinas-dinas keamanan, seraya Ismail mengukuhkan prihal komitmen tetap Harakah Hamas terhadap persatuan geografi wilayah-wilayah Palestina dan eksistensi bangsa Palestina.
Dan silahkan lihat pernyataan Hanieh di dalam suratnya tanggal 24/6/2007 H serta penegasannya prihal ketidakadaan niatnya untuk menegakkan sistem Islam.
Hamas mengingkari tindakan koran London Al Hayaah, pemberitaannya yang disebarluaskan, yang isinya bahwa Hamas sedang menyiapkan proyek penerapan Hudud pada undang-undang pidana… Dan Hamas menyebut bahwa pemberitaan tersebut adalah pencorengan nama baik…!!! Dari sisi yang sama pejabat sementara ketua dewan legislatif Doktor Ahmad Bahr menampik semua apa yang beredar seputar pengkajian undang-undang pidana di dewan, dan ia berkata “Sesungguhnya apa yang disebarkan itu adalah bertujuan untuk berbuat buruk dan mencoreng nama baik.” Dan di dalam banyak kesempatan harakah Hamas menampik apa yang diisukan sebagian media pemberitaan bahwa Hamas sedang berupaya menegakkan imarah islamiyyah di wilayah Gaza, dan Hamas mengatakan bahwa ia adalah pergerakan bangsa Palestina yang memiliki program yang berdiri di atas prinsip perubahan dan perbaikan serta penggunaan bahasa perlawanan.
Dan anehnya adalah bahwa setelah beberapa pimpinan Hamas diculik di Qalqiliyyah, maka tampillah di hadapan kita Shalih Ar Raqb wakil menteri wakaf pemerintahan Hamas seraya mengumumkan dan mengatakan: “Sesungguhnya pemerintahan nasional adalah telah kafir, karena ia berhukum dengan selain syari’at Allah dan bahwa para tentara Fatah itu adalah loyalitas kepada orang-orang kafir…!!!. jadi sebenarnya mereka itu mengetahui dan mengakui bahwa hal itu adalah kekafiran kepada Allah Yang Maha Agung…!!!
RENUNGAN KEEMPAT
HAMAS ADALAH PROYEK NASIONALISME YANG SAMA DENGAN PROYEK AL HIZBU AL ISLAMI DI IRAQ DAN AL MAHAAKIM DI SOMALIA, BUKAN PROYEK ISLAMIY YANG JELAS, OLEH SEBAB ITU IA MELAKUKAN PENGKABURAN DAN MEMATIKAN AQIDAH AL WALA DAN AL BARA
Gaza/Samaa/ Shalah Al Bardawil pimpinan di harakah Hamas dan wakil di dewan legislatif menegaskan di dalam penjelasannya kepada koran Mesir Al Yaum As Saabi’ bahwa Hamas “Tidak dan tidak akan membuka kamp-kamp pelatihan militernya kepada pihak-pihak luar untuk menyerang target-target di arab, karena hal ini adalah tergolong yang diharamkan di dalam harakah Hamas, seraya ia mengisyaratkan bahwa Hamas itu memiliki politik yang jelas yang mengikat seluruh kegiatan-kegiatannya, tindakan-tindakannya serta perlawanannya di dalam negeri Palestina, karena tujuan dari berdirinya harakah ini adalah membebaskan tanah (Palestina), dan Hamas sama sekali tidak memiliki hubungan dengan apa yang terjadi di luar Palestina”
Khalid Misy’al: (Akan tetapi kami ini apada dasarnya adalah harakah pergerakan nasional yang mana tujuan dan prioritas kami yang pokok adalah melawan penjajahan dan mewujudkan proyek nasional kami dengan bekerjasama dengan kekuatan-kekuatan Palestina lainnya, dan tujuan kami ini bukanlah apa yang mereka tuduhkan kepada kami yaitu bahwa kami akan mengislamkan masyarakat, apa itu mengislamkan, sedangkan bangsa kita adalah bangsa yang memiliki kebebasan untuk berpolitik, kebebasan untuk bermasyarakat, serta kebebasan untuk berpikir dan menganut agama, tidak ada paksaan di dalam agama ini, kami tidak akan memaksakan pemikiran kami, proyek-proyek kami dan program-program kami yang bersifat sosial atau pemikiran atau agama kepada siapapun). Sumber: Syabakah Hanin.
Dan di antara contoh-contoh kongkrit bagi hal itu:
Khalid Misy’al berkata: (Ancaman bentuk apapun terhadap ‘Arafat, kami menganggapnya sebagai ancaman bagi Hamas pula). Al Islam Al Yaum (Islam Today) – wakalat: 15/2/1425 H…5/4/2004 M.
Hamas mengucapkan bela sungkawa atas kematian sang panglima dan simbol besar perjuangan, Presiden Yaser Arafat.
Dengan kesedihan dan keperihatinan yang mendalam Hamas menyampaikan kabar duka cita kepada bangsa kami rakyat Palestina dan seluruh umat kami bangsa arab dan umat Islam prihal meninggalnya sang panglima dan sang simbol besar perjuangan
Presiden Yaser ‘Arafat
Pemimpin Pemerintah Nasional Palestina
Dan Organisasi Pembebasan Palestina
Yang telah meninggal di pagi hari Kamis 11/11/2004 H di usia 75 tahun, yang mayoritasnya beliau habiskan di dalam mengabdi kepada permasalahan Palestina dan berjuang karenanya serta membelanya di berbagai forum regional maupun internasional, dan ia mendapatkan berbagai kesulitan, pembaikotan, pengejaran dan kepenatan.
Semoga Allah memberikan kepada Abu ‘Ammar rahmat yang sangat lapang dan menempatkannya di surga yang luas, serta memberikan kepada karib kerabat, keluarga dan teman-temannya di gerakan Fatah dan Organisasi Pembebasan Palestina serta bangsa Palestina kesabaran yang baik dan penghiburan yang lembut.
…………….innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun
Kamis 28 Ramadlan 1425 H
Yang bertepatan dengan 11 Tasyrin Ats Tsaniy (Nopember) 2004 M
Syaikh Hasan Al Wardayaan, pemeran Hamas di Baitellehem, yang penyebutan namanya terdapat di dalam penjelasan yang disusupkan, bahwa harakahnya memiliki hubungan istimewa dan bersejarah dengan saudara-saudara umat Kristiani di kota Baitellehem.
Syaikh Al Wardayan menguatkan: “Bahwa hubungan istimewa antara Hamas dengan umat Kristiani adalah sangat jelas dan menonjol di hadapan publik, di mana kita ikut serta dengan ikhwan Kristiani di dalam program-program dan kegiatan-kegiatan mereka, dan mereka pun ikut serta dengan kami di dalam kegiatan-kegiatan kami juga, tidak hanya itu saja, bahkan di antara kami dengan mereka ada hubungan-hubungan bersama dalam rangka melayani kota Baitellehem dan secara khusus di masa-masa pemilu, di mana para anggota dan simpatisan Hamas memilih para calon yang beragama kristen agar mereka menjadi kepala daerah, dan begitu juga umat Kristiani memilih para calon dari Hamas dalam rangka tujuan yang sama, dan kedua pihak pun berhasil mencapai tampuk kepala daerah dengan penuh ketenangan, persaudaraan, ketentraman dan kenyamanan.”
Syaikh Al Wardayan mengisyaratkan bahwa Al Bayan dan orang yang berdiri di belakangnya berupaya keras untuk memecah belah persatuan nasional dan kemanusiaan yang dinikmati oleh kaum muslimin dan umat kristiani di Baitellehem sepanjang sejarah… Maka sesungguhnya saudara-saudara kami umat kristiani di Baitellehem adalah memiliki hak-hak kependudukan yang mulia, kewajiban mereka sama dengan kewajiban kami dan hak mereka sama dengan hak kami, karena mereka telah mempersembahkan para syuhada dan orang-orang yang luka sebagaimana kamipun demikian,…..
Khalid Misy’al menegaskan kepada Guardian Inggris bahwa persengketaan dengan Israel itu bukan persengketaan agama akan tetapi persengketaan politik.
Utusan Hamas menyelesaikan kunjungan pendek ke Libiya, di sela-selanya mereka bertemu dengan Qadzafiy di tendanya dan mengunjungi rumahnya yang ambruk 25/3/2006 M.
Misy’al berkata: “Kami mendapatkan kesejukan, menyenangkan kami bahwa umat ini berdiri di samping rakyat Palestina”.
London, Ketua DPP Hamas Khalid Misy’al dan rombongan yang menyertainya di sore Kamis menyelesaikan kunjungan pendek ke Libiya yang di sela-selanya mereka bertemu dengan Pemimpin Libiya Kolonel Mu’ammar Qadzafiy….
Dan sampailah rombongan di fajar hari Kamis ke Libiya, dan ia terdiri dari Ketua DPP Hamas Khalid Misy’al, wakilnya Doktor Musa Abu Marzuq, juga anggota DPP ‘Izzat Ar Rusyq, serta masing-masing dari Munir Sa’id dan Muhammad Nashr, di mana keduanya adalah anggota di dalam kepemimpinan politik harakah Hamas.
Misy’al mengatakan: “Kami merasa mulia dengan bisa bertemu dengan saudara panglima Mu’ammar Qadzafi, dan kami bermusyawarah dengannya tentang permasalahan Palestina”.
Berita Koran: Delegasi dari harakah Hamas menyampaikan bela sungkawa atas kematian amir negara Kuwait:
Al Akh Al Mujahid Khalid Misy’al pemimpin DPP Hamas bersama rombongan delegasi Hamas melakukan kunjungan ke negara Kuwait dan menyampaikan kewajiban bela sungkawa atas kematian amirnya al maghfur lahu (yang diampuni dosa-dosanya) dengan izin Allah yaitu Syaikh Jabir Al Ahmad Al Shabah, di mana bela sungkawa itu disampaikan kepada amir negara Kuwait yang mulia Syaikh Sa’ad Al Abdillah Al Shabah dan perdana menteri Syaikh Shabah Al Ahmad Al Shabah di samping sejumlah para pejabat pemerintahan Kuwait: “Sesungguhnya kami di harakah Hamas ikut serta dengan saudara-saudara kami di Kuwait berbela sungkawa atas musibah yang menyakitkan ini, untuk mengenang apa yang dipersembahkan oleh yang mulia amir Jabir Al Ahmad Al Shabah rahimahullah berupa uluran tangan yang tulus serta sikap-sikap yang agung di dalam melayani permasalahan bangsa Arab dan umat Islam, dan terutama masalah Palestina, serta dukungannya kepada hak-hak bangsa Palestina, sokongannya dan perjuangannya. Dan sesungguhnya kami di harakah Hamas di saat menilai bahwa musibah karena kehilangan beliau adalah musibah juga bagi bangsa Palestina, agar kami memohon kepada Allah supaya melimpahkan rahmat-Nya yang luas kepada mendiang yang mulia, menempatkannya di surga yang lapang serta memberikan karunia kesabaran dan hiburan kepada pimpinan Kuwait dan bangsanya…”.
Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
Kantor Berita
Kamis 19 Dzul Hijjah 1426 H
Yang bertepatan dengan 19 Kanun Tsani (Januari) 2006 M.
RENUNGAN KELIMA
HAMAS BERUPAYA UNTUK MEREALISASIKAN PERSATUAN NASIONAL (TAUHID KAUM NASIONALIS BUKAN TAUHID PARA RASUL)
Hamas berkata di dalam penjelasannya dalam peringatan kesyahidan Fathi Asy Syaqaqiy: “Sesungguhnya persatuan nasional adalah tujuan kita, sebagaimana berkumpul di sekitar permasalahan kita dan penyelesaian persengetaan kita adalah dengan dialog dan hujjah yang meyakinkan…” {Syabakah Filisthin Al Yaum Al Ikhbariyyah}
Ketua dewan legislatif Palestina ‘Aziz Ad Duwaik yang telah dibebaskan oleh Israel dari penjara Hadariem dekat kota Tholkrem sebelah utara Tepi Barat hari Selasa yang lalu berkata: “Sesungguhnya di benaknya ada banyak permasalahan yang penting, yang terdepan darinya adalah pengembalian peranan Parlemen Palestina dalam rangka masalah yang pokok, yaitu mendorong arah persatuan nasional”.
Gaza (Madaar Lil Akhbaar), Kantor perdana menteri Palestina di Gaza mengungkapkan di dalam siaran Pers kebersikukuhan perdana menteri untuk menolak penyodoran pemerintahan (yang baru) ini kepada dewan legislatif pemilik kewenangan di dalam memberikan keabsahan yang semestinya bagi pemerintahan Palestina mana saja untuk menjalankan kegiatannya, seraya menegaskan bahwa pemerintahan persatuan nasional akan menjalankan tugasnya sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (Syabakah Al Akhbaar Al Filisthiniyyah Madaar).
Harakah Fatah dan Hamas di Dhuhur hari Ahad yang bertepatan dengan tanggal 23/3/2008 M telah menandatangani kesepakatan yang disponsori Yaman untuk perdamaian nasional Palestina, yang dinaungi oleh Presiden Yaman Ali Abdullah Shaleh. Kesepakatan Shan’a yang ditandatangani oleh dua harakah dengan sponsor Presiden Yaman ini menegaskan terhadap pentingnya persatuan nasional Palestina, baik tanah air, rakyat maupun pemerintahan, sebagaimana ia menegaskan untuk dimulainya kembali dialog antara dua harakah ini tentang pentingnya pengembalian kondisi kepada keadaan yang lalu sebelum pembersihan wilayah Gaza termasuk pemerintahan persatuan nasional. (Filisthin Al Aan).
Seputar pertemuan Hamas dengan Abu Mazin (Mahmud ‘Abbas):
Telah dilakukan upaya perbincangan antara delegasi Hamas yang dipimpin oleh saudara Khalid Misy’al ketua DPP harakah Hamas dengan delegasi Pemerintahan Palestina yang dipimpin oleh tuan Mahmud ‘Abbas. Dan itu dilangsungkan di sela-sela acara makan malam yang diadakan oleh harakah Hamas untuk menghormati Presiden Mahmud ‘Abbas dan rombongan yang menyertainya di sore hari Kamis 7 Tamuz (Juli)
Dan di sela-sela pertemuan tersebut Hamas menagaskan akan pentingnya mengokohkan persatuan nasional Palestina.
Al Maktab Al I’lamiy
Jum’at 2 Jumada Al Akhirah 1426 H
Yang bertepatan dengan 8 Tamuz (Juli) 2005 M
(Penjelasan yang muncul berasal dari Brigade Al Qassam di masa pemilu, yang telah lalu sebagiannya:
Menjaga pemilu adalah kewajiban nasional…
Setelah terjadinya kesepakatan Palestina yang alot ini serta keinginan bangsa untuk mengadakan pemilu legislatif di waktunya yang sudah ditentukan…
Kami menganggap bahwa siapa saja atau pihak mana saja yang berupaya melakukan pengrusakan atau sikap aniaya terhadap markaz-markaz… dan atas dasarnya maka sesungguhnya kami akan memperlakukannya sebagai pengkhianat yang diupah dan sebagai orang yang keluar dari barisan nasional.
Wahai anak-anak bangsa kami yang sedang ribath:
Kami saat mengajak kalian dengan berbagai kelompok kalian dan arah pemahaman organisasi kalian kepada keikutsertaan yang lebih luas di dalam pesta demokrasi ini…, maka sesungguhnya kami mengingatkan kalian semuanya agar berpegang teguh kepada persatuan nasional dan tidak menyeretnya ke dalam batas kampanye pemilu…
Hendaklah persatuan nasional ini tetap terjamin untuk keberlangsungan bangsa kita.
Saudara-saudara kalian, mujahidin kalian serta kawan-kawan kalian) selesai.
Dan di dalam contoh-contoh yang kami utarakan ini terdapat kecukupan supaya setiap orang mengetahui bahwa manhaj gerakan salafi jihadi yang mana Al Qaidah termasuk di dalamnya adalah secara meyakinkan bukanlah manhaj Hamas.
Namun demikian saya belum merasa tentram untuk menutup pembicaraan ini kecuali dengan ucapan yang tegas milik mereka (Hamas) yang dengannya saya memberikan penerangan kepada ikhwan saya yang masih cenderung kepada Hamas dan mereka masih menduga-duga padanya apa yang mereka inginkan; bahwa Hamas sendirilah yang telah membedakan dirinya sendiri dari kita dengan pernyataan yang sangat jelas, dan mereka tidak meridlai manhaj kita sebagai manhajnya.
Maka apakah belum tiba saatnya bagi kita untuk melakukan seperti apa yang mereka lakukan tanpa keraguan dan tanpa keberatan?
..
Ini adalah watsiqah (dokumen) yang saya dapatkan telah dicetak sebagai buletin yang termasuk terbitan Hamas (Dinas Keamanan Umum – Daairah Ta’bia’h Wa Tau’iyah) di bawah judul “Nasehat-Nasehat Di Atas Jalan Keamanan Pemikiran Dan Pergerakan) Perbedaan-Perbedaan Antara Hamas Dengan Al Qaidah” dan tulisan itu adalah sangat berpihak kepada Hamas sebagaimana hal itu sangat nampak dari bahasanya, dan tulisan ini di awal isinya ditujukan kepada Al Ikhwan Al Muslimin, Tentara Hamas dan Elemen-Elemen Kepengurusannya.(Dan ia telah disebarkan di internet dengan judul (Hamas dan Al Qaidah….perbedaan-perbedaan yang paling besar di dalam pemikiran dan strategi) milik Jihad As Sa’diy, akan tetapi tanpa pendahuluan yang disebutkan di awalnya pernyataan kepada Al Ikhwan Al Muslimin dan tentara Hamas; saya tidak mengetahui siapa yang menukilnya dari yang lainnya di antara mereka!!)
Dan inilah cuplikan-cuplikan ringkas darinya:
“Orang yang memandang garis jihadi kedua belah pihak –yaitu Al Qaidah dan Hamas– adalah bisa merabak tanpa membutuhkan energi perbedaan-perbedaan yang besar yang berwujud pada Dasar-Dasar Pijakan, tabi’at pergerakan, lahan perseteruan, geografinya dan sosok-sosok musuhnya…dst
Kemudian mereka menuturkan di antara titik-titik perbedaan yang paling menonjol:
* Harakah Hamas sesuai pasal kedua dari Piagamnya adalah (sayap dari sekian sayap Al Ikhwan Al Muslimin di Palestina), dan organisasi Al Ikhwan Al Muslimin itu adalah organisasi internasional, di mana ia adalah harakah islamiyyah terbesar di zaman modern ini, dan ia adalah organisasi yang sudah lama yang memiliki sejarah jihad!
Adapun organisasi Al Qaidah maka ia tidak memiliki kaitan dengan aliran-aliran pemikiran manapun yang ada di lapangan di zaman modern, di mana ia adalah organisasi yang baru muncul setelah kekalahan Uni Seviet oleh para mujahidin di Afghanistan, serta ia menganut pemikiran madrasah yang baru terbentuk yang dinamakan “Madrasah Al Fikri As Salafi Al Jihadi”
* Harakah Hamas mengimani pentingnya keikutsertaan politik dan perubahan lewat jalan ikut serta langsung di dalam bingkai Negara dan lembaga-lembaganya dengan jalan pencalonan diri, pemilu, masuk ke dalam dewan perwakilan dan pemerintahan sesuai dengan koridor syar’iy dan tinjauan mashlahat.
Adapun tandhim Al Qaidah, maka ia itu menganut pemahaman fiqh yang mengharamkan masuk dewan perwakilan dan menyebutnya sebagai kekafiran, dan ia tidak membolehkan masuk ke dalam pemerintahan dan pembentukannya seraya mensifatinya sebagai salah satu gambaran demokrasi yang dinilai oleh Al Qaidah sebagai bingkai kekafiran yang tidak boleh berinteraksi dengannya.
* Harakah Hamas mengimani geografi permusuhan dengan musuh zionis, di mana ia itu menolak untuk mengeluarkan pertikaian di luar wilayah Palestina karena beberapa faktor (taktik, organisasi, realita dan militer).
Adapun organisasi Al Qaidah, maka ia itu memiliki banyak front terbuka di dalam negara-negara arab dan barat, dan ia tidak beriman terhadap pembatasan peperangan dengan geografi.
* Hamas tidak menganut manhaj takfiriy!! di dalam manhaj fikrahnya, dan ia tidak menjerumuskan dirinya di dalam masalah-masalah pengkafiran para penguasa arab dan Islam atau pemerintahan, dan ia berupaya untuk membangun hubungan-hubungan positif dengan seluruh negara di atas dasar penghormatan saling timbal balik di atas dasar prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.
Sedangkan Al Qaidah, maka ia itu adalah menganut manhaj pengkafiran sistem-sistem pemerintahan dan pemerintahan-pemerintahan yang ada, sehingga ia tidak memandang perlu adanya hubungan-hubungan positif dengan pemerintahan-pemerintahan yang ada karena pertimbangan-pertimbangan yang dinilai oleh Al Qaidah sebagai suatu yang syar’i lagi sesuai realita menurut sisi pandangnya.
* Hamas menolak prinsip penggunaan kekerasan di tengah masyarakat arab dan Islam untuk merubah sistem pemerintahan, dan ia memandang haramnya menumpahkan darah orang muslim di bawah alasan apapun kecuali dengan hak Allah, oleh sebab itu Hamas mengimani prinsip perubahan pemerintahan dengan cara damai.
Adapun tandhim Al Qaidah, maka ia menganut paham yang membolehkan baginya untuk menggunakan kekerasan dan pembunuhan terhadap pemerintahan dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya!! dengan alasan bahwa ia adalah pemerintahan yang kafir, dan Al Qaidah mengimani prinsip perubahan lewat jalur kekerasan dan mengambil fiqh Tatarrus dan bahwa yang terbunuh dari kalangan sipil tanpa sengaja akan dibangkitkan di atas dasar niatnya. -Di mana Al Qaidah sesungguhnya tidak mengkafirkan masyarakat arab dan Islam serta tidak memfatwakan kebolehan membunuhnya secara sengaja-.
* Al Qaidah tidak membedakan antara pemerintah yang berkuasa sebagai pengatur pemerintahan dengan masyarakatnya, di mana Al Qaidah memandang bahwa tidak ada perbedaan atau tidak ada pemisahan antara masyarakat Amerika umpamanya dengan pemerintah Amerika atau antara masyarakat Inggris umpamanya dengan pemerintah Inggris, oleh sebab itu membunuh mereka (pemerintah) tidak ada bedanya dengan membunuh mereka (masyarakat).
Sedangkan Hamas adalah membedakan di dalam memandang musuh-musuhnya antara sosok-sosok pemerintahan yang sedang berkuasa dengan masyarakatnya…
* Hamas mengimani timbangan kekuatan realita di dalam mengatur perhelatannya dengan si penjajah, dan di dalam hal itu ia menggunakan segala kesempatan-kesempatan yang diberikan demi menjaga eksistensinya dan keterbatasan peralatan dan persenjataannya di waktu dan tempat yang tepat, dan atas dasar itu ia meletakkan langkah-langkah perjalanannya, sehingga ia memandang tidak apa-apa melakukan koalisi saling mendukung di sana sini dalam rangka merealisasikan adanya keseimbangan dengan musuh yang menjajah (Musuh bagi musuhku adalah temanku).
Adapun tandhim Al Qaidah, maka ia tidak memandang di dalam perbedaan kekuatan dengan musuh sebagai suatu tanda yang penting dipertimbangkan di dalam perhitungan penyerangan dan mundur, karena ia berpatokan seolah total kepada faktor keimanan terhadap kemenangan, sehingga menurut Al Qaidah tidak apalah di sini membuka beberapa front secara sekaligus dengan berangkat dari beberapa kaidah dan penafsiran, dan ia tidak memandang dlarurat yang mendesak atau suatu faidah dari menggunakan kaidah -Musuh bagi musuhku adalah temanku-.
Ini adalah cuplikan dari ucapan orang-orang Hamas, di mana mereka membedakan manhaj mereka secara terang-terangan dan dengan secara tegas dari manhaj Al Qaidah; maka apa belum saatnya bagi ikhwan kami untuk tidak sungkan-sungkan dari melakukan hal itu juga?! Dalam rangka membela para ikhwan mujahidin muwahhidin yang diusir, disiksa dan dipenjara!!dengan tuduhan bahwa mereka itu Al Qaidah!!di Gaza hari ini…
Adapun Dokumen Kedua:
Maka ia adalah cuplikan dari perkataan Yunus Al Asthul dan ia itu disebut-sebut sebagai mufti Hamas di dalam wawancaranya dengan koran harian Palestina yang menjadi corong Hamas di Gaza, dan dia itu adalah salah satu rujukan fatwa di Hamas dan salah satu wakilnya di dewan legislatif; yang berisi ucapan yang ngawur dan tuduhan dusta yang kebohongannya bisa diketahui oleh orang yang jauh maupun dekat:
Di antara yang dikatakan oleh Al Asthul ini adalah: “Bahwa organisasi Al Qaidah terlalu memperluas diri di dalam mengeluarkan fatwa-fatwa pembunuhan dan pengkafiran!! Sehingga dia itu dengan sikapnya itu adalah lebih mendekati kepada fikrah salafiyyah atau fikrah Takfier wal Hijrah!! berbeda halnya dengan harakah Hamas yang menganut manhaj pertengahan dan moderat”.
Al Asthul mengklaim vbhwa Al Qaidah itu berangkat dari pengkafiran masyarakat!! Sedangkan Hamas adalah berangkat dari sikap menganggap masyarakat itu adalah masyarakat muslim, dan atas dasar itu maka sesungguhnya elemen-elemen Al Qaidah adalah tidak segan-segan dari mencapai tujuan-tujuannya!! dengan mengenyampingkan pandangan dari pengkajian sarana-sarana yang dipergunakan dan hasil-hasil yang diakibatkan atas hal itu sesuai dengan vonis umum yang mereka munculkan)
Al Asthul mengklaim bahwa di antara perbedaan yang paling mencolok antara Hamas dengan Al Qaidah adalah bahwa Al Qaidah itu mengimani amal jihadiy tanpa bersandar kepada organisasi politik yang bisa memetik buah amal jihadinya, oleh sebab itu ia berjihad dalam rangka membalas dendam dan membunuh saja!! Supaya dengannya ia merobohkan atap tujuan-tujuannya, sedangkan harakah Hamas adalah harakah politik yang memiliki sayap militer yang membelanya dan membela masyarakatnya, dan ia itu menjadikan amal jihadi sebagai buah di dalam kemenangan-kemenangan politik, oleh sebab itu sesungguhnya jihad bukanlah dasarnya namun ia itu adalah perubahan dengan cara damai, kemudian bila perubahan ini berhasil maka itulah yang diharapkan, dan bila ternyata tidak berhasil, maka sesungguhnya penggunaan kekuatan adalah suatu kemestian di dalam kondisi yang sebaliknya.
Al Asthul berkata: “Saya tidak mengetahui bagaimana keputusan itu dibuat dengan cermat di dalam tandhim Al Qaidah!! Adapun di dalam pergerakan Hamas, maka keputusan itu adalah syura yang berjama’ah, dengan arti bahwa pihak-pihak elit politik terbesar ikut serta di dalamnya dengan elemen terkecil harakah. Dan permasalahan-permasalahan yang kecil adalah cukup di dalamnya dewan-dewan yang cakupannya sempit membuat keputusan di dalamnya, seperti pimpinan politik pusat dan majlis syura yang umum atau terkadang majelis syura yang mini sesuai tuntutan kondisi-kondisi keamanan”. selesai.
Jadi mereka itu sudah memisahkan manhaj mereka sendiri dengan penuh kejelasan dan mereka berlepas diri dari manhaj Al Qaidah dan gerakan salafiy jihadiy secara umum serta menyerangnya dengan penuh kebusukan dan kebohongan.
Bila ada yang mengatakan: Apa faidah hal ini sekarang? Maka kami katakan: Ia memiliki banyak faidah bila ikhwan kita yang di dalam bersabar dan tabah serta mampu menghindari benturan dengan Hamas…
Dan di antara yang paling penting dan paling nampak adalah: Pengokohan panji tauhid, membelanya, menampakkannya serta membedakannya dari panji yang menyimpang dan yang kotor (Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik).
Maka hal yang wajib atas ikhwan kita di setiap tempat adalah melakukan hal itu di dalam ucapan mereka yang didengar dan yang dibaca, dan mereka berpaling dari Hamas yang telah berpaling dari mereka dan dari manhaj dan jihad mereka, dan supaya mereka melupakan urusan Hamas ini serta menutup lembarannya..
Dan hendaklah mereka terang-terangan dan tegas-tegasan mendukung para mujahidin yang meninggikan panji tauhid dalam keadaan putih, bersih lagi istimewa; dan hendaklah mereka mengajak para pemuda untuk berkumpul di sekelilingnya dan membelanya..
Inilah di antara perbuatan terbesar yang bisa mereka lakukan di dalam fase ini demi membela panji tauhid, Baitul Maqdis dan Palestina.
“Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (Al Anfal: 42).
Ditulis Oleh Abu Muhammad Al Maqdisiy
Awal Rajab 1430 Dari Hijrah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Saat saya telah selesai dari menulis tulisan ini dan saya berniat untuk mengirimkannya kepada sebagian ikhwan kami di Gaza supaya saya melihat apakah mereka memiliki catatan; maka saya mendapatkan sebagian mereka telah mengirimkan surat ini kepada saya sebelum saya mengirimkan surat saya kepada mereka, maka saya ingin menyertakan beberapa alinea darinya untuk memperkenalkan prihal begitu pentingnya masalah ini yang karenanya saya menulis tulisan ini, dan bahwa pikiran saya adalah pikiran mereka, dan kepedihan saya adalah kepedihan mereka juga, dan masalahnya bukan mencari-cari kesalahan para mujahidin sebagaimana yang diduga oleh sebagian orang-orang yang dungu di sekitar kami yang tidak ada pikiran kecuali berburuk sangka dan menebarkan fitnah.
Suratnya:
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah.
Syaikh kami yang tercinta lagi baik mulia (Abu Muhammad)
As salaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Syaikh kami tercinta..
Telah menarik perhatian saya di dalam jawaban Syaikh Panglima Abul Yazid Mushthafa –semoga Allah menjaga dan melindunginya– terhadap pertanyaan Stasiun Al Jazeera, ucapannya: “Kami mendukung semua mujahidin yang jujur di Palestina, termasuk mujahidin Hamas juga kami mendukung dan menyokong mereka dengan segala apa yang kami mampu, di mana mereka itu adalah ikhwan kami, sedang kami dan mereka itu adalah di atas satu fikrah dan satu manhaj”!
Saat itu juga saya merasa sangat terpojokan di hadapan teman-teman dan kawan-kawan saya yang telah menyaksikan cuplikan pers di tayangan Al Jazeera, terutama sesungguhnya kawan-kawan itu sangat mengetahui sikap saya dan sikap salafiy jihadiy terhadap Hamas. Dan saat mereka bertanya kepada saya tentang sikap seperti ini dari tokoh besar Qaidatul Jihad As Salafiyyah Al Jihadiyyah Al ‘Alamiyyah, maka saya tidak mengetahui bagaimana menjawab pertanyaan mereka, dan saya berkata kepada mereka: Ini bukan sikap Qaidatul Jihad dan bukan pula sikap As Salafiyyah Al Jihadiyyah Al ‘Alamiyyah, dan bisa jadi Syaikh Abul Yazid –sedang beliau ini adalah lebih utama dari kami tentunya– memaksudkan sesuatu yang tidak kami ketahui atau bisa saja beliau telah berijtihad namun kemudian keliru, wallahu a’laa wa a’lam.
Dan saat terjadi dialog di antara kami sesama teman, maka masing-masing dari kami memiliki sikap, di mana di antara kami ada yang salafi dan ada yang ikhwaniy dan ada yang selain itu, maka orang-orang Al Ikhwan Al Muslimin menyerang saya dan berkata bahwa kalian ini tidak lebih mengetahui dan tidak lebih senior daripada Abul Yazid, sedang ia yaitu Abul Yazid telah mengakui kami sebagai kawan sejawat di dalam satu manhaj!!dan saat itu pula saya katakan kepada mereka: Sesungguhnya pemutus di antara kami dengan kalian dan dengan Abul Yazid adalah hukum syari’at yang bersih ini, maka mari kita pergi kepada syari’at dan kita bertanya kepada keduanya (Al Kitab dan As Sunnah), apakah keduanya mengakui pengguguran syari’at dan pembunuhan di luar wilayah mahkamah syar’iyyah,….., dan apakah koalisi kalian dan penerimaan akan sokongan dana dan politik dari kaum Rafidlah Syi’ah yang mencela para sahabat yang mulia, berkata buruk tentang isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, membolehkan nikah mut’ah serta menyanjung Abu Lu’lu’ah Al Majusiy la’anatullah ‘alaih…apakah hal ini semua diakui oleh syari’at??!! Saya, kalian dan Abul Yazid berada di hadapan Kitabullah dan Sunnah Rasul, di mana saya ini bukanlah hujjah atas Al Qaidah, dan Abul Yazid pun bukanlah hujjah atas kami, serta kami ini bukanlah hujjah atas sebagian yang lainnya, semua kita berada di hadapan syari’at, dan syari’at-lah penerang yang putih yang ada di antara kita, di mana tidak menyimpang darinya kecuali orang yang binasa.
Adapun bila Abul Yazid memaksudkan dari penyebutan Hamas adalah jama’ah salafiyyah yang memisahkan diri dari mereka, maka ini adalah masalah lain.
Adapun bila beliau memaksudkan Hamas Carter, Paus, Baba Manuel Muslim dan Putin, maka demi Allah ini adalah tidak boleh, dan Al Qaidah tidak pernah memuji mereka itu.
Pendapat:
Sungguh termasuk sikap bijak seandainya orang mengatakan: Bahwa mereka (Hamas) itu termasuk mujahidin dan termasuk Ahlussunnah (akan tetapi mereka itu keliru di dalam ijtihad mereka masuk Parlemen dan ikut serta di dalam pemerintahan yang tidak memiliki kesempatan untuk menerapkan syari’at, dan kami menyambut mereka sebagai Ahlussunnah) akan tetapi kami menentang mereka atas sikap mereka masuk dewan kemusyrikan dan sikap mereka menggugurkan syari’at Islam serta kerjasama mereka dengan Iran Rafidlah) serta yang lainnya….
Para pemuda Hamas mengambil ucapan-ucapan tadi dari mereka dari ucapan itu kemudian mereka terbang dengannya di berbagai forum untuk menyerang kami!!!
Dan untuk diketahui bahwa orang semacam saya yang kecil ini tidaklah layak memberikan nasehat kepada orang besar semacam Abul Yazid, akan tetapi demi Allah itu adalah ghairah (kecemburuan) terhadap manhaj kita yang lurus.
Maka bagaimana pendapat engkau tentang masalah ini wahai Abu Muhammad?
Seraya memohon kepada Allah ‘azza wa jalla untuk menolong Qaidatul Jihad, Thaliban, para pemuda dan para mujahidin di setiap tempat di belahan bumi ini.
Ya Allah jagalah Syaikh Kami Sang Panglima Abul Yazid dari segala keburukan dan kejahatan.
Ya Allah teguhkanlah ia dan tepatkanlah tembakannya.
Ya Allah, pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan.
Dan akhir seruan kami adalah alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Saudaramu Al Faqir Ilallaah
………………….
Gaza
Kemudian datang lagi kepada saya pertanyaan ini lewat jalur tanya jawab Al Minbar:
Kepada Abu Muhammad Al Maqdisiy.
As salaamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Syaikh kami semoga Allah memberikan kebaikan kepada engkau, sebagaimana yang engkau suarakan ke belahan barat dan bumi ini prihal ikatan iman yang paling kokoh dan kufur kepada para thaghut hukum, dan sebagaimana yang tidak samar terhadap engkau kesesatan harakah Hamas di dalam hal ashluddien yaitu tauhid al hakimiyyah, maka bagaimana pendapat engkau prihal perkataan Al Akh Abul Yazid yang menyatakan bahwa Hamas itu adalah ikhwan kami, sedang kami dengan mereka itu adalah berada di atas fikrah dan manhaj yang sama. Berikanlah fatwa kepada kami semoga Allah memberikan pahala kepada engkau.
Muridmu Yang Berbakti Yang Selalu Mendoakan Engkau Di Malam Dan Siang Hari
Abu Muhammad Al Muhajir
Kamis, 05 April 2012
Said Aqil Antek Syi'ah Menurut Buku ''Membuka Kedok Tokoh Liberal di Tubuh NU'' (3)
Said Aqiel juga bukan untuk sekedar suksesi belaka. Namun, sebenarnya dia mengemban misi Syi’ah Iran ke Indonesia. Lebih tepatnya semua penduduk Indonesia (khususnya warga Nahdlatul Ulama) akan dimasukkan ke aliran Syi’ah, biar bareng-bareng masuk neraka bersama dia. Betapa kejam dan liciknya manusia bernama Said Aqiel itu. Sengaja dia duduk di atas berpakaian Pengurus Besar NU, tapi ternyata ingin menghancurkan NU dan umumnya umat Islam dengan pikiran-pikiran Syi’ahnya.
Sebagai bukti menonjol bahwa Said Aqil adalah antek Syi’ah, dia gemar mengungkap tulisan sejarah yang melecehkan para Shahabat Nabi. Sebagaimana budaya Syi’ah juga menjelek-jelekkan dan mengkafirkan para Shahabat Rasulullah SAW.
قال الخميني: لم يؤمن الشيخان أبو بكر وعمر إيمانا تابعا من القلب بل قبلا الإسلام في الظاهر فقط طمعا في الحكم والسلطة، وقد التصقا بالرسول صلى الله عليه وسلم. وتعبير "التصقا" هو تعبير الخميني- إلى أن قال - عثمان ومعاوية ويزيد جمـيعهم في درجة واحدة فهم ظالـمون ومجرمون. (الثورة الإيرانية ص73-74).
Itulah mulut kotor Khomeini, seorang tokoh yang didewa-dewakan orang Iran dan manusia yang telah rusak mata hatinya. Shahabat Abu Bakar yang telah mendapat gelar al-Shiddiq justru dikecam dan dihinanya. Dan langkah Khomeini tersebut juga ditiru oleh si Said Aqil. Katanya, “Abu Bakar tak punya integritas, Umar hanyalah putra mahkota yang berarti terpilihnya tidak lewat pemusyawaratan, tapi ditunjuk langsung oleh Abu Bakar.” Dan lebih tragis adalah nasib Sayyidina Utsman. Beliau dipikun-pikunkan oleh Said Aqil dan dituduh suka menghambur-hamburkan uang pada kerabatnya.
Di antara kesalahan Said Aqil pada Sayyidina Utsman bin Affan Ra adalah:
Pertama, dalam makalahnya no.14, Said mengatakan bahwa pada enam tahun terakhir dari kekhilafahan Utsman terjadi banyak kesalahan yang bersumber-kan dari Marwan dengan mengangkat pejabat dari golongan Bani Umayyah.
Bagaimanakah sebenarnya permasalahan tersebut? Siapakah sebenarnya Marwan? Apakah dia seorang yang tak pantas jadi pejabatnya? Dan salahkah bila kekhalifahan Sayyidina Utsman diwarnai kelompok Bani Umayyah? Atau bagaimanakah sebenarnya peristiwa tersebut? Maka, tulisan-tulisan di bawah ini akan memberi penjelasan secara gambling dan panjang lebar kepada Said Aqil yang sebenarnya belum begitu pengalaman tentang sejarah para Shahabat Rasulullah SAW.
أما مروان بن الحكم فلم يوله عثمان إلا أنه كان مشهودا له بالعدل والثقة من الصحابة والتابعين وفقهاء المسلمين. (العواصم من القواصم ص89).
صحيح أن مروان قد ارتكب بعض الأخطاء التي كانت سببا من أسباب الفتنة. (الطبقات ابن سعد ج5/ ص26).
ولكنها لم تكن كل الأسباب وإن ما ارتكبه مروان لم يكن بأمر الخليفة وموافقته وربما عن غير علم منه فمروان إذن وليس الخليفة هو الذي يتحمل مسئولية تلك الأخطاء. (دراسة عن الفرق ص38).
وأما قوله: وولي مروان أمره وألقى إليه مقاليد أموره ودفع إليه خاتمه وحدث من ذلك قتل عثمان وحدث من الفتنة بين الأمة ما حدث. فالجواب : أن قتل عثمان والفتنة لم يكن سببها مروان وحده، بل اجتمعت أمور متعددة من جملتها أمور تنكر من مروان وعثمان رضي الله عنه كان قد كبر وكانوا يفعلون أشياء لا يعلمونه بها فلم يكن آمرا لهم بالأمور التي أنكرتموها عليه بل كان يأمر بإبعادهم وعزلهم فتارة يفعل ذلك وتارة لا يفعل ذلك وقد تقدم الجواب العام.
ولما قدم المفسدون الذين أرادوا قتل عثمان وشكوا أمورا أزالها كلها عثمان حتى أنه أجابهم إلى عزل من يريدون عزله وإلى أن مفاتيح بيت المال تعطى لمن يرتضونه وأنه لا يعطي أحدا من المال إلا بمشورة الصحابة ورضاهم ولم يبق لهم طلب ولهذا قالت عائشة رضي الله عنها: مصصتموه كما يمص الثوب ثم عمدتم إليه فقتلتموه. (منهاج السنة النبوية ج6/ص 248).
ثبت في الصحيح أن رجلا أراد أن يطعن في عثمان عند بن عمر فقال: إنه قد فر يوم أحد ولم يشهد بدرا ولم يشهد بيعة الرضوان فقال ابن عمر: أما يوم أحد فقد عفا الله عنه (وفي لفظ: فر يوم أحد فعفا الله عنه، وأذنب عندكم ذنبا فلم تعفوا عنه) وأما يوم بدر فإن النبي صلى الله عليه وسلم استخلف على ابنته وضرب له بسهمه. وأما بيعة الرضوان فإنما كانت بسبب عثمان فإن النبي صلى الله عليه وسلم بعثه إلى مكة وبايع عنه بيده ويد النبي صلى الله عليه وسلم خير من يد عثمان. فقد أجاب ابن عمر بأن ما يجعلونه عيبا(ما كان منه عيبا) فقد عفا الله عنه والباقي ليس بعيب بل هو من الحسنات. وهكذا عامة ما يغاب به على سائر الصحابة هو إما حسنة وإما معفوا عنه فحينئذ فقول الرافضي: إن عثمان ولى من لا يصلح للولاية إما أن يكون هذا باطلا ولم يول إلا من يصلح وإما أن يكون ولى من لا يصلح في نفس الأمر لكنه كان مجتهدا في ذلك فظن أنه كان يصلح وأخطأ ظنه وهذا لا يقدح فيه.
وهذا الوليد بن عقبة الذي أنكر عليه ولايته قد اشتهر في التفسير والحديث والسير أن النبي صلى الله عليه وسلم ولاه على صدقات ناس من العرب فلما قرب منهم خرجوا إليه فظن أنهم يحاربونه فأرسل إلى النبي صلى الله عليه وسلم محاربتهم له فأراد النبي صلى الله عليه وسلم أن يرسل إليهم جيشا فأنزل الله تعالى: (يَاأَيّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَـيّنُوْا أَنْ تُصِـيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتَصْبَحُوْا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ). (الحجرات:61).
فإذا كان حال هذا خفى على النبي صلى الله عليه وسلم فكيف لا يخفى على عثمان؟، وإذا قيل : إن عثمان ولاه بعد ذلك، فيقال: باب التوبة مفتوح وقد كان عبد الله بن سعد بن أبي سرح ارتد عن الإسلام ثم جاء تائبا وقبل النبي صلى الله عليه وسلم إسلامه وتوبته بعد أن كان أهدر دمه. وعلي رضي الله عنه يبين له من عماله ما لم يكن يظنه فيهم فهذا لا يقدح في عثمان ولا غيره. وغاية ما يقال: إن عثمان ولى من يعلم أن غيره أصلح منه وهذا من موارد الاجتهاد. أو يقال: إن محبته لأقاربه قبلته إليهم حتى صار يظنهم أحق من غيرهم أو أن ما فعله كان ذنبا. وقد تقدم أن ذنبه لا يعاقب عليه في الآخرة.
وقوله: حتى ظهر من بعضهم الفسق ومن بعضهم الخيانة، فيقال: ظهور ذلك بعد الولاية ولا على أن المولّي علم ذلك وعثمان رضي الله عنه لما علم أن الوليد بن عقبة شرب الخمر طلبه وأقام عليه الحد. وكان يعزل من يراه مستحقا للعزل، ويقيم الحد على من يراه مستحقا لإقـامة الحد عليه. (منهاج السنة النبوية ص238-241).
وإذا أخذنا هذه التهم واحدة واحدة نجد أن حب المرء لقرابته ليس مما يؤاخذ به. أما أنا لخليفة عثمان دفعه هذا الحب إلى أن يولي أقاربه أمور الدولة مع علمه بعدم كفاءتهم وصلاحهم للأمر فهذا أمر يحتاج إلى نظر:
فالوليد بن عقبة مثلا الذي اتهم الخليفة بأنه ولاه لقرابته منه نجده قد تولى بعض الأعمال لعمر رضي الله عنه، ومن ثم لا ينبغي اتهام عثمان بأنه ولاه لأنه قريب فحسب. أما قصة شرب الوليد الخمر وصلاته بالناس سكرانا فقد شكك فيها محب الدين الخطيب وحاول إثبات أنها كانت مؤامرة دبرت ضد الوليد قام بها بعض الحاقدين عليه والناقمين الذين أقام فيهم الحد وشهدوا زورا عليه نكاية به وانتقاما لأنفسهم. واستند في هذا إلى رواية أوردها الطبري في تاريخه. (العواصم من القواصم ص94).
وهذا يخالف المصادر الموثوقة التي أكدت هذه الحادثة فقد وردت إشارة إلى الحادثة في صحيح البخاري ومسلم وسنن أبي داود. وقد ذهب ابن حجر غلى أن قصة صلاة الوليد بالناس أربعا وهو سكران مشهورة مخرجة في الصحيحين وعزله عثمان بعد جلده عن الكوفة وولاها سعيد بن العاص ويقال إن بعض أهل الكوفة تعصبوا عليه فشهدوا عليه بغير الحق حكاه الطبري واستنكره بن عبد البر . (الإصابة ج3/ص637-638).
وثبوت هذه القصة ونتئجها لا يقدح في عثمان رضي الله عنه بل يؤكد عدالته وعدم محاباته لأقاربه إذ أن قرابة الوليد منه لم تمنعه من أن يتقصى الأمر، وحينما وجد شهودا شهدوا ضد الوليد قام بواجبه كأمير المؤمنين فأقام الحد عليه وعزله عن الولاية.
أما عبد الله بن سعد بن أبي السرح فقد ثبت أنه تاب من ردته وأن عثمان توسط له عند الرسول عليه الصلاة والسلام فعفا عنه وحسن إسلامه وشارك في فتوحات الإسلام في مصر وشمال أفريقيا وشهد له بالكفاءة وحسن البلاء وكان له مواقف محمودة الفتوح. ثم ولاه عثمان مصر بعد هذه التجارب، فعثمان إذن لم يوله إلا وقد ظن أنه كفؤ وجدير بالقيام بما يوكل إليه من أعمال. وقد ثبت أن ابن أبي السرح قد ارتكب بعض الأخطاء. أما أن عثمان قد أقره على ذلك وكتب إليه كتابا سريا يأمره بتأديب الثائرين من أهل مصر بعد أن أعطاهم الأمان فهذا كله كذب على الخليفة عثمان وإن صح أن الكتاب ختم بخاتمه كما يقال فربما تم هذا من غير علم الخليفة وأمره. (منهاج السنة ج3/ص188).
أما معاوية فقد كان واليا على دمشق في عهد عمر وأنه كان مشهودا له بالكفاءة وحسن السياسة وقد برزت هذه الكفاءة الإدارية والسياسية حينما ضمت إليه الأقاليم الأخرى. صحيح أن استمرار المعاوية رضي الله عنه فترة طويلة في ولاية الشام ربما كان عاملا من العوامل التي شجعته على مناوءة سلطة الدولة فيما بعد ولكن ليس هذا أمرا يؤاخذ عليه الخليفة عثمان الذي أراد أن يصلح بتوليته الشام أمر الناس.
فهؤلاء الولاة إذن لم يولهم عثمان لقرابتهم منه فحسب بل لأنهم ولاة متمرسون في شؤون إدارة الدولة وسياستها، سبق لهم أن تولوا أمر المسلمين وأثبتوا جدارة وكفاءة، وقد يقال أن هؤلاء الولاة لم يكونوا أفضل من غيرهم من صالحي المسلمين بل أن كثيرا ممن لو يولوا كانوا أسبق من هؤلاء الولاة إسلاما وأصدق جهادا وسبقا للخير. ويمكن الرد على ذلك بالقول: إن تعيين هؤلاء الولاة كان اجتهادا من الخليفة الذي رأى أنهم أولى من غيرهم وأكفأ وأنهم أصلح لسياسة المسلمين وتصريف أمور الدولة وقد يكون مخطئا في هذا الاجتهاد له أجر الإمام المجتهد، إذ ليس أحد كما يقول ابن تيمية معصوما بعد النبي صلى الله عليه وسلم بل الخلفاء وغير الخلفاء يجوز عليهم الخطأ والذنوب التي تقع منهم قد يتوبون عنها وقد تكفرها عنهم حسناتهم الكثيرة. والمهم في الأمر أنه حينما كان يتبين انحراف أحد هؤلاء الولاة لم تشفع له قرابته عند عثمان من أن يجلد حد شارب الخمر ويعزل عن الولاية كما فعل بالوليد بن عقبة كما أن هذه القرابة وحدها لم تكن مؤهلا للولاية وإلا لولى عثمان محمد بن أبي حذيفة الذين كان ربيبا لعثمان وقريبه ولكن عثمان رفض أن يوليه حينما طلب ذلك وقال له: يا بني لو كنت رضا ثم سألتني العمل لاستعملتك ولكن لست هناك. (دراسة عن الفرق ص34-35).
وأما تولية الأحداث فلم يولّ إلا رجلا سويا عدلا، وقد ولى رسول الله عتاب بن أسيد على مكة وهو ابن عشرين سنة وولّى أسامة بن زيد بن حارثة وطعن الناس في إمارته. وأما إيثاره قومه بني أمية فقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يؤثر قريشا على الناس ووالله لو أن مفتاح الجنة بيدي لأدخلت بني أمية عليها. (البداية والنهاية ج7/ ص187).
وروى ابن جرير من طريق محمد بن إسحاق عن عمه عبد الرحمن بن يسار أن الذي كان معه هذه الرسالة من جهة عثمان إلى مصر أبو الأعور السلمي على جمل لعثمان وذكر ابن جرير من هذه الطريق أن الصحابة كتبوا إلى الآفاق من المدينة يأمرون الناس بالقدوم على عثمان ليقاتلوه وهذا كذب على الصحابة وإنما كتبت كتب مزوره عليهم كما كتبوا من جهة علي وطلحة والزبير إلى الخوارج كتبا مزورة عليهم أنكروها وهكذا زور هذا الكتاب على عثمان أيضا فإنه لم يأمر به ولم يعلم به أيضا. (البداية والنهاية ج7/ص192).
وقد ذكر ابن جرير الطبري في تاريخه بأسانيده: أن المصريين وجدوا ذلك الكتاب مع البريد إلى أمير مصر فيه الأمر بقتل بعضهم وصلب بعضهم وبقطع أيدي بعضهم وأرجلهم وكان قد كتبه مروان بن الحكم على لسان عثمان متأولا قوله تعالى: (إِنَّمَاجَزَاءُ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يَقَتَّلُوْا أَوْ يُصَلَّبُوْا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِى الدُّنْياَ وَلَهُمْ فِى الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ) (المائدة: 33), وعنده أن هؤلاء الذين خرجوا على أمير المؤمنين عثمان رضي الله عنه من جملة المفسدين في الأرض ولا شك أنهم كذلك ولكن لم يكن له أن يفتات على عثمان ويكتب على لسانه بغير علمه ويزور على خطه وخاتمه ويبعث غلامه على بعيره بعد ما وقع الصلح بين عثمان وبين المصريين على تأمير محمد بن أبي بكر على مصر بخلاف ذلك كله . (البداية والنهاية ج7/ص204).
وقال الإمام أحمد: حدثنا عبد الرحمن بن مهدي (ثنا) معاوية بن صالح من ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن أبي قيس حدثني النعمان بن بشير قال: كتب معي عثمان إلى عائشة كتاب فدفعت إليها كتابه فحدثتني أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لعثمان: (إِنَّ اللهَ لَعَلَّهُ يُقَمِّصُكَ قَمِيْصًا فَإِنْ أرَادَكَ أَحَدٌ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ، ثلاث مرات). قال النعمان: فقلت يا أم المؤمنين ! فأين كنت عن هذا الحديث؟، فقالت: يا بنيّ والله أنسيته. وقد رواه الترمذي من حديث الليث عن معاوية بن صالح عن ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن عامر عن النعمان عن عائشة به. ثم قال : هذا حديث حسن غريب. ورواه ابن ماجه من حديث الفرج بن فضالة عن ربيعة بن يزيد عن النعمان فأسقط عبد الله بن عامر. (البداية والنهاية ج7/ ص198).
وأما قوله: وولى عبد الله بن سعد بن أبي سرح مصر حتى تظلم منه أهلها وكاتبه أن يستمر على ولايته سرا خلاف ما كتب الله جهرا. والجواب: أن هذا كذب على عثمان وقدحلف عثمان أنه لم يكتب شيئا من ذلك وهو الصادق البار بلا يمين وغاية ما قيل: إن مروان كتب بغير علمه وأنهم طلبوا أن يسلم إليهم مروان ليقتلوه فامتنع فإن كان قتل مروان لا يجوز فقد فعل الواجب وإن كان يجوز ولا يجب فقد فعل الجائز وإن كان قتله واجبا فذاك من موارد الاجتهاد فإنه لم يثبت لمروان ذنب يوجب قتله شرعا فإن مجرد التزوير لا يوجب القتل. وبتقدير أن يكون ترك الواجب فقد قدمنا الجواب العام. (منهاج السنة النبوية ج6/ص244).
وأخرج الترمذي والحاكم عن عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (يَا عُثْمَان ! إنَّهُ لَعَلَّ اللهَ يَقَمِّصُكَ قَمِيْصًا فَإِنْ أرَادَكَ المُنَافِقُوْنَ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ حَتَّى تَلْقَانِي). وأخرج الترمذي عن عثمان أنه قال يوم الدار: إن النبي صلى الله عليه وسلم عهد إليّ عهدا فأنا صابر عليه. (تاريخ الخلفاء ص142).
وأما قوله: أمر بقتل محمد بن أبي بكر، فهذا من الكذب المعلوم على عثمان وكل ذي علم بحال عثمان وإنصاف له يعلم أنه لم يكن ممن يأمر بقتل محمد بن أبي بكر ولا أمثاله ولا عرف منه قط أنه قتل أحدا من هذا الضرب،وقد سعوا في قتله ودخل عليه محمد فيمن دخل وهو لا يأمر بقتالهم دفعا عن نفسه فكيف يبتدئ بقتل معصوم الدم. وإن ثبت أن عثمان أمر بقتل محمد بن أبي بكر لم يطعن على عثمان. بل عثمان إن كان أمر بقتل محمد بن أبي بكر أولى الطاعة ممن طلب قتل مروان لأن عثمان إمام هدى وخليفة راشد يجب عليه سياسة رعيته وقتل من لا يدفع شره إلا بالقتل. وأما الذين طلبوا قتل مروان فقوم خوارج مفسدون في الأرض ليس لهم قتل أحد ولا إقامة حد وغايتهم أن يكونوا ظلموا في بعض الأمور وليس لكل مظلوم أن يقتل بيده كل من ظلمه بل ولا يقيم الحد.
وليس مروان أولى بالفتنة والشر من محمد بن أبي بكر ولا هو أشهر بالعلم والدين منه بل أخرج أهل الصحاح عدة أحاديث عن مروان وله قوله مع أهل الفتيا واختلف في صحبته. ومحمد بن أبي بكر ليس بهذه المنزلة عند الناس ولم يدرك من حياة النبي صلى الله عليه وسلم إلا أشهرا قليلة من ذي القعدة عام حجة الوداع. ومروان من أقران ابن الزبير فهو قد أدرك حياة النبي صلى الله عليه وسلم ويمكن أنه رآه عام فتح مكة أو عام حجة الوداع. (منهاج السنة النبوية ج6/ص245).
وأما قوله: ولى معاوية الشام فأحدث من الفتن ما أحدثه. فالجواب: أن معاوية إنما ولاه عمر بن الخطاب رضي الله عنه لما مات أخوه يزيد بن أبي سفيان ولاه عمر مكان أخيه واستمر في ولاية عثمان وزاده عثمان في الولاية وكانت سيرة معاوية مع رعيته من خيار سير الولاية وكان رعيته يحبونه. وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: وخيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم وتصلون عليهم ويصلون عليكم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونهم. (منهاج السنة ج6/ص246).
وأما قوله: إنه نفى أبا ذر إلى الربذة وضربه ضربا وجيعا مع أن النبي صلى الله عليه وسلم قال في حقه: ما أقلت الغبراء ولا أظلت الخضراء على ذي لهجة أصدق من أبي ذر، وقال: إن الله أوحى إليّ أنه يحب أربعة من أصحابي وأمرني بحبهم. فقيل له: من هم يا رسول الله ؟، قال: علي سيدهم وسلمان والمقداد وأبو ذر. فالجواب: أن أبا ذر سكن الزبذة ومات بها السبب ما كان يقع بينه وبين الناس فإن أبا ذر رضي الله عنه كان رجلا صالحا زاهدا وكان من مذهبه أن الزهد واجب. وأن ما أمسكه الإنسان فاضلا عن حاجته فهو كنز يكوى به في الناس. واحتج على ذلك بما لا حجة فيه من الكتاب والسنة. (وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِي سَبِيْلِ اللهِ) (التوبة : 34). وجعل الكنـز ما يفضل عن الحاجة واحتج بما سمعه من النبي صلى الله عليه وسلم وهو أنه قال: يا أبا ذر ما أحب أن لي مثل أحد ذهبا يمضي عليه ثالثه وعندي منه دينار إلا دينارا أرصده للدين. وأنه قال الأكثرون هم الأقلون يوم القيامة إلا من قال بالمال هكذا وهكذا. ولما توفي عبد الرحمن بن عوف وخلف مالا جعل أبو ذر ذلك من الكنز الذي يعاقب عليه وعثمان يناظره في ذلك حتى دخل كعب ووافق عثمان فضربه أبو ذر وكان قد وقع بينه وبين معاوية بالشام بهذا السبب. وقد وافق أبا ذر على هذا طائفة من النساك كما يذكر عن عبد الواحد بن زيد ونحوه ومن الناس من يجعل الشبلى من أرباب هذا القول.
وأما الخلفاء الراشدون وجماهير الصحابة والتابعين فعلى خلاف هذا القول فإنه قد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ((لَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ أوَاقٍ صَدَقَةٌ)). فنفى الوجوب فيما دون المائتين ولم يشترط كون صاحبها محتاجا إليها أم لا.
وقال جمهور الصحابة: الكنز هو المال الذي لم تؤد حقوقه وقد قسم الله تعالى المواريث في القرآن ولا يكون الميراث إلا لمن خلف مالا . وقد كان غير واحد من الصحابة له مال على عهد النبي صلى الله عليه وسلم من الأنصار بل ومن المهاجرين وكان غير واحد من الأنبياء له مال.
وكان أبو ذر يريد أن يوجب على الناس ما لم يوجب الله عليهم ويذمهم على ما لم يذمهم الله عليه مع أنه مجتهد في ذلك مثاب على طاعته صلى الله عليه وسلم كسائر المجتهدين من أمثاله. وقول النبي صلى الله عليه وسلم ليس فيه إيجاب إنما قال: (مَا أُحِبُّ أَنْ يَمْضِيَ عَلَيَّ ثاَلِثُهُ وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ)، فهذا يدل على استحباب إخراج ذلك قبل الثالثة لا على وجوبه. وكذا قوله : (المُكثِرُوْنَ هُمُ المقلوْنَ)، دليل على أن من كثر ماله قلت حسناته يوم القيامة إذا لم يكثر الإخراج منه، وذلك لا يوجب أن يكون الرجل القليل السحنات من أهل النار إذا لم يأت كبيرة ولم يترك فريضة من فرائض الله.
وكان عمر بن الخطاب رضي الله عنه يقوّم رعيته تقويما تاما فلا يعتدي لا الأغنياء ولا الفقراء. فلما كان في خلافة عثمان توسع الأغنياء في الدنيا حتى زاد كثير منهم على قدر المباح في المقدار والنوع وتوسّع أبو ذر في الإنكار حتى نهاهم عن المباحات. وهذا من أسباب الفتن بين الطائفتين.
فكان اعتزال أبي ذر لهذا السبب ولم يكن لعثمان مع أبي ذر غرض من الأغراض. وأما كون أبي ذر من أصدق الناس فذاك لا يوجب أنه أفضل من غيره بل كان أبو ذر مؤمناضعيفا كما ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: (يَا أبَا ذَرٍّ إنِّي أرَاكَ ضَعِيْفًا وَإنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي, المُؤْمِنُ القَوِيّ خَيْرٌ وَأحبّ إلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلّ خَيْر). وأهل الشورى مؤمنوك أقوياء وأبو ذر وأمثاله مؤمنون ضعفاء. فالمؤمنون الصالحون لخلافة النبوة كعثمان وعلي وعبد الرحمن بن عوف أفضل من أبي ذر وأمثاله . والحديث المذكور بهذا اللفظ الذي ذكره الرافضي ضعيف بل موضوع وليس له إسناد يقوم به . (منهاج السنة النبوية ج6/ ص270-276)
وأما نفي أبي ذر رضي الله عنه إلى الربذة فقد ثبت ولكن لم يكن بفعل عثمان بل باختيار أبي ذر الذي آثر أن يبتعد ويعتزل حينما وقع بينه وبين الناس ما وقع بسبب بعض آرائه. ويؤكذ هذا ما أورده البخاري في صحيحه عنزيد بن وهب قال: مررت بالربذة فإذا أنا بأبي ذر قلت: ما أنزلك منزلك هذا ؟، قال: كنت بالشام فاختلفت أنا ومعاوية في (وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِى سَبِيْلِ اللهِ) (التوبة:34)، فقال معاوية: نزلت في أهل الكتاب، فقلت: نزلت فينا وفيهم. وكان بيني وبينه في ذاك فكتب إليّ عثمان رضي الله عنه يشكوني. فكتب إليّ عثمان أن أقدم المدينة فقدمتها فكثر عليّ الناس حتى كأنهم لم يروني قبل ذلك فذكرت ذلك لعثمان، فقال: إن شئت تنحيت فكنت قريبا. فذاك الذي أنزلني هذا المنزل ولو أمّروا عليّ جيشا لسمعت وأطعت.
وروى ابن سيرين قال: قدم أبو ذر المدينة فقال عثمان: كن عندي تغدو عليك وتروح اللقاح. قال: لا حاجة لي في دنياكم، ثم قال: ائذن لي حتى أخرج إلى الربذة، فأذن له فخرج. (صفوة الصفوة ج1/ ص596).
ويؤيد هذا أن أبا ذر لم يكن يحمل على الخليفة شيئا وقد أورد ابن سعد أن ناسا من أهل الكوفة قالوا لأبي ذر وهو بالربذة: يا أبا ذر فعل بك هذا الرجل وفعل فهل أنت ناصب لنا راية (يعني فنقاتله)، فقال: يا أهل الإسلام لا تعرضوا على ذاكم ولا تذلوا السلطان فإنه من أذل السلطان فلا توبة له والله لو أن عثمان صلبني على أطول خشبة أو أطول حبل لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي ولو سيرني ما بين الأفق إلى الأفق أو قال ما بين المشرق والمغرب لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي ولو ردني إلى منزلي لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي. (دراسة عن الفرق ص39-40).
كتب إليّ السري يذكر أن شعيبا حدثه عن سيف عن عطية عن زيد الفقهي، قال: لما ورد ابن السوداء الشام لقي أبا ذر، فقال: يا أبا ذر ألا تعجب إلى معاوية يقول: المال مال الله ألا أن كل شيء لله كأنه يريد أن يحتجه دون المسلمين ويمحو اسم المسلمين. فأتاه أبو ذر فقال: ما يدعوك إلى أن تسمى مال المسلمين مال الله ؟، قال: يرحمك الله يا أبا ذر، ألسنا عباد الله والمال ماله والخلق خلقه والأمر أمره ؟، قال: فلا تقله، قال: فإني لا أقول أنه ليس لله ولكن سأقول مال المسلمين.
ودخل عليّ عثمان فقال: يا أبا ذر ما لأهل الشام يشكون ذربك، فأخبره أنه لا ينبغي أن يقال: مال الله ولا ينبغي للأغنياء أن يقتنو مالا، فقال: يا أبا ذر عليّ أن أقضي ما عليّ وآخذ ما على الرعية ولا أجبرهم على الزهد وأن أدعوهم إلى الاجتهاد والاقتصاد. قال: فتأذن لي في الخروج فإن المدينة ليست لي بدار، فقال: أوتستبدل بها إلا شرا منها، قال: أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أخرج منها إذا بلغ البناء سلعا، قال: فانفذ لما أمرك به، قال: فخرج حتى نزل الربذة فخط بها مسجدا وأقطعه عثمان صرمة من الإبل وأعطاه مملوكين وأرسل إليه أن تعاهد المدينة حتى لا ترتد أعرابيا ففعل. وكتب إليّ السري عن شعيب عن سيف عن محمد بن عون عن عكرمة عن ابن عباس قال : كان أبو ذر يختلف من الربذة إلى المدينة مخافة الأعرابية وكان يحب الوحدة والخلوة. (تاريخ الطبري ج2/ص615-616). و (الكامل لابن الأثير ج3/ ص11).
ثم خرج على من عنده وخرج عثمان على أثره فجلس على المنبر ثم قال: أما بعد؛ فإن لكل شيء آفة، ولكل أمر عاهة وإن آفة هذه الأمة وعاهة هذه النعمة عيابون طعانون يرونكم ما تحبون ويسترون عنكم ما تكرهون يقولون لكم ويقولون أمثال النعام، يتبعون أول ناعق أحب مواردهم إليهم البعيد لا يشربون إلا نفصا ولا يردون إلا عكرا لا يقوم لهم رائد وقد أعييتهم الأمور. إلا فقد والله عبتم عليّ على ما أقررتم لابن الخطاب بمثله ولكنه وطئتم برجله وضربكم بيده وقمعكم بلسانه فدنتم له على ما أحببتم وكرهتم ولنت لكم وأوطأتكم كتفي وكففت يدي ولساني عنكم فاجترأتم عليّ أما والله لأنا أعز نفرا وأقرب ناصرا وأكثر عددا وأحرى إن قلت هلم أتى إليّ , ولقد عددت لكم أقرانا وأفضلت عليكم فصولا، وكشرت لكم عن نابي وأخرجتم مني خلقا لم أكن أحسنه ومنطقا لم أنطق به فكفوا عني ألسنتكم وعيبكم وطعنكم ولاتكم فإني كففت عنكم من لو كان هو الذي يكلمكم لرضيتم منه بدون منطقي هذا. ألا فما تفقدون من حقكم ؟، والله ما قصرت عن بلوغ ما بلغ من كان قبلي. ولم تكونوا تختلفون عليه فقام مروان بن الحكم فقال: إن شئتم حكمنا والله ما بيننا وبينكم السيف نحن وأنتم والله كما قال الشاعر:
فرشنا لكم أعراضنا فنبت بكم * مغارسكم تبنون في دفن الثرى
فقال عثمان: أسكت لأسكت دعني وأصحابي ما منطقك في هذا ؟ ألم أتقدم إليك أن لا تنطق ؟ فسكت مروان ونزل عثمان عن المنبر فاشتد قوله على الناس وعظم وزاد تألبهم عليه. (الكامل لابن الأثير ج3/ ص44-45).
Dari data-data di atas dapat dicatat beberapa kesalahan Said Aqil di antaranya adalah sebagai berikut.
Sayyidina Utsman dalam menjalankan pemerintahannya sama sekali tidak didikte oleh Marwan bin Hakam. Justru Marwan mendapat amarah dari Khalifah Utsman manakala hendak campur tangan urusan beliau dalam menangani para demonstran. Ini suatu bukti bahwa walaupun Sayyidina Utsman sudah tua namun tak bersedia dicampuri pihak lain dalam melaksanakan amanat kekhalifahannya. Entah sumber dari mana yang mendikte Said Aqil untuk melontarkan tuduhan keji pada sayyidina Utsman sampai mengatakan bahwa, “pada masa ini (6 tahun terakhir) khalifah Utsman sudah mulai usia senja (harom) sehingga hampir semua urusan pemerintahan banyak didikte oleh sekretarisnya, Marwan bin Hakam.”
Mungkin Marwan telah banyak melakukan kesalahan dalam masa pemerintahan sayyidina Utsman serta manuver dan sepak terjang politiknya banyak merugikan dan berdampak terpecah-belahnya ummat Islam sehingga menjadikan tidak wibawa dan lemahnya kekuatan ummat Islam dimata musuh-musuh Islam, diantara kesalahannya adalah:
Mengobarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Utsman dan merusak gagasan islah antara Utsman dan para pemberontak yang telah dicanangkan oleh para tokoh shahabat.
Memalsukan suratnya Utsman RA yang ditujukan kepada Gubernur Mesir, Ibnu Abi Saroh, yang isinya agar membunuh penduduk Mesir.
Memprovokasi para pemberontak untuk membunuh shahabat Ali RA.
Melaknat shahabat Ali RA.
Membunuh shahabat Tholhah bin Ubaidillah.
Marwan bersama anaknya, Abdul Malik, memberitahukan tempat-tempat persembunyian penduduk Madinah kepada pasukan Yazid sehingga menjadi penyebab terbunuhnya penduduk Madinah di tanah Harroh. (Muhammad Al-‘Arobi Ath-Thabbani (Abu Hamid Marzuq), Baro’atul Asy’ariyin min Aqo’idil Mukholifin).
Tapi, hal itu bukanlah merupakan satu-satunya penyebab timbulnya kekacauan dan pemberontakan. Sebab utamanya adalah munculnya isu-isu negatif yang ditiupkan oleh orang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’. Dan jikalau Said Aqil mengingkari adanya Abdullah bin Saba’ sehingga menganggapnya sebagai tokoh fiktif, maka itu adalah suatu pertanda bahwa dia (Said Aqil) benar-benar terpengaruh dengan kebohongan pemikiran Syi'ah. Karena, ath-Thobari, al-Kamil dan al-Bidayah telah memuatnya. Sungguh memalukan sekali kalau Said Aqil malah tak mengetahuinya. Inilah akibatnya bila mata hati telah rusak dan teracuni ajaran sesat Syi’ah. Buktinya, Said Aqil ikut menghadiri pertemuan “Peringatan Arba’in” di Malang. Dan di sana dia mengaku terus terang sebagai gedibal Syi’ah. Demikian pula dalam pertemuan “Peringatan Karbala” yang diadakan pengikut-pengikut Syi’ah di Jakarta, dia juga ikut mendatanginya.
Sungguh suatu hal yang sangat ganjal sekali, mengapa peristiwa di atas lepas dari pantauan Said Aqil, mengapa dia tak mampu mengatakan bahwa sumber fitnah di masa akhir kekhalifahan sayyidina Utsman adalah berita bohong yang direkayasa Abdullah bin Saba’. Hal ini layak dijadikan sebagai bahan pertanyaan atas kebenaran pengakuan Said Aqil. Mestinya kalau dia seorang yang jujur dan mengemban amanat ilmiyah juga mengungkapkan catatan sejarah di atas. Sehingga tidak hanya memilih karangan manusia tak bertanggung jawab (baca: antek Syi’ah) yang menyudutkan Sayyidina Utsman maupun Marwan. Padahal sebenarnya Marwan bukanlah seorang yang pantas untuk dijadikan satu-satunya kambing hitam terhadap kasus kudeta yang melanda kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan. Dia (Marwan), dalam pandangan para tokoh Shahabat, Tabi’in dan Fuqohaul Ummah adalah seorang yang adil dalam meriwayatkan Hadits. Maka apabila ada cerita atau fakta sejarah yang mendiskreditkan Marwan saja dengan menafikan sepak terjang Abdullah bin Saba', perlu di teliti kebenarannya atau dengan suatu penakwilan yang tepat, tidak asal ngawur dan serampangan, membabi buta.
Perlu jadi tambahan pelajaran bagi Said Aqil yang pura-pura tidak mengenal ilmu Hadits bahwa dengan adanya fakta di atas Marwan bin Hakam bukanlah orang yang pantas untuk dijadikan bahan kecaman maupun melontarkan kesalahan. Di samping dia (Marwan) terbukti membela Sunnah Rasul sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad bin Hambal juga diakui oleh kalangan ahli Hadits. Bahkan beliau adalah sebagai guru dari para tokoh ahli Hadits dari kalangan Tabi’in, di antaranya adalah Imam Said ibn Musayyab yang merupakan “Ra'su Ulama al-Tabi’in” (ketua ulama tabi’in). Begitu juga Imam al-Laits bin Said (tokoh ulama Mesir), Imam Abdurrozaq (tokoh ulama Yaman) dan lainnya juga mengambil riwayat dari Marwan bin Hakam. Ini suatu syahadah (baca: bukti kuat) bahwa nama Marwan sangatlah harum dan terhormat di kalangan para ulama Ahli Hadits. Dan perlu diingat bahwa tidak sembarang orang diakui dan diterima riwayatnya oleh para ahli Hadits kecuali setelah lewat seleksi yang ketat dan persyaratan yang rumit. Hanya orang adil dan benar-benar tsiqoh-lah yang tercatat sebagai rawi-rawi Hadits. Apalagi jikalau orang tersebut adalah guru dari pemimpin ulama tabi’in, maka hal itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti akan keutamaan kehormatannya. Untuk lebih mempertajam masalah ini, haruslah diketahui oleh Said Aqil bahwasanya para ulama sampai mengarang kitab “al-Jarhu wa al-Ta’dil” adalah karena banyaknya bermunculan manusia-manusia fasiq dan pendusta yang tak bertanggung jawab dalam menyampaikan berita yang diterima maupun yang disampaikan. Maka, para Ulama sunnah bangkit untuk mendata orang yang dapat diterima riwayatnya (baca: orang adil) dengan yang tertolak riwayatnya. Lebih jelasnya, Imam al-Hafidz Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalaniy mengatakan:
Terbilangnya Marwan bin Hakam sebagai Fuqaha’ tentunya menjadi isyarat bagi siapa saja yang menguak sepak terjang dan kiprah Marwan dalam gelanggang politik untuk lebih mengedepankan kaca mata Husnudzdzon dari pada mengklaim-nya sebagai sumber malapetaka dan fitnah. Apalagi jikalau ternyata Marwan terbukti tidak bersalah, maka sangat gegabah sekali bila Said Aqil membesar-besarkan kesalahan yang belum tentu terbukti tersebut. Ini suatu bukti kesalahan Said Aqil.
Seperti halnya peristiwa yang paling disoroti Said Aqil adalah surat palsu yang menjadikan marahnya demonstran Mesir. Seandainya memang benar surat tersebut dari Marwan, itupun belum pantas dijadikan alasan untuk merendahkan martabat Sayyidina Utsman atas manuver politik Marwan. Sebab, sebagaimana yang tertulis dalam al-Bidayah wa al-Nihayah juz; 7 hal. 204 (lihat no.8 dalam makalah ini) adalah berdasarkan ayat;
(إِنَّمَاجَزَاءُ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يَقَتَّلُوْا أَوْ يُصَلَّبُوْا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِى الدُّنْياَ وَلَهُمْ فِى الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ). (المائدة : 33).
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah:33)
Dan memang para demonstran Mesir yang berdatangan ke Madinah untuk meminta ganti gubernurnya (Abdullah bin Sa'd’ bin Abi Sarh) adalah kaum Khawarij yang berbuat kerusakan di bumi. Maka sudah pantaslah bila Marwan dengan meminjam kekuasaan khalifah Utsman mengirim surat rahasia kepada gubernur lama (Ibnu Abi Sarah) untuk membasmi manusia-manusia durjana tersebut. Tindakan itu adalah suatu bukti ketajaman mata politik Marwan yang memang telah berhak untuk ijtihad. Sebab, mungkin saja dalam pandangannya kalau tidak dengan cara demikian tentunya tak akan mungkin membasmi orang-orang yang selalu bikin ribut. Karena siapa pun tahu bahwa khalifah Utsman adalah seorang khalifah yang bersikap lembut dan tak suka kekerasan. Maka, seandainya siasat politik tersebut diusulkan pada khalifah Utsman tentu ditolaknya. Mungkin logika politik yang demikianlah yang mengilhami Marwan untuk melaksanakan kehendaknya mem-basmi kaum Khawarij.
ثم دخلت سنة 35 وفيها مقتل عثمان بن عفان رضي الله عنه. وكان السبب في ذلك أن عمرو بن العاص حين عزله عثمان عن مصر ولى عليها عبد الله بن سعد بن أبي سرح وكان سبب ذلك أن الخوارج من المصريين كانوا محصورين من عمرو بن العاص فجعلوا يعملون عليه حتى شكوه إلى عثمان لينزعه عنهم ويولي عليهم من هو ألين منه فلم يزل ذلك دأبهم حتى عزل عمرا عن الحرب وتركه على الصلاة وولى على الحرب والخراج عبد الله بن سعد بن أبي سرح. ثم سعوا فيما بينهما بالنميمة فوقع بينها حتى كان بينهما كلام قبيح فأرسل عثمان فجمع لابن أبي سرح جميع عمالة مصر خراجها وحربها وصلاتها وبعث إلى عمروا يقول له: لا خير لك في المقام عند من يكرهك فاقدم إليّ، فانتقل عمرو بن العاص إلى المدينة. (البداية والنهاية؛ ج7/ ص186).
Dari data di atas, terlihat jelas bahwa demonstran Mesir yang menuntut khalifah Utsman untuk mengganti gubernurnya adalah orang-orang brengsek yang senang bertualang dalam gelanggang politik. Semakin dituruti kemauannya maka, mereka semakin berani dan menginjak-injak kebijaksanaan pemerintah yang sah (khalifah Utsman). Lihat saja dalam khutbah sayyidina Utsman:
وقام عثمان فحمد الله وأثنى عليه، وقال: كل ما أشرتم به عليّ قد سمعت ولكل أمر باب يؤتى منه إن هذا الأمر الذي يخاف على هذه الأمة كائن وإن بابه الذي يغلق عليه فيكفكف به اللين والمؤاتاة والمتابعة إلا في حدود الله تعالى ذكره التي لا يستطيع أحد أن يبادي بعيب أحدهما فإن سده شيء فرفق فذاك والله ليفتحن وليست لأحد عليّ حجة حق. وقد علم الله أني لم آل الناس خيرا ولا نفسي ووالله ان رجى الفتنة لدائة فطوبى لعثمان إن مات ولم يحركها. كفكفوا الناس وهبوا لهم حقوقهم واغتفروا لهم وإذا تعوطيت حقوق الله فلا تدهنوا. (تاريخ الطبري ج2/ ص648).
Dan ada lagi fakta yang lebih jelas bahwa sebenarnya surat tersebut tidaklah dari kalangan pemerintahan (baik khalifah Utsman maupun Marwan), namun sengaja direkayasa oleh para demonstran yang sengaja hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Buktinya, mereka para demonstran Mesir, Kufah dan Bashrah mengapa sama-sama kembali ke Madinah setelah mereka hendak kembali ke negaranya? Ini tentu ada fihak ketiga yang mendalangi dan berdiri di belakang mereka. Siapa orangnya, tak sulit untuk ditebak. Siapa lagi kalau bukan Abdullah bin Saba’, tokoh Yahudi yang telah menebarkan isu politik di antara para demonstran sehingga mereka ramai-ramai berdatangan ke Madinah untuk menggugat Khalifah Utsman. Dialah sebenarnya biang keladi utama timbulnya segala kekacauan di akhir masa pemerintahan Sayyidina Utsman. Hasutannya begitu tajam dan mengena. Sehingga dengan jargon bahwa Ali-lah yang lebih berhak menjadi khalifah dan Utsman telah merebutnya, orang-orang yang bodoh akhirnya termakan rekayasa politik yang kotor tersebut. Demikian pula orang yang tak kenal sejarah juga akan termakan hasutan Said Aqiel, padahal dia tak lebih sebagai penjual berita yang ingin mengeruk keuntungan pribadi dengan menjual nama dan kehormatan shahabat. Sungguh kasihan sekali orang yang mengidolakan antek Syi'ah dan syetan tersebut. Kami juga pencinta shahabat Ali RA, tapi bukan Rafidloh yang menolak dan tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman seperti yang mereka lakukan.
Dengan gaya diplomasi yang sok manthiqnya dia (Said Aqiel) memutar balikkan fakta dan menyelidiki “Ahlussunah wal Jama’ah” yang sebenarnya. Padahal maksudnya ingin menghan-curkan “Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah”. Semoga Allah memberi hidayah kepada Said Aqil dan cukong-cukongnya.
وهكذا تفاقمت الفتنة وجمعت عناصرهامن الاقاليم والامصاركالكوفة ومصروالبصرة يبتون في الظاهر بعض الظلامات والشكاوي من الولاه إلى الخليفه ويخططون في الباظن للقضاء على الخليفلة الإسلامية.وقدشعركبارالصحابة بالحطرحينماتوافدت جموعالدهماء الى المدينة فحاولوا تهدءة التاءرين من الخليفة ان يستمع إلى شكايا اتهموا المظالم التى زعموها,بعدأن استمع اليهم بن يردالحق إلى مضابه وأن يقيم العدل وينصف المظلوم وأن يختارلأمرة المسلمين من يرضونه ويرضى الله تعالى, وبهذاهدأت الأحوال وتفرقت الجموع قافلة إلى الأمصارولكن لم بلبت ان عادت مرة أخرى مدعيه أن الخليفة عثمان قد نقض العهد الذي قطعه على نفسه وأنه كاتب عامله على مصر سرا يأمره أن يؤدب المتطلمين بدلا من أن ينصفنهم وقد أشرنا من قبل إلى أن قصة الكتاب المزعوم ونسبتها إلى عثمان مجرد افتراء عليه ومما يؤكد اختلاق هذه القصة والمؤمراة التي وراءها ما أشار إليه على رضي الله عنه حيثما خاطب هؤلاء الخارجين قائلا.
" كيف علمتم يا أهل الكوفة ويا أهل البصرة بما لقي أهل امصر وقد سرتم مراحل ثم طويتم عنا، هذا والله أمر أبرم بالمدينية". ويذكر ابن كثير أن بعض الصحابة قالوا للخارجين عند عودتهم "كيف علمتم بذلك (أي الكتاب) من أصحابكم وقد افترقتم وصار بينكم مراحل؟، إنما هذا أمر اتفقتم عليه".
فلما لم يجد الخارجون مبررا مقنعا قالوا: صفوة على ما أردتم لا حاجة لنا في هذا الرجل ليعتزلنا ونحن نعتزله. (ص44).
Dan sebagai akhir dari tulisan ini perlu di renungkan firman Allah SWT. dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim:
(أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْديهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُوْنَ). (الجاثية : 23).
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah Subhanahu Wata'ala membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah Subhanahu wa ta'ala telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatan-nya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. AL-Jatsiah: 22).
Sungguh memalukan perkataan Said Aqil. Inilah akibatnya bila mata hati telah rusak dan teracuni ajaran sesat Syi’ah. Buktinya, Said Aqil ikut menghadiri pertemuan “Peringatan Arba’in” di Malang dan Surabaya dengan pidatonya yang penuh semangat dan menggebu-nggebu. Dan di sana dia mengaku terus terang sebagai agen Syi’ah. Demikian pula dalam pertemuan “Peringatan Karbala” yang diadakan pengikut-pengikut Syi’ah di Jakarta, dia juga ikut mendatanginya.
Said juga pernah mengusulkan, bahwa sebaiknya Departemen Agama (Depag) dihapus-kan, sebab keberadaannya itu hanya akan mengkotak-kotak agama Islam di Indonesia. Menurutnya, Depag hanya ada di Indonesia dan Israil. Kata Said ketika menjadi pembicara tunggal diskusi Pluralitas agama di Unika Widya Mandala, Kamis 9 Juli 1998. selanjutnya Said mengatakan mengenai mereka yang mengatakan non-muslim itu kafir, padahal tidak pernah Al-Quran menyatakan agama lain itu kafir. Justru orang yang memper-mainkan agama itu kafir.
Itulah fenomena kang Said, Katib Aam PBNU, orang yang berani menghina Allah, Rasulnya, mengkritisi bahkan menghina Shahabat Nabi. Yang pernah dikafirkan oleh empat belas kyai karena dengan lancang berani mengkafirkan imam Ghozali dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor di Universitas Ummul Quro Makkah, dia juga mencari makan kepada orang kristen dengan menjadi Penasehat Angkatan Muda Kristen Republik Indonesia, juga sebagai agen Syi'ah di Indonesia. Dia juga tanpa canggung berkhotbah dalam acara misa Kristiani di sebuah gereja di Surabaya. Dengan background belakangnya berupa salib patung Yesus dalam ukuran yang cukup besar. Beritanya pun dimuat majalah aula milik warga NU. Dia juga pernah melontarkan gagasan pluralnya, yaitu merencanakan pembangunan gedung bertingkat, dengan komposisi lantai dasar akan diperuntukkan sebagai masjid bagi umat Islam, sedangkan lantai tingkat satu diperuntukkan sebagai gereja bagi umat kristiani, lantai tingkat dua diperuntukkan sebagai pura bagi penganut Hindu, demikian dan seterusnya.
Apa kang Said rela seandainya penyakit AIDS (diagnosis Gonore) yang disebabkan gonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual karena melakukan nikah Mut'ah yang mereka halalkan itu menimpa putra-putrinya......?!!!
Ingat pengaduan seorang pasien AIDS, perempuan berjilbab, mahasiswi dari Pekalongan yang kost di wisma Fathimah jalan Alex Kawilarang 63 Bandung kepada Dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin dari kota Bandung, kota dimana kang Jalal (Jalaludin Rahmat) gembong Syi'ah di Indonesia bertempat tinggal.
Perempuan tadi menganggapnya bahwa kehidupan yang selama ini dijalani sudah sesuai dengan Syari'at Islam sesuai dengan keyakinannya. Perempuan tadi baru tahu, bahwa petualangan seks yang selama ini dia lakukan yang disebabkan nikah mut'ah itu beresiko dengan panyakit kelamin (gonore) yang sangat mengerikan, dan ini akan terus terjadi pada generasi-generasi umat Islam penganut aliran Syi'ah. (Majalah Asa Edisi 5 1411 H).
Di Iran sendiri, sebagai negara yang mayoritas Syi'ah, akibat dari legalnya nikah mut'ah, dikabarkan setiap bulannya 82 meninggal akibat terserang penyakit AIDS, pernyataan tersebut dari Muhammad Azmudeh, Dirjen Departemen Penyakit Menular, Kementerian, Kesehatan Iran juga mengatakan bahwa 283 orang termasuk 35 wanita diketahui telah terinfeksi virus yang mematikan itu. Bahkan pada bulan November tahun 1991 warga Iran yang sudah positif terserang penyakit HIV sudah sampai 5000 orang. Kata wakil Menteri Kesehatan Iran, Husein Malik Afzall.
Dalam rangka untuk mengetahui hakekat Syi'ah, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian) mengadakan seminar sehari, pada hari Ahad tanggal 21 September 1997/ 19 Jumadil Awal 1418. yang di antaranya dalam rangka menjaga stabilitas masyarakat bangsa dan negara Indonesia, seminar merekomendasikan:
1. Mendesak Pemerintah Republik Indonesia cq. Kejaksaan Agung RI. Agar segera melarang paham Syi'ah di wilayah Indonesia. Karena selain telah meresahkan masyarakat, juga merupakan suatu sumber destabilisasi kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Karena tidak mungkin Syi'ah akan loyal pada pemerintah karena pada ajaran Syi'ah tidak ada konsep musyawarah melainkan keputusan mutlak dari Imam, dan karena Syi'ah berkeyakinan bahwa kekuasaan selain Imam-imam mereka adalah ilegal.
2. Memohon Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan seluruh jajaran pemerintah yang terkait agar bekerjasama dengan MUI dan Balitbang Depag RI agar segera meneliti buku-buku yang berisi paham dan melarang peredarannya di Indonesia.
3. Mendesak kepada pemerintah Indonesia cq. Menteri Kehakiman RI agar segera mencabut kembali izin semua yayasan Syi'ah atau yang mengembangkan ajaran Syi'ah di Indonesia, seperti:
Yayasan Muthahhari Bandung.
Yayasan Al-Muntazhar Jakarta.
Yayasan Al-Jawad Bandung.
Yayasan Mulla Shadra Bogor.
Yayasan Pesantren YAPI Bangil.
Yayasan Al-Muhibbin Probolinggo.
Yayasan Pesantren Al-Hadi Pekalongan.
Yayasan Pesantren Asshodiq Bondowoso.
4. Mengajak kepada seluruh masyarakat Islam Indonesia agar senantiasa waspada terhadap aliran Syi'ah, karena paham Syi'ah kufur serta sesat menyesatkan.
5. Menghimbau kepada segenap kaum wanita agar menghindarkan diri dari praktek nikah mut'ah (kawin kontrak) yang dilakukan dan dipropaganda-kan oleh pengikut Syi'ah.
Bagaimana masyarakat tidak resah, kalau anak-anak gadisnya, mahasiswi-mahasiswi di berbagai kota dan bahkan wanita secara umum terancam bahaya penyakit kelamin bahkan AIDS yang sangat berbahaya gara-gara ajaran yang menurut Islam adalah ajaran kufur yang bejat dan binatang.
(Disadur dari buku “Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal dalam Tubuh NU: Informasi, Penyimpangan dan Jawabannya” karya H. Muhammad Najih Maimoen, penerbit Toko Kitab Al-Anwar, Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, cet. III, Januari 2011/Shafar 1432, halaman 67-101).
Sumber : http://www.voa-islam.com
Sebagai bukti menonjol bahwa Said Aqil adalah antek Syi’ah, dia gemar mengungkap tulisan sejarah yang melecehkan para Shahabat Nabi. Sebagaimana budaya Syi’ah juga menjelek-jelekkan dan mengkafirkan para Shahabat Rasulullah SAW.
قال الخميني: لم يؤمن الشيخان أبو بكر وعمر إيمانا تابعا من القلب بل قبلا الإسلام في الظاهر فقط طمعا في الحكم والسلطة، وقد التصقا بالرسول صلى الله عليه وسلم. وتعبير "التصقا" هو تعبير الخميني- إلى أن قال - عثمان ومعاوية ويزيد جمـيعهم في درجة واحدة فهم ظالـمون ومجرمون. (الثورة الإيرانية ص73-74).
Itulah mulut kotor Khomeini, seorang tokoh yang didewa-dewakan orang Iran dan manusia yang telah rusak mata hatinya. Shahabat Abu Bakar yang telah mendapat gelar al-Shiddiq justru dikecam dan dihinanya. Dan langkah Khomeini tersebut juga ditiru oleh si Said Aqil. Katanya, “Abu Bakar tak punya integritas, Umar hanyalah putra mahkota yang berarti terpilihnya tidak lewat pemusyawaratan, tapi ditunjuk langsung oleh Abu Bakar.” Dan lebih tragis adalah nasib Sayyidina Utsman. Beliau dipikun-pikunkan oleh Said Aqil dan dituduh suka menghambur-hamburkan uang pada kerabatnya.
Di antara kesalahan Said Aqil pada Sayyidina Utsman bin Affan Ra adalah:
Pertama, dalam makalahnya no.14, Said mengatakan bahwa pada enam tahun terakhir dari kekhilafahan Utsman terjadi banyak kesalahan yang bersumber-kan dari Marwan dengan mengangkat pejabat dari golongan Bani Umayyah.
Bagaimanakah sebenarnya permasalahan tersebut? Siapakah sebenarnya Marwan? Apakah dia seorang yang tak pantas jadi pejabatnya? Dan salahkah bila kekhalifahan Sayyidina Utsman diwarnai kelompok Bani Umayyah? Atau bagaimanakah sebenarnya peristiwa tersebut? Maka, tulisan-tulisan di bawah ini akan memberi penjelasan secara gambling dan panjang lebar kepada Said Aqil yang sebenarnya belum begitu pengalaman tentang sejarah para Shahabat Rasulullah SAW.
أما مروان بن الحكم فلم يوله عثمان إلا أنه كان مشهودا له بالعدل والثقة من الصحابة والتابعين وفقهاء المسلمين. (العواصم من القواصم ص89).
صحيح أن مروان قد ارتكب بعض الأخطاء التي كانت سببا من أسباب الفتنة. (الطبقات ابن سعد ج5/ ص26).
ولكنها لم تكن كل الأسباب وإن ما ارتكبه مروان لم يكن بأمر الخليفة وموافقته وربما عن غير علم منه فمروان إذن وليس الخليفة هو الذي يتحمل مسئولية تلك الأخطاء. (دراسة عن الفرق ص38).
وأما قوله: وولي مروان أمره وألقى إليه مقاليد أموره ودفع إليه خاتمه وحدث من ذلك قتل عثمان وحدث من الفتنة بين الأمة ما حدث. فالجواب : أن قتل عثمان والفتنة لم يكن سببها مروان وحده، بل اجتمعت أمور متعددة من جملتها أمور تنكر من مروان وعثمان رضي الله عنه كان قد كبر وكانوا يفعلون أشياء لا يعلمونه بها فلم يكن آمرا لهم بالأمور التي أنكرتموها عليه بل كان يأمر بإبعادهم وعزلهم فتارة يفعل ذلك وتارة لا يفعل ذلك وقد تقدم الجواب العام.
ولما قدم المفسدون الذين أرادوا قتل عثمان وشكوا أمورا أزالها كلها عثمان حتى أنه أجابهم إلى عزل من يريدون عزله وإلى أن مفاتيح بيت المال تعطى لمن يرتضونه وأنه لا يعطي أحدا من المال إلا بمشورة الصحابة ورضاهم ولم يبق لهم طلب ولهذا قالت عائشة رضي الله عنها: مصصتموه كما يمص الثوب ثم عمدتم إليه فقتلتموه. (منهاج السنة النبوية ج6/ص 248).
ثبت في الصحيح أن رجلا أراد أن يطعن في عثمان عند بن عمر فقال: إنه قد فر يوم أحد ولم يشهد بدرا ولم يشهد بيعة الرضوان فقال ابن عمر: أما يوم أحد فقد عفا الله عنه (وفي لفظ: فر يوم أحد فعفا الله عنه، وأذنب عندكم ذنبا فلم تعفوا عنه) وأما يوم بدر فإن النبي صلى الله عليه وسلم استخلف على ابنته وضرب له بسهمه. وأما بيعة الرضوان فإنما كانت بسبب عثمان فإن النبي صلى الله عليه وسلم بعثه إلى مكة وبايع عنه بيده ويد النبي صلى الله عليه وسلم خير من يد عثمان. فقد أجاب ابن عمر بأن ما يجعلونه عيبا(ما كان منه عيبا) فقد عفا الله عنه والباقي ليس بعيب بل هو من الحسنات. وهكذا عامة ما يغاب به على سائر الصحابة هو إما حسنة وإما معفوا عنه فحينئذ فقول الرافضي: إن عثمان ولى من لا يصلح للولاية إما أن يكون هذا باطلا ولم يول إلا من يصلح وإما أن يكون ولى من لا يصلح في نفس الأمر لكنه كان مجتهدا في ذلك فظن أنه كان يصلح وأخطأ ظنه وهذا لا يقدح فيه.
وهذا الوليد بن عقبة الذي أنكر عليه ولايته قد اشتهر في التفسير والحديث والسير أن النبي صلى الله عليه وسلم ولاه على صدقات ناس من العرب فلما قرب منهم خرجوا إليه فظن أنهم يحاربونه فأرسل إلى النبي صلى الله عليه وسلم محاربتهم له فأراد النبي صلى الله عليه وسلم أن يرسل إليهم جيشا فأنزل الله تعالى: (يَاأَيّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَـيّنُوْا أَنْ تُصِـيْبُوْا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتَصْبَحُوْا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ). (الحجرات:61).
فإذا كان حال هذا خفى على النبي صلى الله عليه وسلم فكيف لا يخفى على عثمان؟، وإذا قيل : إن عثمان ولاه بعد ذلك، فيقال: باب التوبة مفتوح وقد كان عبد الله بن سعد بن أبي سرح ارتد عن الإسلام ثم جاء تائبا وقبل النبي صلى الله عليه وسلم إسلامه وتوبته بعد أن كان أهدر دمه. وعلي رضي الله عنه يبين له من عماله ما لم يكن يظنه فيهم فهذا لا يقدح في عثمان ولا غيره. وغاية ما يقال: إن عثمان ولى من يعلم أن غيره أصلح منه وهذا من موارد الاجتهاد. أو يقال: إن محبته لأقاربه قبلته إليهم حتى صار يظنهم أحق من غيرهم أو أن ما فعله كان ذنبا. وقد تقدم أن ذنبه لا يعاقب عليه في الآخرة.
وقوله: حتى ظهر من بعضهم الفسق ومن بعضهم الخيانة، فيقال: ظهور ذلك بعد الولاية ولا على أن المولّي علم ذلك وعثمان رضي الله عنه لما علم أن الوليد بن عقبة شرب الخمر طلبه وأقام عليه الحد. وكان يعزل من يراه مستحقا للعزل، ويقيم الحد على من يراه مستحقا لإقـامة الحد عليه. (منهاج السنة النبوية ص238-241).
وإذا أخذنا هذه التهم واحدة واحدة نجد أن حب المرء لقرابته ليس مما يؤاخذ به. أما أنا لخليفة عثمان دفعه هذا الحب إلى أن يولي أقاربه أمور الدولة مع علمه بعدم كفاءتهم وصلاحهم للأمر فهذا أمر يحتاج إلى نظر:
فالوليد بن عقبة مثلا الذي اتهم الخليفة بأنه ولاه لقرابته منه نجده قد تولى بعض الأعمال لعمر رضي الله عنه، ومن ثم لا ينبغي اتهام عثمان بأنه ولاه لأنه قريب فحسب. أما قصة شرب الوليد الخمر وصلاته بالناس سكرانا فقد شكك فيها محب الدين الخطيب وحاول إثبات أنها كانت مؤامرة دبرت ضد الوليد قام بها بعض الحاقدين عليه والناقمين الذين أقام فيهم الحد وشهدوا زورا عليه نكاية به وانتقاما لأنفسهم. واستند في هذا إلى رواية أوردها الطبري في تاريخه. (العواصم من القواصم ص94).
وهذا يخالف المصادر الموثوقة التي أكدت هذه الحادثة فقد وردت إشارة إلى الحادثة في صحيح البخاري ومسلم وسنن أبي داود. وقد ذهب ابن حجر غلى أن قصة صلاة الوليد بالناس أربعا وهو سكران مشهورة مخرجة في الصحيحين وعزله عثمان بعد جلده عن الكوفة وولاها سعيد بن العاص ويقال إن بعض أهل الكوفة تعصبوا عليه فشهدوا عليه بغير الحق حكاه الطبري واستنكره بن عبد البر . (الإصابة ج3/ص637-638).
وثبوت هذه القصة ونتئجها لا يقدح في عثمان رضي الله عنه بل يؤكد عدالته وعدم محاباته لأقاربه إذ أن قرابة الوليد منه لم تمنعه من أن يتقصى الأمر، وحينما وجد شهودا شهدوا ضد الوليد قام بواجبه كأمير المؤمنين فأقام الحد عليه وعزله عن الولاية.
أما عبد الله بن سعد بن أبي السرح فقد ثبت أنه تاب من ردته وأن عثمان توسط له عند الرسول عليه الصلاة والسلام فعفا عنه وحسن إسلامه وشارك في فتوحات الإسلام في مصر وشمال أفريقيا وشهد له بالكفاءة وحسن البلاء وكان له مواقف محمودة الفتوح. ثم ولاه عثمان مصر بعد هذه التجارب، فعثمان إذن لم يوله إلا وقد ظن أنه كفؤ وجدير بالقيام بما يوكل إليه من أعمال. وقد ثبت أن ابن أبي السرح قد ارتكب بعض الأخطاء. أما أن عثمان قد أقره على ذلك وكتب إليه كتابا سريا يأمره بتأديب الثائرين من أهل مصر بعد أن أعطاهم الأمان فهذا كله كذب على الخليفة عثمان وإن صح أن الكتاب ختم بخاتمه كما يقال فربما تم هذا من غير علم الخليفة وأمره. (منهاج السنة ج3/ص188).
أما معاوية فقد كان واليا على دمشق في عهد عمر وأنه كان مشهودا له بالكفاءة وحسن السياسة وقد برزت هذه الكفاءة الإدارية والسياسية حينما ضمت إليه الأقاليم الأخرى. صحيح أن استمرار المعاوية رضي الله عنه فترة طويلة في ولاية الشام ربما كان عاملا من العوامل التي شجعته على مناوءة سلطة الدولة فيما بعد ولكن ليس هذا أمرا يؤاخذ عليه الخليفة عثمان الذي أراد أن يصلح بتوليته الشام أمر الناس.
فهؤلاء الولاة إذن لم يولهم عثمان لقرابتهم منه فحسب بل لأنهم ولاة متمرسون في شؤون إدارة الدولة وسياستها، سبق لهم أن تولوا أمر المسلمين وأثبتوا جدارة وكفاءة، وقد يقال أن هؤلاء الولاة لم يكونوا أفضل من غيرهم من صالحي المسلمين بل أن كثيرا ممن لو يولوا كانوا أسبق من هؤلاء الولاة إسلاما وأصدق جهادا وسبقا للخير. ويمكن الرد على ذلك بالقول: إن تعيين هؤلاء الولاة كان اجتهادا من الخليفة الذي رأى أنهم أولى من غيرهم وأكفأ وأنهم أصلح لسياسة المسلمين وتصريف أمور الدولة وقد يكون مخطئا في هذا الاجتهاد له أجر الإمام المجتهد، إذ ليس أحد كما يقول ابن تيمية معصوما بعد النبي صلى الله عليه وسلم بل الخلفاء وغير الخلفاء يجوز عليهم الخطأ والذنوب التي تقع منهم قد يتوبون عنها وقد تكفرها عنهم حسناتهم الكثيرة. والمهم في الأمر أنه حينما كان يتبين انحراف أحد هؤلاء الولاة لم تشفع له قرابته عند عثمان من أن يجلد حد شارب الخمر ويعزل عن الولاية كما فعل بالوليد بن عقبة كما أن هذه القرابة وحدها لم تكن مؤهلا للولاية وإلا لولى عثمان محمد بن أبي حذيفة الذين كان ربيبا لعثمان وقريبه ولكن عثمان رفض أن يوليه حينما طلب ذلك وقال له: يا بني لو كنت رضا ثم سألتني العمل لاستعملتك ولكن لست هناك. (دراسة عن الفرق ص34-35).
وأما تولية الأحداث فلم يولّ إلا رجلا سويا عدلا، وقد ولى رسول الله عتاب بن أسيد على مكة وهو ابن عشرين سنة وولّى أسامة بن زيد بن حارثة وطعن الناس في إمارته. وأما إيثاره قومه بني أمية فقد كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يؤثر قريشا على الناس ووالله لو أن مفتاح الجنة بيدي لأدخلت بني أمية عليها. (البداية والنهاية ج7/ ص187).
وروى ابن جرير من طريق محمد بن إسحاق عن عمه عبد الرحمن بن يسار أن الذي كان معه هذه الرسالة من جهة عثمان إلى مصر أبو الأعور السلمي على جمل لعثمان وذكر ابن جرير من هذه الطريق أن الصحابة كتبوا إلى الآفاق من المدينة يأمرون الناس بالقدوم على عثمان ليقاتلوه وهذا كذب على الصحابة وإنما كتبت كتب مزوره عليهم كما كتبوا من جهة علي وطلحة والزبير إلى الخوارج كتبا مزورة عليهم أنكروها وهكذا زور هذا الكتاب على عثمان أيضا فإنه لم يأمر به ولم يعلم به أيضا. (البداية والنهاية ج7/ص192).
وقد ذكر ابن جرير الطبري في تاريخه بأسانيده: أن المصريين وجدوا ذلك الكتاب مع البريد إلى أمير مصر فيه الأمر بقتل بعضهم وصلب بعضهم وبقطع أيدي بعضهم وأرجلهم وكان قد كتبه مروان بن الحكم على لسان عثمان متأولا قوله تعالى: (إِنَّمَاجَزَاءُ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يَقَتَّلُوْا أَوْ يُصَلَّبُوْا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِى الدُّنْياَ وَلَهُمْ فِى الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ) (المائدة: 33), وعنده أن هؤلاء الذين خرجوا على أمير المؤمنين عثمان رضي الله عنه من جملة المفسدين في الأرض ولا شك أنهم كذلك ولكن لم يكن له أن يفتات على عثمان ويكتب على لسانه بغير علمه ويزور على خطه وخاتمه ويبعث غلامه على بعيره بعد ما وقع الصلح بين عثمان وبين المصريين على تأمير محمد بن أبي بكر على مصر بخلاف ذلك كله . (البداية والنهاية ج7/ص204).
وقال الإمام أحمد: حدثنا عبد الرحمن بن مهدي (ثنا) معاوية بن صالح من ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن أبي قيس حدثني النعمان بن بشير قال: كتب معي عثمان إلى عائشة كتاب فدفعت إليها كتابه فحدثتني أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لعثمان: (إِنَّ اللهَ لَعَلَّهُ يُقَمِّصُكَ قَمِيْصًا فَإِنْ أرَادَكَ أَحَدٌ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ، ثلاث مرات). قال النعمان: فقلت يا أم المؤمنين ! فأين كنت عن هذا الحديث؟، فقالت: يا بنيّ والله أنسيته. وقد رواه الترمذي من حديث الليث عن معاوية بن صالح عن ربيعة بن يزيد عن عبد الله بن عامر عن النعمان عن عائشة به. ثم قال : هذا حديث حسن غريب. ورواه ابن ماجه من حديث الفرج بن فضالة عن ربيعة بن يزيد عن النعمان فأسقط عبد الله بن عامر. (البداية والنهاية ج7/ ص198).
وأما قوله: وولى عبد الله بن سعد بن أبي سرح مصر حتى تظلم منه أهلها وكاتبه أن يستمر على ولايته سرا خلاف ما كتب الله جهرا. والجواب: أن هذا كذب على عثمان وقدحلف عثمان أنه لم يكتب شيئا من ذلك وهو الصادق البار بلا يمين وغاية ما قيل: إن مروان كتب بغير علمه وأنهم طلبوا أن يسلم إليهم مروان ليقتلوه فامتنع فإن كان قتل مروان لا يجوز فقد فعل الواجب وإن كان يجوز ولا يجب فقد فعل الجائز وإن كان قتله واجبا فذاك من موارد الاجتهاد فإنه لم يثبت لمروان ذنب يوجب قتله شرعا فإن مجرد التزوير لا يوجب القتل. وبتقدير أن يكون ترك الواجب فقد قدمنا الجواب العام. (منهاج السنة النبوية ج6/ص244).
وأخرج الترمذي والحاكم عن عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (يَا عُثْمَان ! إنَّهُ لَعَلَّ اللهَ يَقَمِّصُكَ قَمِيْصًا فَإِنْ أرَادَكَ المُنَافِقُوْنَ عَلَى خَلْعِهِ فَلاَ تَخْلَعْهُ حَتَّى تَلْقَانِي). وأخرج الترمذي عن عثمان أنه قال يوم الدار: إن النبي صلى الله عليه وسلم عهد إليّ عهدا فأنا صابر عليه. (تاريخ الخلفاء ص142).
وأما قوله: أمر بقتل محمد بن أبي بكر، فهذا من الكذب المعلوم على عثمان وكل ذي علم بحال عثمان وإنصاف له يعلم أنه لم يكن ممن يأمر بقتل محمد بن أبي بكر ولا أمثاله ولا عرف منه قط أنه قتل أحدا من هذا الضرب،وقد سعوا في قتله ودخل عليه محمد فيمن دخل وهو لا يأمر بقتالهم دفعا عن نفسه فكيف يبتدئ بقتل معصوم الدم. وإن ثبت أن عثمان أمر بقتل محمد بن أبي بكر لم يطعن على عثمان. بل عثمان إن كان أمر بقتل محمد بن أبي بكر أولى الطاعة ممن طلب قتل مروان لأن عثمان إمام هدى وخليفة راشد يجب عليه سياسة رعيته وقتل من لا يدفع شره إلا بالقتل. وأما الذين طلبوا قتل مروان فقوم خوارج مفسدون في الأرض ليس لهم قتل أحد ولا إقامة حد وغايتهم أن يكونوا ظلموا في بعض الأمور وليس لكل مظلوم أن يقتل بيده كل من ظلمه بل ولا يقيم الحد.
وليس مروان أولى بالفتنة والشر من محمد بن أبي بكر ولا هو أشهر بالعلم والدين منه بل أخرج أهل الصحاح عدة أحاديث عن مروان وله قوله مع أهل الفتيا واختلف في صحبته. ومحمد بن أبي بكر ليس بهذه المنزلة عند الناس ولم يدرك من حياة النبي صلى الله عليه وسلم إلا أشهرا قليلة من ذي القعدة عام حجة الوداع. ومروان من أقران ابن الزبير فهو قد أدرك حياة النبي صلى الله عليه وسلم ويمكن أنه رآه عام فتح مكة أو عام حجة الوداع. (منهاج السنة النبوية ج6/ص245).
وأما قوله: ولى معاوية الشام فأحدث من الفتن ما أحدثه. فالجواب: أن معاوية إنما ولاه عمر بن الخطاب رضي الله عنه لما مات أخوه يزيد بن أبي سفيان ولاه عمر مكان أخيه واستمر في ولاية عثمان وزاده عثمان في الولاية وكانت سيرة معاوية مع رعيته من خيار سير الولاية وكان رعيته يحبونه. وقد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: وخيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم وتصلون عليهم ويصلون عليكم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونهم. (منهاج السنة ج6/ص246).
وأما قوله: إنه نفى أبا ذر إلى الربذة وضربه ضربا وجيعا مع أن النبي صلى الله عليه وسلم قال في حقه: ما أقلت الغبراء ولا أظلت الخضراء على ذي لهجة أصدق من أبي ذر، وقال: إن الله أوحى إليّ أنه يحب أربعة من أصحابي وأمرني بحبهم. فقيل له: من هم يا رسول الله ؟، قال: علي سيدهم وسلمان والمقداد وأبو ذر. فالجواب: أن أبا ذر سكن الزبذة ومات بها السبب ما كان يقع بينه وبين الناس فإن أبا ذر رضي الله عنه كان رجلا صالحا زاهدا وكان من مذهبه أن الزهد واجب. وأن ما أمسكه الإنسان فاضلا عن حاجته فهو كنز يكوى به في الناس. واحتج على ذلك بما لا حجة فيه من الكتاب والسنة. (وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِي سَبِيْلِ اللهِ) (التوبة : 34). وجعل الكنـز ما يفضل عن الحاجة واحتج بما سمعه من النبي صلى الله عليه وسلم وهو أنه قال: يا أبا ذر ما أحب أن لي مثل أحد ذهبا يمضي عليه ثالثه وعندي منه دينار إلا دينارا أرصده للدين. وأنه قال الأكثرون هم الأقلون يوم القيامة إلا من قال بالمال هكذا وهكذا. ولما توفي عبد الرحمن بن عوف وخلف مالا جعل أبو ذر ذلك من الكنز الذي يعاقب عليه وعثمان يناظره في ذلك حتى دخل كعب ووافق عثمان فضربه أبو ذر وكان قد وقع بينه وبين معاوية بالشام بهذا السبب. وقد وافق أبا ذر على هذا طائفة من النساك كما يذكر عن عبد الواحد بن زيد ونحوه ومن الناس من يجعل الشبلى من أرباب هذا القول.
وأما الخلفاء الراشدون وجماهير الصحابة والتابعين فعلى خلاف هذا القول فإنه قد ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ((لَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسَةِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ ذَوْدٍ صَدَقَةٌ وَلَيْسَ فِيْمَا دُوْنَ خَمْسِ أوَاقٍ صَدَقَةٌ)). فنفى الوجوب فيما دون المائتين ولم يشترط كون صاحبها محتاجا إليها أم لا.
وقال جمهور الصحابة: الكنز هو المال الذي لم تؤد حقوقه وقد قسم الله تعالى المواريث في القرآن ولا يكون الميراث إلا لمن خلف مالا . وقد كان غير واحد من الصحابة له مال على عهد النبي صلى الله عليه وسلم من الأنصار بل ومن المهاجرين وكان غير واحد من الأنبياء له مال.
وكان أبو ذر يريد أن يوجب على الناس ما لم يوجب الله عليهم ويذمهم على ما لم يذمهم الله عليه مع أنه مجتهد في ذلك مثاب على طاعته صلى الله عليه وسلم كسائر المجتهدين من أمثاله. وقول النبي صلى الله عليه وسلم ليس فيه إيجاب إنما قال: (مَا أُحِبُّ أَنْ يَمْضِيَ عَلَيَّ ثاَلِثُهُ وَعِنْدِي مِنْهُ شَيْءٌ)، فهذا يدل على استحباب إخراج ذلك قبل الثالثة لا على وجوبه. وكذا قوله : (المُكثِرُوْنَ هُمُ المقلوْنَ)، دليل على أن من كثر ماله قلت حسناته يوم القيامة إذا لم يكثر الإخراج منه، وذلك لا يوجب أن يكون الرجل القليل السحنات من أهل النار إذا لم يأت كبيرة ولم يترك فريضة من فرائض الله.
وكان عمر بن الخطاب رضي الله عنه يقوّم رعيته تقويما تاما فلا يعتدي لا الأغنياء ولا الفقراء. فلما كان في خلافة عثمان توسع الأغنياء في الدنيا حتى زاد كثير منهم على قدر المباح في المقدار والنوع وتوسّع أبو ذر في الإنكار حتى نهاهم عن المباحات. وهذا من أسباب الفتن بين الطائفتين.
فكان اعتزال أبي ذر لهذا السبب ولم يكن لعثمان مع أبي ذر غرض من الأغراض. وأما كون أبي ذر من أصدق الناس فذاك لا يوجب أنه أفضل من غيره بل كان أبو ذر مؤمناضعيفا كما ثبت في الصحيح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: (يَا أبَا ذَرٍّ إنِّي أرَاكَ ضَعِيْفًا وَإنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ لِنَفْسِي, المُؤْمِنُ القَوِيّ خَيْرٌ وَأحبّ إلَى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلّ خَيْر). وأهل الشورى مؤمنوك أقوياء وأبو ذر وأمثاله مؤمنون ضعفاء. فالمؤمنون الصالحون لخلافة النبوة كعثمان وعلي وعبد الرحمن بن عوف أفضل من أبي ذر وأمثاله . والحديث المذكور بهذا اللفظ الذي ذكره الرافضي ضعيف بل موضوع وليس له إسناد يقوم به . (منهاج السنة النبوية ج6/ ص270-276)
وأما نفي أبي ذر رضي الله عنه إلى الربذة فقد ثبت ولكن لم يكن بفعل عثمان بل باختيار أبي ذر الذي آثر أن يبتعد ويعتزل حينما وقع بينه وبين الناس ما وقع بسبب بعض آرائه. ويؤكذ هذا ما أورده البخاري في صحيحه عنزيد بن وهب قال: مررت بالربذة فإذا أنا بأبي ذر قلت: ما أنزلك منزلك هذا ؟، قال: كنت بالشام فاختلفت أنا ومعاوية في (وَالَّذِيْنَ يَكْنِزُوْنَ الذَّهَبَ وَالفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُوْنَهَا فِى سَبِيْلِ اللهِ) (التوبة:34)، فقال معاوية: نزلت في أهل الكتاب، فقلت: نزلت فينا وفيهم. وكان بيني وبينه في ذاك فكتب إليّ عثمان رضي الله عنه يشكوني. فكتب إليّ عثمان أن أقدم المدينة فقدمتها فكثر عليّ الناس حتى كأنهم لم يروني قبل ذلك فذكرت ذلك لعثمان، فقال: إن شئت تنحيت فكنت قريبا. فذاك الذي أنزلني هذا المنزل ولو أمّروا عليّ جيشا لسمعت وأطعت.
وروى ابن سيرين قال: قدم أبو ذر المدينة فقال عثمان: كن عندي تغدو عليك وتروح اللقاح. قال: لا حاجة لي في دنياكم، ثم قال: ائذن لي حتى أخرج إلى الربذة، فأذن له فخرج. (صفوة الصفوة ج1/ ص596).
ويؤيد هذا أن أبا ذر لم يكن يحمل على الخليفة شيئا وقد أورد ابن سعد أن ناسا من أهل الكوفة قالوا لأبي ذر وهو بالربذة: يا أبا ذر فعل بك هذا الرجل وفعل فهل أنت ناصب لنا راية (يعني فنقاتله)، فقال: يا أهل الإسلام لا تعرضوا على ذاكم ولا تذلوا السلطان فإنه من أذل السلطان فلا توبة له والله لو أن عثمان صلبني على أطول خشبة أو أطول حبل لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي ولو سيرني ما بين الأفق إلى الأفق أو قال ما بين المشرق والمغرب لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي ولو ردني إلى منزلي لسمعت وأطعت وصبرت وأحتسبت ورأيت أن ذاك خير لي. (دراسة عن الفرق ص39-40).
كتب إليّ السري يذكر أن شعيبا حدثه عن سيف عن عطية عن زيد الفقهي، قال: لما ورد ابن السوداء الشام لقي أبا ذر، فقال: يا أبا ذر ألا تعجب إلى معاوية يقول: المال مال الله ألا أن كل شيء لله كأنه يريد أن يحتجه دون المسلمين ويمحو اسم المسلمين. فأتاه أبو ذر فقال: ما يدعوك إلى أن تسمى مال المسلمين مال الله ؟، قال: يرحمك الله يا أبا ذر، ألسنا عباد الله والمال ماله والخلق خلقه والأمر أمره ؟، قال: فلا تقله، قال: فإني لا أقول أنه ليس لله ولكن سأقول مال المسلمين.
ودخل عليّ عثمان فقال: يا أبا ذر ما لأهل الشام يشكون ذربك، فأخبره أنه لا ينبغي أن يقال: مال الله ولا ينبغي للأغنياء أن يقتنو مالا، فقال: يا أبا ذر عليّ أن أقضي ما عليّ وآخذ ما على الرعية ولا أجبرهم على الزهد وأن أدعوهم إلى الاجتهاد والاقتصاد. قال: فتأذن لي في الخروج فإن المدينة ليست لي بدار، فقال: أوتستبدل بها إلا شرا منها، قال: أمرني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أخرج منها إذا بلغ البناء سلعا، قال: فانفذ لما أمرك به، قال: فخرج حتى نزل الربذة فخط بها مسجدا وأقطعه عثمان صرمة من الإبل وأعطاه مملوكين وأرسل إليه أن تعاهد المدينة حتى لا ترتد أعرابيا ففعل. وكتب إليّ السري عن شعيب عن سيف عن محمد بن عون عن عكرمة عن ابن عباس قال : كان أبو ذر يختلف من الربذة إلى المدينة مخافة الأعرابية وكان يحب الوحدة والخلوة. (تاريخ الطبري ج2/ص615-616). و (الكامل لابن الأثير ج3/ ص11).
ثم خرج على من عنده وخرج عثمان على أثره فجلس على المنبر ثم قال: أما بعد؛ فإن لكل شيء آفة، ولكل أمر عاهة وإن آفة هذه الأمة وعاهة هذه النعمة عيابون طعانون يرونكم ما تحبون ويسترون عنكم ما تكرهون يقولون لكم ويقولون أمثال النعام، يتبعون أول ناعق أحب مواردهم إليهم البعيد لا يشربون إلا نفصا ولا يردون إلا عكرا لا يقوم لهم رائد وقد أعييتهم الأمور. إلا فقد والله عبتم عليّ على ما أقررتم لابن الخطاب بمثله ولكنه وطئتم برجله وضربكم بيده وقمعكم بلسانه فدنتم له على ما أحببتم وكرهتم ولنت لكم وأوطأتكم كتفي وكففت يدي ولساني عنكم فاجترأتم عليّ أما والله لأنا أعز نفرا وأقرب ناصرا وأكثر عددا وأحرى إن قلت هلم أتى إليّ , ولقد عددت لكم أقرانا وأفضلت عليكم فصولا، وكشرت لكم عن نابي وأخرجتم مني خلقا لم أكن أحسنه ومنطقا لم أنطق به فكفوا عني ألسنتكم وعيبكم وطعنكم ولاتكم فإني كففت عنكم من لو كان هو الذي يكلمكم لرضيتم منه بدون منطقي هذا. ألا فما تفقدون من حقكم ؟، والله ما قصرت عن بلوغ ما بلغ من كان قبلي. ولم تكونوا تختلفون عليه فقام مروان بن الحكم فقال: إن شئتم حكمنا والله ما بيننا وبينكم السيف نحن وأنتم والله كما قال الشاعر:
فرشنا لكم أعراضنا فنبت بكم * مغارسكم تبنون في دفن الثرى
فقال عثمان: أسكت لأسكت دعني وأصحابي ما منطقك في هذا ؟ ألم أتقدم إليك أن لا تنطق ؟ فسكت مروان ونزل عثمان عن المنبر فاشتد قوله على الناس وعظم وزاد تألبهم عليه. (الكامل لابن الأثير ج3/ ص44-45).
Dari data-data di atas dapat dicatat beberapa kesalahan Said Aqil di antaranya adalah sebagai berikut.
Sayyidina Utsman dalam menjalankan pemerintahannya sama sekali tidak didikte oleh Marwan bin Hakam. Justru Marwan mendapat amarah dari Khalifah Utsman manakala hendak campur tangan urusan beliau dalam menangani para demonstran. Ini suatu bukti bahwa walaupun Sayyidina Utsman sudah tua namun tak bersedia dicampuri pihak lain dalam melaksanakan amanat kekhalifahannya. Entah sumber dari mana yang mendikte Said Aqil untuk melontarkan tuduhan keji pada sayyidina Utsman sampai mengatakan bahwa, “pada masa ini (6 tahun terakhir) khalifah Utsman sudah mulai usia senja (harom) sehingga hampir semua urusan pemerintahan banyak didikte oleh sekretarisnya, Marwan bin Hakam.”
Mungkin Marwan telah banyak melakukan kesalahan dalam masa pemerintahan sayyidina Utsman serta manuver dan sepak terjang politiknya banyak merugikan dan berdampak terpecah-belahnya ummat Islam sehingga menjadikan tidak wibawa dan lemahnya kekuatan ummat Islam dimata musuh-musuh Islam, diantara kesalahannya adalah:
Mengobarkan pemberontakan terhadap pemerintahan Utsman dan merusak gagasan islah antara Utsman dan para pemberontak yang telah dicanangkan oleh para tokoh shahabat.
Memalsukan suratnya Utsman RA yang ditujukan kepada Gubernur Mesir, Ibnu Abi Saroh, yang isinya agar membunuh penduduk Mesir.
Memprovokasi para pemberontak untuk membunuh shahabat Ali RA.
Melaknat shahabat Ali RA.
Membunuh shahabat Tholhah bin Ubaidillah.
Marwan bersama anaknya, Abdul Malik, memberitahukan tempat-tempat persembunyian penduduk Madinah kepada pasukan Yazid sehingga menjadi penyebab terbunuhnya penduduk Madinah di tanah Harroh. (Muhammad Al-‘Arobi Ath-Thabbani (Abu Hamid Marzuq), Baro’atul Asy’ariyin min Aqo’idil Mukholifin).
Tapi, hal itu bukanlah merupakan satu-satunya penyebab timbulnya kekacauan dan pemberontakan. Sebab utamanya adalah munculnya isu-isu negatif yang ditiupkan oleh orang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’. Dan jikalau Said Aqil mengingkari adanya Abdullah bin Saba’ sehingga menganggapnya sebagai tokoh fiktif, maka itu adalah suatu pertanda bahwa dia (Said Aqil) benar-benar terpengaruh dengan kebohongan pemikiran Syi'ah. Karena, ath-Thobari, al-Kamil dan al-Bidayah telah memuatnya. Sungguh memalukan sekali kalau Said Aqil malah tak mengetahuinya. Inilah akibatnya bila mata hati telah rusak dan teracuni ajaran sesat Syi’ah. Buktinya, Said Aqil ikut menghadiri pertemuan “Peringatan Arba’in” di Malang. Dan di sana dia mengaku terus terang sebagai gedibal Syi’ah. Demikian pula dalam pertemuan “Peringatan Karbala” yang diadakan pengikut-pengikut Syi’ah di Jakarta, dia juga ikut mendatanginya.
Sungguh suatu hal yang sangat ganjal sekali, mengapa peristiwa di atas lepas dari pantauan Said Aqil, mengapa dia tak mampu mengatakan bahwa sumber fitnah di masa akhir kekhalifahan sayyidina Utsman adalah berita bohong yang direkayasa Abdullah bin Saba’. Hal ini layak dijadikan sebagai bahan pertanyaan atas kebenaran pengakuan Said Aqil. Mestinya kalau dia seorang yang jujur dan mengemban amanat ilmiyah juga mengungkapkan catatan sejarah di atas. Sehingga tidak hanya memilih karangan manusia tak bertanggung jawab (baca: antek Syi’ah) yang menyudutkan Sayyidina Utsman maupun Marwan. Padahal sebenarnya Marwan bukanlah seorang yang pantas untuk dijadikan satu-satunya kambing hitam terhadap kasus kudeta yang melanda kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan. Dia (Marwan), dalam pandangan para tokoh Shahabat, Tabi’in dan Fuqohaul Ummah adalah seorang yang adil dalam meriwayatkan Hadits. Maka apabila ada cerita atau fakta sejarah yang mendiskreditkan Marwan saja dengan menafikan sepak terjang Abdullah bin Saba', perlu di teliti kebenarannya atau dengan suatu penakwilan yang tepat, tidak asal ngawur dan serampangan, membabi buta.
Perlu jadi tambahan pelajaran bagi Said Aqil yang pura-pura tidak mengenal ilmu Hadits bahwa dengan adanya fakta di atas Marwan bin Hakam bukanlah orang yang pantas untuk dijadikan bahan kecaman maupun melontarkan kesalahan. Di samping dia (Marwan) terbukti membela Sunnah Rasul sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad bin Hambal juga diakui oleh kalangan ahli Hadits. Bahkan beliau adalah sebagai guru dari para tokoh ahli Hadits dari kalangan Tabi’in, di antaranya adalah Imam Said ibn Musayyab yang merupakan “Ra'su Ulama al-Tabi’in” (ketua ulama tabi’in). Begitu juga Imam al-Laits bin Said (tokoh ulama Mesir), Imam Abdurrozaq (tokoh ulama Yaman) dan lainnya juga mengambil riwayat dari Marwan bin Hakam. Ini suatu syahadah (baca: bukti kuat) bahwa nama Marwan sangatlah harum dan terhormat di kalangan para ulama Ahli Hadits. Dan perlu diingat bahwa tidak sembarang orang diakui dan diterima riwayatnya oleh para ahli Hadits kecuali setelah lewat seleksi yang ketat dan persyaratan yang rumit. Hanya orang adil dan benar-benar tsiqoh-lah yang tercatat sebagai rawi-rawi Hadits. Apalagi jikalau orang tersebut adalah guru dari pemimpin ulama tabi’in, maka hal itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti akan keutamaan kehormatannya. Untuk lebih mempertajam masalah ini, haruslah diketahui oleh Said Aqil bahwasanya para ulama sampai mengarang kitab “al-Jarhu wa al-Ta’dil” adalah karena banyaknya bermunculan manusia-manusia fasiq dan pendusta yang tak bertanggung jawab dalam menyampaikan berita yang diterima maupun yang disampaikan. Maka, para Ulama sunnah bangkit untuk mendata orang yang dapat diterima riwayatnya (baca: orang adil) dengan yang tertolak riwayatnya. Lebih jelasnya, Imam al-Hafidz Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalaniy mengatakan:
Terbilangnya Marwan bin Hakam sebagai Fuqaha’ tentunya menjadi isyarat bagi siapa saja yang menguak sepak terjang dan kiprah Marwan dalam gelanggang politik untuk lebih mengedepankan kaca mata Husnudzdzon dari pada mengklaim-nya sebagai sumber malapetaka dan fitnah. Apalagi jikalau ternyata Marwan terbukti tidak bersalah, maka sangat gegabah sekali bila Said Aqil membesar-besarkan kesalahan yang belum tentu terbukti tersebut. Ini suatu bukti kesalahan Said Aqil.
Seperti halnya peristiwa yang paling disoroti Said Aqil adalah surat palsu yang menjadikan marahnya demonstran Mesir. Seandainya memang benar surat tersebut dari Marwan, itupun belum pantas dijadikan alasan untuk merendahkan martabat Sayyidina Utsman atas manuver politik Marwan. Sebab, sebagaimana yang tertulis dalam al-Bidayah wa al-Nihayah juz; 7 hal. 204 (lihat no.8 dalam makalah ini) adalah berdasarkan ayat;
(إِنَّمَاجَزَاءُ الَّذِيْنَ يُحَارِبُوْنَ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَسْعَوْنَ فِى الأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يَقَتَّلُوْا أَوْ يُصَلَّبُوْا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِى الدُّنْياَ وَلَهُمْ فِى الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ). (المائدة : 33).
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.” (QS. Al-Maidah:33)
Dan memang para demonstran Mesir yang berdatangan ke Madinah untuk meminta ganti gubernurnya (Abdullah bin Sa'd’ bin Abi Sarh) adalah kaum Khawarij yang berbuat kerusakan di bumi. Maka sudah pantaslah bila Marwan dengan meminjam kekuasaan khalifah Utsman mengirim surat rahasia kepada gubernur lama (Ibnu Abi Sarah) untuk membasmi manusia-manusia durjana tersebut. Tindakan itu adalah suatu bukti ketajaman mata politik Marwan yang memang telah berhak untuk ijtihad. Sebab, mungkin saja dalam pandangannya kalau tidak dengan cara demikian tentunya tak akan mungkin membasmi orang-orang yang selalu bikin ribut. Karena siapa pun tahu bahwa khalifah Utsman adalah seorang khalifah yang bersikap lembut dan tak suka kekerasan. Maka, seandainya siasat politik tersebut diusulkan pada khalifah Utsman tentu ditolaknya. Mungkin logika politik yang demikianlah yang mengilhami Marwan untuk melaksanakan kehendaknya mem-basmi kaum Khawarij.
ثم دخلت سنة 35 وفيها مقتل عثمان بن عفان رضي الله عنه. وكان السبب في ذلك أن عمرو بن العاص حين عزله عثمان عن مصر ولى عليها عبد الله بن سعد بن أبي سرح وكان سبب ذلك أن الخوارج من المصريين كانوا محصورين من عمرو بن العاص فجعلوا يعملون عليه حتى شكوه إلى عثمان لينزعه عنهم ويولي عليهم من هو ألين منه فلم يزل ذلك دأبهم حتى عزل عمرا عن الحرب وتركه على الصلاة وولى على الحرب والخراج عبد الله بن سعد بن أبي سرح. ثم سعوا فيما بينهما بالنميمة فوقع بينها حتى كان بينهما كلام قبيح فأرسل عثمان فجمع لابن أبي سرح جميع عمالة مصر خراجها وحربها وصلاتها وبعث إلى عمروا يقول له: لا خير لك في المقام عند من يكرهك فاقدم إليّ، فانتقل عمرو بن العاص إلى المدينة. (البداية والنهاية؛ ج7/ ص186).
Dari data di atas, terlihat jelas bahwa demonstran Mesir yang menuntut khalifah Utsman untuk mengganti gubernurnya adalah orang-orang brengsek yang senang bertualang dalam gelanggang politik. Semakin dituruti kemauannya maka, mereka semakin berani dan menginjak-injak kebijaksanaan pemerintah yang sah (khalifah Utsman). Lihat saja dalam khutbah sayyidina Utsman:
وقام عثمان فحمد الله وأثنى عليه، وقال: كل ما أشرتم به عليّ قد سمعت ولكل أمر باب يؤتى منه إن هذا الأمر الذي يخاف على هذه الأمة كائن وإن بابه الذي يغلق عليه فيكفكف به اللين والمؤاتاة والمتابعة إلا في حدود الله تعالى ذكره التي لا يستطيع أحد أن يبادي بعيب أحدهما فإن سده شيء فرفق فذاك والله ليفتحن وليست لأحد عليّ حجة حق. وقد علم الله أني لم آل الناس خيرا ولا نفسي ووالله ان رجى الفتنة لدائة فطوبى لعثمان إن مات ولم يحركها. كفكفوا الناس وهبوا لهم حقوقهم واغتفروا لهم وإذا تعوطيت حقوق الله فلا تدهنوا. (تاريخ الطبري ج2/ ص648).
Dan ada lagi fakta yang lebih jelas bahwa sebenarnya surat tersebut tidaklah dari kalangan pemerintahan (baik khalifah Utsman maupun Marwan), namun sengaja direkayasa oleh para demonstran yang sengaja hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Buktinya, mereka para demonstran Mesir, Kufah dan Bashrah mengapa sama-sama kembali ke Madinah setelah mereka hendak kembali ke negaranya? Ini tentu ada fihak ketiga yang mendalangi dan berdiri di belakang mereka. Siapa orangnya, tak sulit untuk ditebak. Siapa lagi kalau bukan Abdullah bin Saba’, tokoh Yahudi yang telah menebarkan isu politik di antara para demonstran sehingga mereka ramai-ramai berdatangan ke Madinah untuk menggugat Khalifah Utsman. Dialah sebenarnya biang keladi utama timbulnya segala kekacauan di akhir masa pemerintahan Sayyidina Utsman. Hasutannya begitu tajam dan mengena. Sehingga dengan jargon bahwa Ali-lah yang lebih berhak menjadi khalifah dan Utsman telah merebutnya, orang-orang yang bodoh akhirnya termakan rekayasa politik yang kotor tersebut. Demikian pula orang yang tak kenal sejarah juga akan termakan hasutan Said Aqiel, padahal dia tak lebih sebagai penjual berita yang ingin mengeruk keuntungan pribadi dengan menjual nama dan kehormatan shahabat. Sungguh kasihan sekali orang yang mengidolakan antek Syi'ah dan syetan tersebut. Kami juga pencinta shahabat Ali RA, tapi bukan Rafidloh yang menolak dan tidak mengakui kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman seperti yang mereka lakukan.
Dengan gaya diplomasi yang sok manthiqnya dia (Said Aqiel) memutar balikkan fakta dan menyelidiki “Ahlussunah wal Jama’ah” yang sebenarnya. Padahal maksudnya ingin menghan-curkan “Aqidah Ahlussunah wal Jama’ah”. Semoga Allah memberi hidayah kepada Said Aqil dan cukong-cukongnya.
وهكذا تفاقمت الفتنة وجمعت عناصرهامن الاقاليم والامصاركالكوفة ومصروالبصرة يبتون في الظاهر بعض الظلامات والشكاوي من الولاه إلى الخليفه ويخططون في الباظن للقضاء على الخليفلة الإسلامية.وقدشعركبارالصحابة بالحطرحينماتوافدت جموعالدهماء الى المدينة فحاولوا تهدءة التاءرين من الخليفة ان يستمع إلى شكايا اتهموا المظالم التى زعموها,بعدأن استمع اليهم بن يردالحق إلى مضابه وأن يقيم العدل وينصف المظلوم وأن يختارلأمرة المسلمين من يرضونه ويرضى الله تعالى, وبهذاهدأت الأحوال وتفرقت الجموع قافلة إلى الأمصارولكن لم بلبت ان عادت مرة أخرى مدعيه أن الخليفة عثمان قد نقض العهد الذي قطعه على نفسه وأنه كاتب عامله على مصر سرا يأمره أن يؤدب المتطلمين بدلا من أن ينصفنهم وقد أشرنا من قبل إلى أن قصة الكتاب المزعوم ونسبتها إلى عثمان مجرد افتراء عليه ومما يؤكد اختلاق هذه القصة والمؤمراة التي وراءها ما أشار إليه على رضي الله عنه حيثما خاطب هؤلاء الخارجين قائلا.
" كيف علمتم يا أهل الكوفة ويا أهل البصرة بما لقي أهل امصر وقد سرتم مراحل ثم طويتم عنا، هذا والله أمر أبرم بالمدينية". ويذكر ابن كثير أن بعض الصحابة قالوا للخارجين عند عودتهم "كيف علمتم بذلك (أي الكتاب) من أصحابكم وقد افترقتم وصار بينكم مراحل؟، إنما هذا أمر اتفقتم عليه".
فلما لم يجد الخارجون مبررا مقنعا قالوا: صفوة على ما أردتم لا حاجة لنا في هذا الرجل ليعتزلنا ونحن نعتزله. (ص44).
Dan sebagai akhir dari tulisan ini perlu di renungkan firman Allah SWT. dalam kitab suci Al-Qur’anul Karim:
(أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْديهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُوْنَ). (الجاثية : 23).
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah Subhanahu Wata'ala membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah Subhanahu wa ta'ala telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatan-nya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. AL-Jatsiah: 22).
Sungguh memalukan perkataan Said Aqil. Inilah akibatnya bila mata hati telah rusak dan teracuni ajaran sesat Syi’ah. Buktinya, Said Aqil ikut menghadiri pertemuan “Peringatan Arba’in” di Malang dan Surabaya dengan pidatonya yang penuh semangat dan menggebu-nggebu. Dan di sana dia mengaku terus terang sebagai agen Syi’ah. Demikian pula dalam pertemuan “Peringatan Karbala” yang diadakan pengikut-pengikut Syi’ah di Jakarta, dia juga ikut mendatanginya.
Said juga pernah mengusulkan, bahwa sebaiknya Departemen Agama (Depag) dihapus-kan, sebab keberadaannya itu hanya akan mengkotak-kotak agama Islam di Indonesia. Menurutnya, Depag hanya ada di Indonesia dan Israil. Kata Said ketika menjadi pembicara tunggal diskusi Pluralitas agama di Unika Widya Mandala, Kamis 9 Juli 1998. selanjutnya Said mengatakan mengenai mereka yang mengatakan non-muslim itu kafir, padahal tidak pernah Al-Quran menyatakan agama lain itu kafir. Justru orang yang memper-mainkan agama itu kafir.
Itulah fenomena kang Said, Katib Aam PBNU, orang yang berani menghina Allah, Rasulnya, mengkritisi bahkan menghina Shahabat Nabi. Yang pernah dikafirkan oleh empat belas kyai karena dengan lancang berani mengkafirkan imam Ghozali dalam disertasinya untuk meraih gelar doktor di Universitas Ummul Quro Makkah, dia juga mencari makan kepada orang kristen dengan menjadi Penasehat Angkatan Muda Kristen Republik Indonesia, juga sebagai agen Syi'ah di Indonesia. Dia juga tanpa canggung berkhotbah dalam acara misa Kristiani di sebuah gereja di Surabaya. Dengan background belakangnya berupa salib patung Yesus dalam ukuran yang cukup besar. Beritanya pun dimuat majalah aula milik warga NU. Dia juga pernah melontarkan gagasan pluralnya, yaitu merencanakan pembangunan gedung bertingkat, dengan komposisi lantai dasar akan diperuntukkan sebagai masjid bagi umat Islam, sedangkan lantai tingkat satu diperuntukkan sebagai gereja bagi umat kristiani, lantai tingkat dua diperuntukkan sebagai pura bagi penganut Hindu, demikian dan seterusnya.
Apa kang Said rela seandainya penyakit AIDS (diagnosis Gonore) yang disebabkan gonta-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual karena melakukan nikah Mut'ah yang mereka halalkan itu menimpa putra-putrinya......?!!!
Ingat pengaduan seorang pasien AIDS, perempuan berjilbab, mahasiswi dari Pekalongan yang kost di wisma Fathimah jalan Alex Kawilarang 63 Bandung kepada Dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin dari kota Bandung, kota dimana kang Jalal (Jalaludin Rahmat) gembong Syi'ah di Indonesia bertempat tinggal.
Perempuan tadi menganggapnya bahwa kehidupan yang selama ini dijalani sudah sesuai dengan Syari'at Islam sesuai dengan keyakinannya. Perempuan tadi baru tahu, bahwa petualangan seks yang selama ini dia lakukan yang disebabkan nikah mut'ah itu beresiko dengan panyakit kelamin (gonore) yang sangat mengerikan, dan ini akan terus terjadi pada generasi-generasi umat Islam penganut aliran Syi'ah. (Majalah Asa Edisi 5 1411 H).
Di Iran sendiri, sebagai negara yang mayoritas Syi'ah, akibat dari legalnya nikah mut'ah, dikabarkan setiap bulannya 82 meninggal akibat terserang penyakit AIDS, pernyataan tersebut dari Muhammad Azmudeh, Dirjen Departemen Penyakit Menular, Kementerian, Kesehatan Iran juga mengatakan bahwa 283 orang termasuk 35 wanita diketahui telah terinfeksi virus yang mematikan itu. Bahkan pada bulan November tahun 1991 warga Iran yang sudah positif terserang penyakit HIV sudah sampai 5000 orang. Kata wakil Menteri Kesehatan Iran, Husein Malik Afzall.
Dalam rangka untuk mengetahui hakekat Syi'ah, LPPI (Lembaga Penelitian dan Pengkajian) mengadakan seminar sehari, pada hari Ahad tanggal 21 September 1997/ 19 Jumadil Awal 1418. yang di antaranya dalam rangka menjaga stabilitas masyarakat bangsa dan negara Indonesia, seminar merekomendasikan:
1. Mendesak Pemerintah Republik Indonesia cq. Kejaksaan Agung RI. Agar segera melarang paham Syi'ah di wilayah Indonesia. Karena selain telah meresahkan masyarakat, juga merupakan suatu sumber destabilisasi kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Karena tidak mungkin Syi'ah akan loyal pada pemerintah karena pada ajaran Syi'ah tidak ada konsep musyawarah melainkan keputusan mutlak dari Imam, dan karena Syi'ah berkeyakinan bahwa kekuasaan selain Imam-imam mereka adalah ilegal.
2. Memohon Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan seluruh jajaran pemerintah yang terkait agar bekerjasama dengan MUI dan Balitbang Depag RI agar segera meneliti buku-buku yang berisi paham dan melarang peredarannya di Indonesia.
3. Mendesak kepada pemerintah Indonesia cq. Menteri Kehakiman RI agar segera mencabut kembali izin semua yayasan Syi'ah atau yang mengembangkan ajaran Syi'ah di Indonesia, seperti:
Yayasan Muthahhari Bandung.
Yayasan Al-Muntazhar Jakarta.
Yayasan Al-Jawad Bandung.
Yayasan Mulla Shadra Bogor.
Yayasan Pesantren YAPI Bangil.
Yayasan Al-Muhibbin Probolinggo.
Yayasan Pesantren Al-Hadi Pekalongan.
Yayasan Pesantren Asshodiq Bondowoso.
4. Mengajak kepada seluruh masyarakat Islam Indonesia agar senantiasa waspada terhadap aliran Syi'ah, karena paham Syi'ah kufur serta sesat menyesatkan.
5. Menghimbau kepada segenap kaum wanita agar menghindarkan diri dari praktek nikah mut'ah (kawin kontrak) yang dilakukan dan dipropaganda-kan oleh pengikut Syi'ah.
Bagaimana masyarakat tidak resah, kalau anak-anak gadisnya, mahasiswi-mahasiswi di berbagai kota dan bahkan wanita secara umum terancam bahaya penyakit kelamin bahkan AIDS yang sangat berbahaya gara-gara ajaran yang menurut Islam adalah ajaran kufur yang bejat dan binatang.
(Disadur dari buku “Membuka Kedok Tokoh-Tokoh Liberal dalam Tubuh NU: Informasi, Penyimpangan dan Jawabannya” karya H. Muhammad Najih Maimoen, penerbit Toko Kitab Al-Anwar, Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, cet. III, Januari 2011/Shafar 1432, halaman 67-101).
Sumber : http://www.voa-islam.com
Langganan:
Komentar (Atom)