Bismillah walhamdulillah, was shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah Muhammad wa ‘ala alihi wa ashabih ajma’in. Amma ba’du.
Saya teringat perkataan Prof. Mansyur
Suryanegara, sejarawan dari Unpad. Dalam edisi khusus Sabili No.
9/November 2003, beliau pernah mengatakan, kira-kira, “Ummat Islam
Indonesia sejak lama tidak pernah mendapat cobaan yang kecil, tetapi
selalu besar.” Kira-kira seperti itu.
Saya merasakan relevansi pernyataan
seperti itu ketika kini berhadapan dengan sekelompok orang yang selalu
mengklaim “mengikuti manhaj Salafus Shalih”. Banyak manusia tertipu
dengan seruan-seruan mereka. Dikiranya, orang-orang itu mengajarkan
manhaj Salafus Shalih, padahal sejatinya: mereka menghidupkan paham
Khawarij, seburuk-buruk makhluk di kolong langit. Artinya, Ummat ini
selalu dicoba dengan hal-hal yang berat. Jalan kesesatan bukan monopoli
para pendosa, orang-orang pengajian pun akhirnya banyak yang tersesat
juga. Na’udzubillah min dzalik.
Lucu memang. Orang-orang itu menyemprot
orang lain dengan tuduhan Khawarij, mereka menyumpahi manusia dengan
istilah “kilabun naar” (anjing-anjing neraka), mereka mengecam orang
lain tanpa sedikit pun rasa bersalah. Sungguh menakjubkan, jari telunjuk
mereka mengarah ke orang lain, sisa jari lainnya mengarah ke dirinya
sendiri. Menuduh Khawarij, padahal dirinya sendiri justru Khawarij ‘ala
haqiqah (Khawarij sejati).
Ciri-ciri Khawarij Berbaju “Salafi”:
1. Mereka hidup secara ekskusif,
menyingkir dari kehidupan masyarakat. Mereka tidak mau tahu kondisi
masyarakat, misalnya ekonomi, sosial, politik, pergaulan, pendidikan,
komunikasi, dst. Kalau kita ajak bicara tentang masalah-masalah umum,
mereka anggap semua itu “bukan masalah din”, jadi tidak perlu
dipikirkan. Padahal sumber kemusyrikan, kekafiran, maksiat, kesesatan,
dll sangat banyak dari masalah-masalah keduniaan. Dalam pergaulan,
mereka sangat eksklusif, memisahkan diri dari masyarakat. Hal ini sama
dengan perilaku Khawarij ketika mereka memisahkan diri dari Ummat Islam
dan membuat markas di Nahrawan.
2. Mereka menghidupkan manhaj kebencian.
Mereka sangat memusuhi orang-orang di luar kelompoknya. Mereka mudah
menuduh orang lain “ahli bid’ah”, “bukan Salafiyah”, “hizbi”, “Sururi”,
“Ikhwani”, dst. Itu tuduhan standar mereka. Tidak ada yang selamat dari
kebencian mereka, selain dirinya sendiri. Khawarij dulu juga seperti
itu, mereka membenci bahkan mengkafirkan orang-orang yang berada di luar
kelompoknya.
3. Mereka menggunakan kalimat “Mengikuti
pemahaman Salafus Shalih” untuk menyesatkan manusia. Istilah Salaf,
manhaj Salafiyah, atau Dakwah Salaf, bukan dimanfaatkan untuk
menyebarkan kebajikan sebanyak-banyaknya, tetapi dipakai untuk
menyesatkan orang-orang lugu agar terjerumus bersama kesesatan mereka.
Persis seperti dulu ketika Ali bin Abi Thalib (Ra) mengkomentari
kelakuan para Khawarij yang memakai ayat Al Qur’an untuk tujuan
kesesatan, “Kalimatul haqq yuridu bihal bathil” (perkataan yang benar
tetapi ditujukan untuk kebathilan).
4. Mereka berani menghalalkan hak-hak
Ummat Islam yang telah dilindungi oleh Syariat. Saat ini yang sangat
kelihatan adalah: menghalalkan kehormatan Ummat Islam, khususnya para
dai dan lembaga-lembaga Islam. Sampai-sampai lembaga netral seperti DDII
tidak selamat dari serangan najis mereka. Padahal Nabi (Saw.) sudah
mengatakan, “Setiap Muslim atas Muslim yang lain, diharamkan darahnya,
hartanya, dan kehormatannya.” (HR. Muslim). Tapi kita tidak usah
berdalil dengan Sunnah di hadapan mereka. Hati mereka sudah terlalu
angkuh untuk menerima nasehat Al Qur’an dan Sunnah. Khawarij dulu juga
seperti itu, mereka menghalalkan darah Ummat Islam.
5. Mereka sangat ghuluw (melampaui
batas) dalam beramal. Mereka sangat-sangat peka dalam perkara fotografi
makhluk bernyawa (foto manusia), celana di bawah mata kaki, nasyid
Islami, melinting lengan baju, memakai cadar, memakai celana dalam
Shalat, dan lain-lain perkara yang masih menjadi perdebatan. Tetapi
ketika menuduh “ahli bid’ah”, mengkafirkan Ahlul Islam (seperti Luqman
Ba’abduh), membongkar aib para dai, memecah belah Ummat, menyebarkan
kebencian, bahkan mengintimidasi Muslim, justru atas semua itu mereka
sangat menikmati. Laa ilaha illallah. Dulu Khawarij bertanya ke Ibnu
Abbas (Ra.) tentang hukum membunuh nyamuk, tetapi mereka tidak bertanya
tentang hukum membunuh cucu Rasulullah (Saw), yaitu Hushain bin Ali
(Ra.), yang mereka lakukan. Maksudnya, atas hasutan Khawarij itu pula
akhirnya Hushain terbunuh di Karbala, lalu kepalanya dipancung.
Innalillah wa inna ilaihi ra’jiun.
6. Mereka mengkafirkan sesama Muslim.
Mereka bermudah-mudah mengeluarkan manusia dari Manhaj Salafiyah,
padahal Salafiyah adalah Islam itu sendiri. Mereka menghalalkan
penghinaan, celaan, membuka aib-aib, tahdzir, dan hajr kepada ahli
bid’ah. Jangankan bermuamalah dengan “ahli bid’ah”, sekedar berjabatan
tangan secara tak sengaja saja, kita bisa dituduh ikut “ahli bid’ah”.
Luqman Ba’abduh sendiri dalam buku MAT mengkafirkan kaum Muslimin,
khususnya Daulah Utsmaniyyah dan kaum Muslimin Mesir. Ya, Khawarij dulu
juga seperti itu. Bahkan lebih terang-terangan.
7. Mereka sangat keras kepala. Jika ada
manusia yang ngeyel, inilah orangnya. Mereka sangat-sangat ngeyel, tidak
mau rujuk kepada kebenaran. Meskipun kita memberikan nasehat sehebat
apapun, kalau kita bukan dari golongan mereka, nasehat itu akan dibuang
ke tempat sampah. Tidak kurang apa saya telah menyampaikan nasehat lewat
DSDB, tetapi kesesatan mereka tidak berkurang. Mereka meyakini, “Hanya
Syaikh Rabi’ dan Syaikh Muqbil saja yang memiliki kebenaran. Selain
mereka (atau yang semisal mereka), bathil.” Sikap seperti ini sebenarnya
dianggap telah keluar dari Al Jama’ah (komitmen kepada kebenaran, dari
arah manapun datangnya). Khawarij dulu juga begitu. Mereka sudah
dinasehati Ibnu Abbas (Ra.), tetapi tetap keras kepala.
8. Mereka menyebarkan permusuhan di
kalangan Ummat Islam. Ini sangat jelas, tidak diragukan lagi. Lihatlah
salafy.or.id, buku MAT dan MDMTK, blog Fakta, blog ‘Tuk Pencari Al Haq’,
majalah Asy Syariah, dll. Itu adalah bukti yang tak bisa dibantah lagi.
Mau membantah bagaimana, bukti sudah menyebar ke seantero dunia?
Khawarij dulu juga seperti itu. Mereka menyebarkan permusuhan,
mengobarkan peperangan, bahkan mereka membunuh Khalifah Utsman (Ra) dan
Khalifah ‘Ali (Ra).
9. Ibadah mereka menakjubkan. Harus
diingat, dulu Khawarij sangat hebat dalam Shalat, puasa, maupun membaca
Al Qur’an. Kata Ibnu Abbas (Ra), tubuh mereka kurus-kurus karena sangat
sering puasa, mata mereka celong karena banyak bangun di malam hari,
pakaian mereka kumal karena zuhud. Khawarij gaya baru juga seperti itu,
meskipun ibadahnya tidak sehebat Khawarij masa lalu. Kita kalau
bersanding bersama Khawarij modern itu, kita akan merasa ‘kecil hati’
melihat ibadah kita. Tetapi Nabi (Saw.) menegaskan, “Mereka keluar dari
agama ini seperti melesatnya anak panah dari busurnya.”
10. Mereka mengklaim diri sebagai
kelompok paling benar. Ini ciri Khawarij yang tidak boleh diabaikan.
Mereka bukan hanya berbeda pendapat dengan Shahabat (Ra), bahkan
mengkafirkan para Shahabat dan menghalalkan darahnya. Mengapa itu
terjadi? Sebab mereka mengklaim diri sebagai kelompok paling benar. Itu
pula yang terjadi di jaman ini. Tidak ada yang selamat dari serangan
orang-orang dungu itu, selain diri mereka sendiri.
11. Mereka menuduh orang lain sesat,
padahal kesesatan di pihak mereka. Ya, kita semua sudah tahu bagaimana
kelakuan orang-orang Khawarij yang mengatasnamakan Salafi ini. Mereka
menuduh orang lain “ahli bid’ah”, padahal mereka itulah ahli bid’ah;
mereka menuduh orang lain “hizbi”, padahal diri mereka sendiri a’zhamul
hizbi minal ahzab (sebesar-besarnya hizbi sejati); mereka menuduh orang
lain Khawarij, padahal tuduhan itu sejatinya lebih pantas mereka sandang
sendiri. Dulu Khawarij menuduh Khalifah Ali (Ra) dan para Shahabat
telah kafir, padahal kekafiran di pihak mereka sendiri.
12. Mereka memerangi Ahlul Islam dan
membiarkan ahlul autsan (penyembah berhala). Ini perkara lain lagi yang
sangat nyata dalam diri kaum Khawarij ini. Kerjaan mereka tidak pernah
lepas dari memusuhi gerakan-gerakan Islam, memusuhi lembaga-lembaga
Islam, memusuhi para dai dan individu-individu Muslim. Kerjaan mereka
tidak lepas dari itu. Itulah “jihad akbar” mereka. Sekiranya mereka
memegang kekuasaan, sangat yakin mereka akan memerangi saya, Anda, dan
kita semua. Hanya soal waktu saja. Tetapi lihatlah, apakah mereka pernah
merugikan orang kafir seperti itu? Tidak sama sekali. Mereka bikin
Laskar Jihad (LJ) karena memang ada “pesanan” untuk menangkal RMS;
selain itu, mereka ingin menjadi “pahlawan” biar dakwahnya sukses di
Indonesia. Saya bersyukur kepada Allah, Laskar Jihad hancur lebur. Kalau
tidak, Ummat Islam akan mengangkat mereka sebagai “pahlawan”. Sama saja
dengan Ba’abduh, dia serang semua organisasi Islam di Indonesia yang
tidak sesuai syahwatnya, adapun dia tidak tampak kontribusinya dalam
mendakwahi orang-orang Hindu di Bali. Jember tempat Si Luqman Al Fasid
ini kan sangat dekat dengan Bali.
13. Mereka sangat lancang di hadapan
hujjah kebenaran. Jangankan pendapat saya, Anda, dan para dai di
Indonesia, Al Qur’an dan Sunnah shahihah pun siap mereka belakangi, jika
tidak sesuai hawa nafsunya. Banyak fatwa-fatwa ulama besar Saudi yang
telah memperingatkan mereka, termasuk fatwa almarhum Syaikh Bin Baz
(rah). Tetapi semua itu dilempar ke tong sampah. Namun kita jangan
merasa heran dengan semua ini, sebab pendahulu mereka juga seperti itu.
Dulu Dzul Khuwaisirah pernah menghardik Rasulullah (Saw): “Berbuat
adil-lah kamu, Muhammad!” Dalam buku DSDB II, hal. 292-294 Ustadz Abduh
menukil sebuah kejadian di kalangan Syaikh Rabi’ Cs. Disitu saja Rabi’
berani melecehkan Syaikh Bin Baz rahimahullah. Ya, begini ini modelnya
kaum Khawarij.
14. Mereka bersikap sangat pecundang.
Nah, ini salah satu ciri lain bahwa iman mereka telah rusak, yaitu sikap
pecundang (pengecut). Mereka sangat berbisa mulut dan
tulisan-tulisannya. Mereka perlakukan orang lain seperti boneka-boneka
tak bernyawa. Ketika ditantang debat terbuka, tak mau; diajak dialog,
tak mau; bahkan ditantang mubahalah, juga tak mau. Sangat menakjubkan,
ketika mereka terdesak dalam perang pemikiran, mereka menyebarkan secara
terbuka data-data informasi privacy keluarga kami. Bahkan terakhir,
mereka memfitnah saya telah menawarkan kerjasama ke forum gereja,
padahal saya menulis e-mail ke perusahaan-perusahaan dalam rangka
muamalah bisnis. Sangat sangat sangat pecundang. Khawarij dulu juga
begitu, mereka pecundang, suka dengan cara-cara yang sifatnya tidak
ksatria. Mereka membunuh Khalifah Ali (Ra) dan hendak membunuh Amr bin
Ash (Ra) dan Muawiyah (Ra).
15. Bagaimanapun, orang-orang ini sangat
bodoh. Ini juga ciri lain dari Khawarij. Kalau Anda membaca buku MAT
karya Si Dhalal Luqman Ba’abduh, Anda akan ketawa melihat cara dia
menulis buku. Satu bagian membantah bagian yang lain. Dia mencela
orang-orang yang menentang Dinasti Saud dengan celaan yang sangat sangat
hebat, katanya memberontak kepada Ulil Amri. Tetapi saat yang sama dia
menuduh Daulah Utsmani di Turki dengan perkataan “besi rongsokan yang
jelek”. Padahal Daulah Utsmaniyyah adalah Ulil Amri kaum Muslimin,
sebelum berdirinya Kerajaan Saudi. Si Fasid bin Dhalal, Luqman Ba’abduh
itu, juga mencela habis-habisan Safar Hawali yang mengambil
berita-berita dari orang kafir. Sementara Luqman sendiri dalam buku MAT
juga mengambil berita dari CNN dan lainnya. Darimana dia tahu istilah
“Attack” dari peristiwa WTC 11 September 2001 kalau tidak dari CNN?
Banyak contoh lain. Ya begitulah Khawarij sejati, seperti para
pendahulunya. Mereka tak mau makan korma yang ditemukan di jalan, takut
syubhat; tetapi mereka berani membunuh putra Khabab bin ‘Arat (Ra) dan
membunuh isterinya yang sedang hamil.
Saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa
orang-orang ini adalah KBS, Khawarij Berbaju Salafi. Mereka sama
bahayanya dengan para penganut agama Liberal. Kalau Liberaliyun
menyerang Islam dari luar, kaum KBS ini menyerang dari dalam. Wallahu a’lam bisshawaab.
Ditulis oleh: Abu Muhammad Waskito.
Sumber: Dunia Dakwah Islam, MyQuran.org, 2 Mei 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar